|
SINDO,
01 Februari 2013
Bekerja dengan cinta.
Contoh yang paling mudah dicermati adalah para atlet dan seniman. Mereka
mempertemukan dorongan cinta, hobi, skill, dan agenda mencari uang yang
kesemuanya menjadi satu paket dan tarikan nafas.
Mereka bekerja dengan gembira dan penuh antusiasme karena dorongan cinta terhadap apa yang mereka lakukan. Coba saja amati suasana kerja dalam lingkungan terdekat, entah kantor,keluarga,pabrik, proyek bangunan, dan seterusnya. Siapa yang melakukannya dengancinta,energinya takakan habis-habis. Mereka bekerja dengan antusias bahkan sering melebihi waktu yang dijadwalkan. Waktu terasa berjalan cepat. Perasaan yang sama juga dirasakan mereka yang menjalani hidup dengan gembira,antusias, dan produktif sehingga hari, bulan,dan tahun dirasakan berlangsung cepat dan tahu-tahu jatah umur sudah habis. Di lingkungan perkantoran ataupun pabrik, berbahagialah kalau mayoritas karyawankaryawatinya memiliki kesesuaian antara minat,bakat,dan jabatan sehingga mereka bekerja dengan cinta. Seorang yang bekerja dengan cinta akan selalu berusaha menghasilkan yang terbaik. Khususnya mereka yang bekerja sebagai guru, mencintai profesi dan murid-muridnya merupakan keharusan yang tidak bisa ditawar-tawar. Para siswa akan tahu dan merasakan siapa guru yang mengajar dengan cinta dan siapa yang sekadar bekerja mengejar gaji. Seorang koki profesional misalnya akan bahagia ketika berhasil menyajikan masakan istimewa dan membuat pelanggannya puas. Begitupun sopir yang mencintai pekerjaannya dan senang mesin pasti akan selalu merawat mobilnya dengan hati. Yang kemudian menjadi pertanyaan, bagaimana menghadapi karyawan-karyawati yang tidak menyenangi tugasnya, namun mereka mesti bekerja demi mendapatkan uang dan memenuhi kewajiban kantor. Dalam lingkungan kantor atau perusahaan selalu ditemukan empat kategori karyawan. Pertama, yang paling ideal adalah mereka yang memiliki skilldan semangat kerja tinggi. Dalam diri mereka bertemu keahlian, loyalitas, dan semangat berprestasi. Semakin besar kelompok ini akan semakin maju sebuah institusi. Pimpinan mesti sering-sering memberi apresiasi. Kedua, ada sekelompok karyawan atau pegawai yang sesungguhnya memiliki skill tinggi, tetapi motivasi kerjanya rendah. Terhadap mereka mesti dipelajari dan diajak bicara dari hati ke hati agar ketemu masalahnya dan tumbuh motivasi kerja. Dengan kata lain, mereka perlu diberi konseling. Ketiga, ada sekelompok pegawai yang semangat kerjanya tinggi, tetapi skill rendah. Cara termudah tentu diberi pelatihan untuk meningkatkan keahlian. Keempat, kelompok yang membuat perusahaan atau negara rugi adalah mereka yang skill dan motivasinya rendah,namun selalu menuntut fasilitas serta gaji. Kelompok ini yang paling logis diberhentikan atau pensiun dini. Suasana kerja di lingkungan departemen pemerintah umumnya tidak produktif karena sangat bisa jadi kelompok keempat tadi cukup besar. Kesalahan sudah terjadi sejak awal mula seleksi penerimaan pegawai yang penuh dengan praktik koncoisme dan suap. Akibatnya, anggaran negara habis,namun kinerja pegawai tidak produktif karena memang rendah skill dan motivasinya. Kalau ini terjadi di lingkungan swasta, akan lebih mudah mengatasinya.Tetapi tidak demikian halnya bagi pegawai negeri sipil. Working with heart and passion mestilah ditumbuhkan di mana saja. Dengan demikian, salah satu tugas jajaran pimpinan adalah memberikan program-program strategis bagaimana menciptakan suasana kerja yang penuh antusiasme dan produktif. Mengenai antusiasme sesungguhnya cukup terlihat di lingkungan LSM atau parpol. Namun, tanpa program yang jelas, dukungan SDM yang terampil, berintegritas, dan visioner, yang kemudian menonjol hanyalah hirukpikuk seminar, kongres, rapat akbar,dan semacamnya. Ibarat pemain bola yang semangat lari ke sana ke mari mengejar bola, namun tanpa skill dan memahami strategi permainan dalam sebuah tim pasti hanya akan membuang energi dan waktu,namun tidak memberi sumbangan apa-apa pada pertandingan.Mestinya cukup menjadi suporter, bukan pemain. Dalam jajaran birokrasi pemerintahan, perusahaan, dan perwakilan rakyat, rasanya banyak yang pantasnya cukup sebagai suporter tepuk tangan dan teriak-teriak di pinggir lapangan, tidak usah ikut bermain di lapangan.Tetapi karena sejak proses awal rekrutmen sudah terjadi kesalahan,semakin tidak tercipta apa yang kita maksudkan working with passion, bekerja penuh antusiasme, produktif, dan bermakna. Padahal di situlah seseorang akan mendapatkan kepuasan batin, harga diri dan posisi yang jelas dalam jejaring kehidupan yang semakin kompleks ini. Lebih dari itu, kerja produktif yang didasari semangat cinta pasti akan menimbulkan vibrasi positif bagi lingkungannya dan bermanfaat bagi siapa pun yang menggunakan hasil karyanya. ● |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar