Hari AIDS
Sedunia, Bukan Perayaan tapi Peringatan
Lara Novianti ; Humas KAMMI Tanjungpinang
|
OKEZONENEWS,
02 Desember 2013
Tidak dapat dipungkiri lagi, bahwa pada masa ini hampir setiap
individu sudah terjangkiti suatu penyakit yang tidak berbahaya namun
meresahkan sebagian orang yang telah menyadari apa arti penyakit ini.
Seiring berkembangnya sosial media saat ini, maka semakin gencar
pulalah perayaan (update status) “ucapan selamat” di akun sosial media
sekarang ini. Bukan sosial media dan perayaan itu yang
disalahkan, namun pemikiran orang yang melakukan hal itulah yang wajib
dipertanyakan dan dikoreksi ulang.
Layaknya hari besar yang lain, ucapan
“selamat” dalam menyambut suatu perayaan adalah hal yang sederhana dan
biasa-biasa saja jika dilontarkan untuk mengisi peringatan atau perayaan
seperti “Selamat Hari Ibu” ataupun “Selamat Hari Guru”. Namun yang menjadi
pertanyaannya adalah jika ada yang mengupdate status di sosial medianya
yaitu “ Selamat Hari Aids Sedunia”.
Pertanyaan menariknya adalah pantaskah
ucapan “Selamat” itu untuk mendeskripsikan peringatan Hari AIDS Sedunia ini
? “Selamat” untuk siapa ? dan Apa yang terjadi sehingga diucapkan kata
“Selamat” ?
Bukan
Perayaan melainkan Peringatan
Tanggal 1 Desember bukanlah suatu perayaan
melainkan suatu peringatan akan kewaspadaan serta meningkatkan kesadaran
untuk pencegahan terhadap sindrom penurunan sistem kekebalan tubuh akibat
infeksi virus HIV (Human Immune deficiency Virus). Kekebalan tubuh
bisa sangat menurun terjadi pada keadaan akibat transpalantasi organ atau
supresi oleh karena obat-obatan steroid, dengan kata lain bukan dikarenakan
HIV saja. Jadi, tentu selama ini sebagian masyarakat salah kaprah, mungkin
dikarenakan asyik merayakan suatu perayaan di sosial medianya sampai-sampai
mereka lupa bahwa “Hari Aids Sedunia” beda dengan hari perayaan
lainnya, serta “Hari Aids Sedunia” bukan sebagai bentuk perayaan
namun sebagai peringatan keras akan bahaya sindrom ini.
Ancaman
Bahaya HIV/AIDS
Tidak dapat dipungkiri lagi, bahwasanya
virus HIV dan penyakitnya AIDS tidak hanya berhasil memberikan ancaman
sebagai virus yang mematikan bagi yang terinfeksi, tetapi juga juga
berhasil menyebabkan parno berat dalam masyarakat. Sebagai contoh, kalangan
medis yang akan menangani masalah sindrom penurunan sistem kekebalan ini
akan sangat berhati-hati ketika berhadapan dengan kasus ini. Betapa
tidaknya, meskipun kalangan medis sudah dibekali dengan pengetahuan yang
tinggi dibanding masyarakat awam serta bekerja sesuai dengan prosedur serta
berbasis kompetensi namun hal ini membutuhkan kewaspadaan yang ekstra
bahkan dapat dipastikan terselip rasa takut apabila terjadi “kecelakaan
atau sesuatu yang tidak diinginkan” ketika mengoperasikan alat-alat
kedokteran saat bersentuhan dengan cairan tubuh penderita HIV/AIDS ini.
Begitu pula paranoid (kewaspadaan) ini
menjangkiti masyarakat awam secara umum. Kewaspadaan pun mutlak dan
sepatutnya dirasakan oleh orang-orang yang dekat dengan kasus ini, seperti
keluarga penderita, pengguna narkoba dan pekerja dunia kelam (seks
komersial) yang mendominasi berisiko tinggi terjangkit penyakit ini. Namun
demikian, masyarakat yang menurut lingkungan dan perilakunya bisa dikatakan
minim beresiko, bisa jadi tertular penyakit ini. Sebagai contoh mirisnya
kasus ini adalah bayi-bayi yang baru lahir yang tidak berdosa bisa
jadi korban akibat tertular melalui transmisi perinatal, tertular ibu
kandung yang terinfeksi virus HIV dalam tubuhnya cukup tinggi baik saat
kehamilan, persalinan, maupun saat masa menyusui.
Begitu mirisnya paranoid pada kasus sindrom
penurunan system kekebalan ini, baik di kalangan paramedis, masyarakat yang
beresiko tinggi hingga masyarakat yang minim sekali resikonya untuk
terjangkit virus ini. Peringatan atau bahkan perayaan terhadap Hari Aids
Sedunia semestinya dijadikan sebagai momentum untuk berintrospeksi diri,
untuk saling mengingatkan tentang bahaya HIV/AIDS dengan catatan
tidak hanya membuat baliho dengan slogan “ Bahaya AIDS” tetapi juga
memberikan informasi dan pendidikan kepada msyarakat secara umum, serta
tidak hanya membuat kegiatan atau dalam skala kecil yaitu update status di
akun sosial media yang bertema perayaan HIV/AIDS ini, karena yakinlah
seorang yang terjangkiti penyakit ini tidak akan merayakan keadaannya,
bahkan ia akan memilih lebih baik mengakhiri hidupnya daripada harus
mengidap penyakit berbahaya ini. ●
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar