Jangan
Remehkan Perlawanan Kelas Menengah
Burhanuddin Muhtadi ; Pengajar FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Peneliti Lembaga Survei Indonesia (LSI)
MEDIA INDONESIA, 12 Juli 2012
MEDIA INDONESIA, 12 Juli 2012
APA
yang tergambar di benak warga Jakarta setelah mengetahui hasil hitung cepat (quick count) berbagai lembaga survei
yang menunjukkan kemenangan pasangan Jokowi-Ahok?
Kemenangan
mereka membalik prediksi banyak lembaga survei yang sebelumnya mengunggulkan
pasangan Fauzi `Foke' Bowo-Nachrowi `Nara' Ramli. Meski keunggulan Jokowi-Ahok
masih harus diuji di putaran kedua karena tidak mampu meraih 50% plus, hasil
hitung cepat itu membuktikan satu hal, yaitu jangan remehkan perlawanan kelas
menengah.
Menurut
hasil quick count Lembaga Survei
Indonesia (LSI) yang bekerja sama dengan SCTV dan Indosiar, Jokowi-Ahok
menempati peringkat paling atas dengan kisaran 42,74% lalu diikuti Foke-Nara
yang menempati peringkat kedua dengan perolehan 33,57%. Pasangan lain tidak
lolos putaran kedua, yakni Hidayat-Didik (11,96%), Faisal-Biem (4,94%),
Alex-Nono (4,74%), dan Hendardji-Riza (2,05%).
Pemberontakan
kelas menengah dapat dilihat dari hasil exit poll yang dilakukan LSI terhadap
767 responden setelah mereka mencoblos di TPS yang terpilih secara random
dengan margin of error 3,5% plus-minus dan dengan tingkat derajat kepercayaan
95%.
Untuk
mengukur kelas menengah dapat dilihat dari beberapa parameter. Pertama, dari
sisi pendidikan. Ada 21,1% warga Jakarta yang memiliki tingkat pendidikan
kuliah/S-1 ke atas. Dari segi itu, proporsi kelas terdidik lima kali lipat jika
dibandingkan dengan proporsi nasional.
Data
exit poll menunjukkan semakin tinggi
tingkat pendidikan, semakin mereka cenderung memilih Jokowi-Ahok (46,4%)
ketimbang Foke-Nara (18%). Sisanya terdistribusi ke pasangan lain.
Kedua,
kelas menengah dapat dilihat dari sisi pendapatan. Yang berpendapatan Rp2 juta
ke atas mencapai 31% di Jakarta. Semakin tinggi tingkat pendapatan, mereka
semakin cenderung memilih Jokowi-Ahok (45,3%) ketimbang Foke-Nara (26,2%).
Pendapatan
yang baik memungkinkan mereka memiliki akses terhadap media. Pendidikan,
pendapatan, dan akses terhadap media yang baik memungkinkan warga lebih
memiliki evaluasi yang lebih baik terhadap kinerja Fauzi B Bowo sebagai
petahana.
Tampil Alternatif
Khusus
media penting untuk dilihat karena hasil analisis media menunjukkan sentimen
negatif terhadap Fauzi Bowo. Sebaliknya, Jokowi tampil sebagai alternatif yang
kredibel karena selama beberapa bulan terakhir dia tampil sebagai media darling (kekasih media). Publik
seperti mendapatkan harapan baru di Jokowi. Apalagi Jokowi dinilai sebagai Wali
Kota Solo yang sukses.
Data
exit poll juga menemukan temuan
menarik bahwa Jokowi bukan hanya memenangi hati kelas menengah, melainkan juga
berhasil menarik pemilih kelas menengah bawah. Hal itu terbukti dari tingkat
pendidikan menengah ke bawah suara yang diperoleh Jokowi-Ahok seimbang dengan
Foke-Nara. Demikian pula tingkat pendapatan menengah ke bawah juga diperebutkan
secara seimbang antara Jokowi dan Foke. Padahal selama ini kelas menengah bawah
yang menjadi tulang punggung kekuatan Foke telah berhasil digergaji oleh pesona
Jokowi.
Temuan
itu terkonfirmasi oleh banyaknya pemilih yang memilih calon gubernur dan wakil
gubernur karena alasan paling memperjuangkan rakyat kecil (28,8%). Jokowi-Ahok
dianggap paling punya keberpihakan dalam memperjuangkan kepentingan rakyat
kecil (38,8%). Di lain hal, hanya 21,2% pemilih yang memilih Foke-Nara karena
alasan memperjuangkan kepentingan rakyat kecil.
Faktor
sosiologis juga turut menjelaskan dukungan terhadap pasangan calon gubernur dan
wakil gubernur. Dari segi etnis, Foke-Nara hanya unggul di kalangan pemilih
Betawi dan Sunda. Namun, Jokowi menang dalam memperebutkan simpati pemilih
Jawa, Tionghoa, Batak, dan Minang.
Berdasarkan
agama, pemilih muslim terbelah antara Jokowi-Ahok dan Foke-Nara. Hal itu
membuktikan isu negatif terkait SARA tidak efektif mengurangi dukungan pemilih
muslim terhadap Jokowi-Ahok. Yang menarik mayoritas pemilih nonmuslim
menjatuhkan pilihan ke Jokowi ketimbang Fauzi Bowo. Fauzi gagal total
memperebutkan 15% pemilih nonmuslim.
Analisis
efek partai juga menarik dielaborasi. Pemilih Partai Demokrat ternyata tidak
solid mendukung Foke-Nara. Hanya 55,1% konstituen Demokrat yang memilih
Foke-Nara, tapi masih ada 28,8% pemilih Demokrat yang bocor ke Jokowi-Ahok.
Sisanya tersebar ke pasangan lain. Hal itu menunjukkan sebagian pemilih
Demokrat mengalami split-ticket voting.
Pemilih PKS juga terbukti terpecah dalam mendukung Hidayat-Didik. Banyak
pemilih PKS yang menyeberang ke Fauzi dan Jokowi.
Dukungan Solid
Di
lain sisi, dukungan solid justru dinikmati Jokowi-Ahok dari konstituen PDI
Perjuangan dan Gerinda. Pemilih kedua partai itu yang solid mendukung Jokowi
menunjukkan gejala straightticket voting, yakni instruksi elite partai dalam
mendukung Jokowi diikuti dengan sepenuh hati oleh akar rumput konstituen
mereka.
Dengan
begitu, kemenangan Jokowi-Ahok disebabkan kemampuan pasangan itu dalam
memaksimalkan dukungan internal partai yang mengusung mereka. Namun pada saat
yang sama, Jokowi-Ahok juga mampu mencuri dukungan dari pemilih partai lain.
Pemilu
kada DKI Jakarta juga membuktikan bahwa kekuatan finansial dalam sosialisasi
kampanye tidak berbanding lurus dengan dukungan elektoral.
Hasil exit poll menunjukkan bahwa Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli unggul dalam semua kategori sosialisasi.
Hasil exit poll menunjukkan bahwa Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli unggul dalam semua kategori sosialisasi.
Responden
paling banyak melihat iklan Fauzi di televisi dan koran, mendengar iklan Fauzi
di radio dan terekspos spanduk/stoker/poster Fauzi. Tim sukses Fauzi-Nachrowi
juga paling agresif jika dibandingkan dengan tim pasangan lain dalam mendatangi
rumah-rumah warga. Namun, sosialisasi yang masif gagal menaikkan citra positif
Fauzi Bowo.
Kendati
demikian, Foke-Nara tak perlu berkecil hati. Masih ada putaran kedua untuk
meraih kemenangan melawan Jokowi-Ahok. Data exit
poll menunjukkan bahwa jika terjadi dua putaran dan yang maju pasangan
Foke-Nara versus Jokowi-Ahok, selisih kedua pasangan tidak terlalu jauh.
Pendukung Hidayat-Didik dan Alex-Nono lebih banyak yang menjatuhkan pilihan ke
Foke ketimbang Jokowi. Kita tunggu putaran final nanti. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar