Go-Jek
yang Hebat, (Bukan) Go-Jek yang Jahat
Didik J Rachbini ; Ekonom Indef;
Guru Besar Ilmu Ekonomi
Universitas Mercu Buana, Jakarta
|
DETIKNEWS, 16 Maret 2017
Siapa yang tidak tahu Go-Jek hebat? Maksudnya, Go-Jek dan
kawan-kawannya. Kalau tidak tahu dengan dunia persilatan IT, yang sangat
marak akhir-akhir ini, maka ketidaktahuan itu adalah suatu kesalahan, yang
dimaafkan.
Go-Jek yang saya tulis di sini termasuk Grab, Uber dan
teman-temannya. Mereka bisa menjadi hebat tetapi juga bisa menjadi jahat
secara sengaja atau tidak sengaja. Go-Jek membantu memudahkan kehidupan dan
bahkan menyediakan keamanan bagi penumpangnya karena kemana pun angkutan itu
pergi selalu terpantau posisinya.
Tetapi hukum besi pasar yang tidak diberi norma, lembaga
dan moral akan selalu berhadap-hadapan secara sengit antara pendatang baru
yang kuat dan pelaku asli yang ada di pasar. Persaingan bebas semacam itu
akan selalu memakan korban.
Persaingan ini selalu berulang dan menjadi tanda dan
tahap-tahap kemajuan zaman. Dulu motor dan mobil menyingkirkan becak dan
dokar. Peralihan dari kendaraan tenaga hewan dan manusia di lapangan atau
tepatnya di pasar jasa angkutan tidak kalah sengit dengan yang terjadi
sekarang antara Go-Jek dan kawan-kawannya berhadapan dengan ojek tradisional
dan taksi konvensional.
Ketegangan sudah terjadi paling tidak selama satu tahun
terakhir ini. Moda angkutan baru dengan aplikasi sudah dihadang demo
berkali-kali. Tidak sedikit yang ingin memberangus dan meminta pemerintah
menutupnya.
Tetapi pemerintah pada satu sisi bijaksana karena
berwawasan terbuka dan masih tetap memberi peluang kepada Go-Jek dan taksi
beraplikasi untuk berkembang karena memang sudah kehendak zaman. Tetapi pada
sisi lain masih sangat naif karena tetap membiarkan mereka saling terkam di
lapangan sehingga ketegangan dan friksi mulai menimbulkan korban manusia.
Go-Jek, Gocar, Grab dan Uber adalah pendatang baru yang
kuat. Sedangkan ojek pinggiran kota dan taksi konvensional adalah pelaku yang
lemah. Jika keduanya bertemu, maka nyaris pertempuran pasar pasti terjadi
secara otomatis.
Hukum besi pasar seperti ini sama persis dengan penjelasan
Schumpeter. Di dalam teorinya, "creative destruction", disebutkan
bahwa kreativitas baru dan inovasi baru di pasar secara otomatis akan
menghancur-leburkan kreativitas yang lama sebelumnya.
Hukum inilah yang sedang terjadi antara Go-Jek dan angkot.
Jika dibiarkan, maka yang terjadi adalah "creative destruction"
tadi - ladang pembantaian pemegang otoritas kreativitas yang baru terhadap
pelaku-pelaku yang lama.
Moral dan norma tidak bisa lahir dengan sendirinya di
pasar. Pasar hanya punya tenaga "invisible" yang sangat kuat.
Tenaganya menjadi menjadi lebih kuat dan tampil sebagai "super
power" dengan teknologi yang canggih. Dan dalam waktu bersamaan punya
kekuatan destruksi yang kuat dan canggih pula.
Pasar tidak bisa menciptakan moral dan tidak bisa
mengakomodasi norma secara spontan. Karena itu, norma yang baik dan aturan
yang sehat harus diciptakan bersama oleh pelaku-pelakunya dan negara untuk
menghindari persaingan yang sengit dan mencegah ladang pembantaian di pasar
yang tidak bermoral.
Bagaimana caranya? Saya tidak perlu mengajarkannya karena
yang berkelahi itulah yang bisa menahan, berdamai dan menghentikan
perkelahian pasar. Dalam keadaan seperti ini negara harus hadir, jangan
bengong seperti sekarang, dan harus membantu transisi yang bagus untuk
melompat ke tahap kemajuan kehidupan yang lebih baik.
Konsumen sangat diuntungkan dengan hadirnya kemudahan
teknologi. Ke mana saja Go-Jek berjalan, posisinya dapat dipantau. Dengan
teknologi itu Go-Jek dan kawan-kawan dapat mencegah kejahatan dan
mengendalikan orang-orang jahat untuk menahan perbuatannya.
Tetapi dengan persaingan pasar bebas dan sengit sekarang
ini, Go-Jek dan kawan-kawannya bisa menjadi jahat di pasar. Teori
"creative destruction" Schumpeter berlaku sebagai bingkai ladang
pembantaian pelaku-pelaku usaha sebelumnya.
Negara harus hadir. Go-Jek dan kawan-kawannya bisa dan
harus bisa berbisnis dengan hati, mengajak 'Go-Jek pinggiran' itu masuk lebih
dahulu ke dalam rangkulan teknologi canggihnya.
Ajak dengan baik, mari bersama masuk ke dalam kehidupan
yang lebih mudah dengan teknologi. Jangan biarkan mereka cuma menonton
kemudian dibantai habis dengan hadirnya teknologi canggih. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar