Diskusi Panel Kompas
‘Masa
Depan ASEAN di Tengah Berbagai Kepentingan dan Kekuatan Multipolar Global’
|
KOMPAS,
04 Oktober 2012
Dalam derajat tertentu,
posisi ASEAN menghadapi kepentingan dan kekuatan multipolar dalam era
globalisasi, memerlukan rumusan baru untuk mencapai posisi yang lebih
berpengaruh. Pengaruh globalisasi disertai dinamika kawasan Asia Tenggara tanpa
dirancang telah menghadirkan berbagai kekuatan multipolar seperti Amerika
Serikat, China, Rusia, dan Jepang dalam peran serta menjaga kepentingannya.
Rumusan yang terpikirkan
adalah mengangkat usulan Menteri Luar Negeri RI Marty Natalegawa tentang
keseimbangan dinamis (dynamic equilibrium)
sebagai pendekatan holistik dinamika kerja sama berbagai bidang di kawasan
Asia. Keseimbangan dinamis ini menjadi sangat relevan ketika kekuatan besar
saling berbenturan kepentingan di kawasan ini.
Kebijakan rumusan politik
dan keamanan ASEAN dengan prinsip ini akan menjadi kekuatan pengimbang—bukan
sekadar kekuatan menengah—mengakomodasi kepentingan berbagai negara di kawasan
ASEAN, termasuk empat kekuatan besar China, AS, Rusia, dan Jepang. Rumusan
keseimbangan dinamis yang sesuai dengan politik bebas aktif sebelumnya tidak
selalu disejajarkan dan diperjuangkan memenuhi kepentingan nasional.
Tekanan berbagai kepentingan
membuat berbagai rumusan proyeksi kebijakan politik luar negeri Indonesia
selama ini terlihat tidak selalu sejalan. Ini antara lain yang menjelaskan
sulitnya merumuskan Kode Tata Berperilaku (Code
of Conduct) di Laut China Selatan.
Prinsip keseimbangan dinamis
harus dipahami sebagai preservasi Indonesia dan ASEAN pada umumnya sebagai
pengimbang kondisi kepentingan masing-masing atas masalah keamanan dan
kebebasan bermanuver di kawasan. ”Ini menuntut kita senantiasa menjadi pihak
yang menempatkan pressure ke satu
pihak sehingga selalu terjadi keseimbangan,” kata Natalegawa dalam suatu
kesempatan.
Menempatkan prinsip di
antara keempat negara besar China, AS, Rusia, dan Jepang akan sangat tergantung
pada eksistensi konflik di antara mereka, sekaligus juga di antara
negara-negara anggota ASEAN. Silang klaim tumpang tindih kedaulatan di Laut
China Timur dan Laut China Selatan akan menjadi konflik terbuka mengancam
dinamika keseimbangan politik, ekonomi, dan keamanan kawasan.
Pengertian yang dicapai
antara AS dan China dengan sendirinya akan berdampak atas eksistensi dinamika
Taiwan, Korea Selatan, dan negara-negara Indochina. Pendekatan yang terjadi
antara China dan Rusia akan menggeser India sebagai penyangga berhadapan dengan
China, sekaligus menjadi ancaman potensial bagi Jepang.
Tanpa ASEAN dan upaya yang
dilakukan organisasi regional ini selama 45 tahun, kawasan Asia akan menjadi
tidak inklusif, sangat kompetitif, dan pasti tidak memiliki nuansa dan jiwa
multilateral. Tanpa prinsip keseimbangan dinamis itu, ASEAN akan terpaku pada
pola perimbangan kekuatan ala Perang Dingin, mudah terseret dalam konflik
kepentingan, dan kehilangan dinamika diplomasinya. (Rene L Pattirajawane) ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar