Manajemen
dengan Tiga Musuh Baru
Dahlan Iskan ; Menteri BUMN
|
JAWA
POS, 02 Desember 2013
PARA direksi
BUMN kini menghadapi ujian alam: menghadapi gejolak ekonomi. Terutama
ketika dolar mencapai Rp 12.000 seperti yang terjadi sejak pekan lalu.
Semangat untuk maju yang sudah dibangun menggebu-gebu, kini harus
berhadapan dengan jurang.
Risiko-risiko
perusahaan kini menganga di depan mata. Dalam menghadapi situasi seperti
ini, semangat saja tidak lagi cukup. Antusias dan integritas saja tidak
memadai. Harus ada plus plusnya.
Kini fokus
direksi tidak hanya bagaimana maju, tapi juga bagaimana tidak berhenti di
tempat, tidak mundur, dan lebih-lebih tidak hancur. Kalau fokus di masa
normal adalah bagaimana bisa maju, di masa gejolak ekonomi seperti sekarang
ini fokusnya bercabang-cabang: efisiensi, kreatif, inovatif, dan siap-siap
memotong kegiatan, memotong anggaran, dan memotong perencanaan.
Tugas direksi
BUMN lebih berat daripada direksi perusahaan swasta. BUMN mengemban misi
untuk ikut menjadi benteng ketahanan nasional, pertumbuhan ekonomi, dan
meningkatkan martabat bangsa. Direksi BUMN tidak boleh hanya memikirkan
keselamatan perusahaan, tapi juga keselamatan ekonomi secara keseluruhan.
Lebih-lebih
lagi gejolak ekonomi ini terjadi pada tahun politik. Tugas direksi
menghindari tekanan politik juga harus dikedepankan
Saya ingat
waktu saya masih menjadi CEO perusahaan swasta. Tiga kali saya mengalami
krisis. Tapi, saya berprinsip bahwa kita tidak boleh kalah oleh krisis.
Tidak boleh menyerah kepada krisis.
Para direksi
BUMN yang ada sekarang umumnya belum pernah memimpin perusahaan di masa
krisis. Kecuali yang pernah menjadi direksi pada 2008. Maka, saya minta
direksi BUMN segera mendiskusikan kondisi perusahaan masing-masing dalam
kaitannya dengan gejolak ekonomi sekarang ini. Saya akan mengikuti dari
dekat bagaimana setiap direksi menyikapi gejolak ini.
Saya akan
memberikan penghargaan khusus kepada direksi yang secara gemilang berhasil
mengemudikan perusahaan masing-masing di jalan yang bergelombang ini. Tidak
akan ada lagi pelampung bagi kapal yang terbawa gelombang. Tidak akan ada
injeksi modal dari negara dengan alasan krisis.
Musuh pertama
untuk bisa selamat adalah ketidakkompakan. Dalam suasana seperti sekarang
ini direksi harus merupakan satu tim yang solid. Tidak boleh ada direksi
yang melobi sana-sini untuk bisa jadi Dirut, misalnya.
Musuh kedua
adalah rakus. Direksi tidak boleh menambah-nambah fasilitas untuk diri
sendiri. Kalau bisa, justru mengurangi fasilitas. Pada rapat-rapat direksi
tidak perlu makanan. Bukan untuk penghematan (tidak seberapa), tapi untuk
menciptakan solidaritas kepada seluruh lapisan di perusahaan. Solidaritas
diperlukan untuk membina kekompakan.
Musuh ketiga
adalah tidak peduli pada detail. Direksi tidak boleh lagi hanya tahu yang
besar-besar. Mereka harus tahu persoalan detail hingga tetek bengeknya.
Dengan demikian, titik-titik yang menyimpan dan menyembunyikan bahaya bisa
segera diketahui. Lebih baik tahu tetek daripada tiba-tiba terkena
bengeknya.
Tentu masih
banyak musuh lainnya. Tapi, saya percaya direksi BUMN sudah ahli teori
manajemen krisis. Krisis ini bukan tidak bisa dilewati dengan gagah.
Percayalah, "mendung tidak akan berada di satu tempat
terus-menerus".
Mungkin, dengan
gejolak ini ekonomi hanya akan tumbuh 5,6 persen. Tapi, itu jangan
diartikan bahwa kita hanya bisa tumbuh 5,6 persen. Ingat: angka 5,6 persen
adalah angka rata-rata. Berarti, ada yang tumbuh di atas itu dan ada yang
tumbuh di bawah itu. Pasti ada yang minus dan ada yang plus.
Kalau begitu,
tinggal tekad kita: pilih tumbuh yang di bawah itu atau yang di atas itu!
Tentu saya
tidak bisa menerima sikap direksi yang memilih angka rata-rata, apalagi
yang di bawah rata-rata. Lebih lagi yang harus minus. Di tengah krisis pun
kita tetap punya kesempatan untuk tumbuh tinggi. Itu yang akan membedakan
mana jagoan dan mana pecundang.
Gejolak ekonomi
ini sungguh ujian seleksi yang nyata bagi siapa saja. Siapa yang hebat dan
siapa yang ternyata biasa-biasa saja. Dalam keadaan normal sering kita
tidak bisa membedakan orang-orang yang hebat-hebat itu dari orang-orang
yang biasa-biasa saja.
Kini kita akan
bisa melihat siapa yang benar-benar hebat! ●
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar