Resolusi
Tanpa Aksi
Hasanudin Abdurakhman ; Cendekiawan; Penulis;
Kini menjadi seorang
profesional di perusahaan Jepang di Indonesia
|
DETIKNEWS,
01 Januari
2018
"Resolusi saya untuk
tahun 2018 adalah mewujudkan resolusi tahun 2017, yang tidak terwujud sejak
tahun 2016." Itu adalah olok-olok akhir tahun yang sering ditulis orang.
Bisa jadi itu olok-olok terhadap orang-orang yang sok menuliskan resolusi
menjelang tahun baru. Tapi boleh jadi itu adalah olok-olok terhadap diri
sendiri. Olok-olok itu menggambarkan, ada banyak orang menginginkan sesuatu,
tapi tak kunjung mencapainya.
Mengapa? Jawabnya
sederhana: karena ia tidak pernah melakukan langkah-langkah untuk
mencapainya. Ada begitu banyak orang berniat untuk mencapai sesuatu, tapi
tidak kunjung melakukan hal-hal yang membuatnya mencapai hal itu.
Bayangkan seseorang yang
bangun pagi pada 1 Januari. Di benaknya ia berniat untuk makan telur ceplok.
Yang harus ia lakukan adalah pergi ke dapur, ambil telur dari kulkas.
Nyalakan kompor, letakkan wajan di situ, beri minyak goreng secukupnya. Lalu,
pecahkan telur, masukkan isinya ke wajan tadi. Tambahkan garam, balik
telurnya, kemudian angkat. Kalau langkah-langkah itu dilakukan, bisa
dipastikan orang itu mendapatkan telur ceplok.
Yang sering terjadi
adalah, orang yang ingin telur ceplok itu tidak beranjak dari tempat tidur.
Ia bermalas-malasan dalam bungkusan selimut hangat. Atau, ia bangun, lalu
duduk menonton TV, atau sibuk dengan gawainya. Akankah ia mendapatkan telur
ceplok yang dia inginkan? Tidak.
Ada pula orang yang ingin
berubah. Pada 1 Januari 2018 ia menginginkan telur dadar, tidak lagi telur
ceplok seperti hari-hari sebelumnya. Lalu ia bertindak. Ia pergi ke dapur,
mengambil telur dari kulkas. Ia menyalakan kompor, lalu meletakkan wajan di
situ, dan ia beri minyak goreng secukupnya. Lalu, ia pecahkan telur, dan ia
masukkan isinya ke wajan tadi. Ia tambahkan garam, kemudian ua balik
telurnya, kemudian ia angkat. Apa yang ia dapatkan? Bukan telur dadar,
melainkan telur ceplok.
Banyak orang ingin
berubah, ingin mendapatkan hasil yang berbeda. Banyak orang menginginkan
hal-hal baru. Tapi ia tetap melakukan hal-hal atau kebiasaan lama. Maka, ia
tidak akan mendapatkan hal-hal baru. Hal-hal baru hanya bisa didapat dengan
tindakan baru. Perubahan hanya bisa didapat dengan melakukan perubahan
tindakan. Kata Einstein, kegilaan adalah melakukan hal yang sama berkali-kali
dengan mengharapkan hasil yang berbeda. Tanpa sada banyak orang melakukan
kegilaan itu.
Jadi, apa makna sebuah
resolusi awal tahun? Resolusi itu rumusan tekad, sebuah mimpi. Tapi kita
tahu, rumusan saja tidak akan mewujudkan sesuatu. Rumusan itu harus diuraikan
menjadi daftar tindakan yang harus dilakukan. Untuk mencapai sesuatu kita
mesti tahu jalan yang harus dilalui untuk mencapainya. Jadi, rumusan resolusi
saja tidak cukup. Kita harus menyediakan jawaban atas pertanyaan, bagaimana
mencapainya. Apa yang harus dilakukan, dan apa saja yang diperlukan.
Setelah tahu, masih ada
lagi rumusan rencana. Kapan, di mana, dengan siapa, biaya berapa, dan
sebagainya. Detil itu adalah hal yang penting. Banyak orang tahu apa yang
hendak dilakukan, tapi tidak melakukan. Alasannya, sibuk. Sebenarnya ia tidak
sangat sibuk. Ia hanya gagal dalam perencanaan, sehingga banyak waktunya yang
terbuang. Atau, alasannya ia tak punya dana. Padahal ia punya. Hanya saja, ia
tidak menyusun perencanaan keuangan yang baik, sehingga ia melakukan banyak
pemborosan. Waktu dan dana, sering terbuang percuma kalau kita bertindak
tanpa rencana.
Puncak terpenting dari
resolusi adalah tindakan atau aksi. Satu demi satu tindakan yang sudah
direncanakan dilaksanakan, dan diukur hasilnya. Persis seperti saat kita
mengikuti panduan navigasi Google Map. Kita selalu melihat titik tujuan,
serta titik biru tempat kita berada saat ini. Selangkah kita maju, kita cek
dan pastikan langkah itu membuat kita lebih dekat ke titik tujuan, bukan ke
arah lain. Bila ternyata kita melenceng, kita harus melakukan langkah koreksi
untuk membenarkannya.
Tidak jarang orang
berhenti di tengah jalan, karena merasa lelah. Bahkan banyak yang berhenti
pada langkah pertama. Kenapa? Mungkin karena ia enggan berubah. Ya, perubahan
sering terasa menyakitkan. Pikiran menginginkan perubahan, tapi badan ingin
tetap berada di wilayah status quo. Maka kunci terpenting untuk melakukan
perubahan adalah dengan menyadari bahwa perubahan itu mutlak diperlukan.
Salah satu kuncinya adalah
dengan menikmati tindakan baru. Apapun langkah yang dipilih, itu adalah
langkah berat. Masalahnya, ia akan jadi lebih berat lagi kalau tidak
dinikmati. Kuncinya adalah, rumuskan rencana yang realistis untuk diri
sendiri. Jangan jadikan rencana orang lain sebagai rencana diri sendiri,
karena bisa jadi tidak cocok. Cukup jadikan rencana atau langkah orang lain
sebagai referensi saja.
Gunakan dukungan dari
berbagai pihak. Melakukan tindakan bersama dalam komunitas bisa membantu
memberi semangat. Tapi ingat, efeknya bisa pula sebaliknya, yaitu memberi
beban berlebihan.
Bagilah rencana aksi dalam
beberapa tahap. Tandai awal dan akhir tahapnya. Itu akan membuat rencana itu
jadi lebih pendek, sehingga lebih mudah dicapai. Dengan begitu kejenuhan bisa
dikurangi. Pencapaian tahap demi tahap akan memberi energi tambahan. Kesadaran
bahwa kita membuat kemajuan dan semakin dekat pada tujuan adalah salah satu
sumber energi yang penting.
Selamat
Tahun Baru 2018. Wujudkan mimpi Anda tahun ini! ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar