Ajakan
Melawan Koalisi Kapak Merah
Eko Prasetyo ; Aktif bergiat di Social Movement Institute
|
INDOPROGRESS,
10 Oktober 2014
Siapa yang mengatakan langit biru padahal
sebenarnya adalah setengah kelabu
telah melacurkan kata-kata dan mempersiapkan diri
untuk berlaku tiran…
(Albert Camus)
BULAT sudah keputusanmu mengubah pilihan langsung kepala daerah. 226
anggota parlemen mengalahkan 135 suara yang ingin pilihan langsung. Kalian gembira
ketika pilihan langsung itu ditiadakan. Alibimu berkalang kata-kata
nasionalis dan patriotik. Sungguh politik bagimu adalah usaha untuk melawan
ide segar dengan cara membuang pertimbangan akal. Seakan rakyat bangga dengan
kemampuanmu merawat lobi dan menyatukan pendapat. Tak mirip dengan partai,
tapi persis seperti sindikat. Yang berusaha menjegal apapun inisiatif rakyat
dengan mementahkan tiap gagasan perubahan. Kini usaha terbarumu adalah
meloloskan pilihan kepala daerah tak langsung. Dan seperti biasa, tuan SBY
terkejut, geram dan bingung dengan keputusan Walk Out partainya sendiri.
Rasanya berpolitik seperti main petak umpet: kita semua menyembunyikan motif
dan berusaha menampilkan drama.
Putusannya jelas: pilihan kepala daerah dikembalikan ke kawanan
parlemen. Mereka yang memilih dan menjatuhkan pilihan. Buah dari pilihan itu
jelas: biaya diarahkan untuk menyuap dan siapapun yang tampil harus merangkul
hati parlemen. Betapa menakjubkan metode ini. Menilai parlemen sebagai
barisan manusia suci yang punya niat sempurna. Seolah mereka adalah kawanan
dewa yang tak punya ambisi. Berhak untuk menentukan yang terbaik dan pasti
menghasilkan yang paling baik. Sepertinya kita baru keluar dari lorong gelap
sejarah yang bernama: tipu muslihat. Kita lupa bahwa parlemen itu juga bisa
culas dan gampang mengelabui. Korupsi bersarang di sana dan kebijakan jahat
dapat berhulu di situ. Kini koalisi merah putih berusaha membuktikan sesuatu
yang mustahil: parlemen bersih motif dan lurus niat. Kami ketawa dengan logika
itu dan anak cucu menangis karena kalian bersandar pada realitas palsu.
Koalisi merah putih pantas untuk berubah nama jadi koalisi kapak merah.
Pilihan kepada daerah tak bisa dipilih langsung. Itulah keputusan yang
telah kalian ambil. Tesis ini bernada tuduhan. Tesis ini berbau bacin.
Koalisi kapak merah menganggap rakyat bodoh, jahat, dan celaka. Kami seperti
himpunan manusia naif yang tak bisa punya hak memilih. Itu hak istimewa yang
tak bisa disebar-luaskan begitu saja. Ini hak yang tak semua mendapatkanya.
Sungguh, anggapan ini selain meremehkan juga bermaksud jahat. Menuduh rakyat
korupsi, suka main uang dan gampang ditipu. Maka cara untuk menghapus tuduhan
itu dengan memulai tradisi: lenyapkan hak pilih rakyat. Buang kegiatan
kampanye rakyat dalam pilihan kepala derah. Hapuskan semua bentuk kampanye
yang menghimpun massa. Semua itu tokh hanya mengorbitkan anarkhi dan
memperluas korupsi. Lagi-lagi koalisi merah putih berdiri di atas kebenaran
palsu yang bersandar pada kepentingan sederhana. Pertahankan kekuasaan
politisi dan tutup semua peluang munculnya pemimpin rakyat.
Kini keputusan itu telah diambil. Koalisi kapak merah memenangkan
voting. Suara rakyat ditenggelamkan dalam meja pertaruhan parlemen. Tanpa
malu lagi mereka sebut ini buah pengamalan sila keempat Pancasila. Memilih
pemimpin melalui ‘cara’ musyawarah untuk mufakat. Kalian berusaha menutup
bangkai kepentingan yang bau busuknya sudah tersebar: ketakutan pada suara
rakyat. Ternyata suara itu ada dan kuat gemanya. Kemarin suara itu memilih Jakowi
dan menundukkan Prabowo. Kemenangan dan kekalahan yang keras. Lalu kalian
berusaha menggugat dengan alat bukti seadanya dan apa adanya. Gugatan itu
ditolak dengan cara menyakitkan: semua gugatan tak diakui! Tak terima dengan
itu maka berkumpullah kalian untuk membuat ikrar keji: kita gagalkan pilihan
langsung kepala daerah. Keberatan diajukan oleh media apa saja. Malah banyak
akademisi mengatakan ide itu mundur dan sesat. Tapi koalisi kapak merah tak
mau surut. Mereka tetap berkeinginan untuk gagalkan hak pilih langsung
rakyat.
Ingatlah suara rakyat tak pernah bisa dibekuk. Kami punya pengalaman
kemarin, sebelumnya dan jauh sebelumnya. Suara itu pernah mengusir Soeharto
dari tahta. Suara itu yang melejitkan Jokowi jadi pemimpin. Dan suara itu
yang menaklukkan kekuatan kalian! Kini kalian seperti menantang kami untuk
kembali ke medan tempur. Judul perangnya pedih: ‘kami telah rampok suara
rakyat dan buktikan kalau kalian mampu mengembalikannya.’ Seolah kalian mau
katakan pada kami, suara rakyat itu hanya angan-angan dan kepalsuan. Seakan
kalian mau bilang: tunjukkan pada kami kelebihan yang ada pada diri kalian!
Jika kalian setuju dengan pilihan langsung maka kami sekarang buktikan bahwa
pilihan itu ‘langsung’ kami matikan. Keputusan yang bermotif keji itu seperti
tak menawarkan pilihan. Koalisi kapak merah telah membawa bendera yang
bernama pengkhianatan atas hak memilih dan dipilih. Hak yang selama ini ada
di tangan rakyat.
Padamu
Koalisi Kapak Merah Kami Berjanji
Pertama, membuktikan bahwa keputusan kalian itu akan kami lawan.
Melawan dengan kesungguhan dan keyakinan. Sedang kami kumpulkan semua bentuk
dukungan untuk batalkan itu melalui sidang Mahkamah Konstitusi. Sudah
terkumpul pada kami ratusan, ribuan hingga jutaan KTP yang ingin jadi bukti
dukungan pada sidang mahkamah. Sebuah bukti yang sempurna untuk melawan
keputusan lancung yang sudah diambil. Kami akan segera membuka banyak pos
pengaduan untuk membawa tindakan kalian dalam arena konstitusi. Salah satu
tempat berlaga yang bisa menguji kredibilitas keputusan kalian. Di sana baru
saja kalian bersimpuh kalah. Tentu kami bangga jika adegan kekalahan itu
kembali terulang.
Kedua, kami akan terus mengingatkan siapa diri kalian. Partai-partai
yang telah menuduh rakyat tak becus dan tak mampu memilih. Partai yang sudah
menganggap rakyat seperti himpunan domba yang tak bisa diarahkan dan
karenanya harus dikendalikan kebebasanya. Tuduhan kami beralamat jelas:
sindikat kapak merah memberi panggung kembali pada parlemen untuk memilih dan
mengangkat pemimpin. Kami akan membangun monumen ingatan, kalau ada sebuah
masa dimana komplotan penyamun berusaha menyandera hak rakyat dengan alasan
curang: rakyat waktunya ‘diwakili’ dalam memilih pemimpin. Ingatlah bahwa
namamu akan diingat dan karya culasmu jadi peringatan bagi kami. Peringatan
bahwa kalian tak lebih gerombolan ngawur yang ingin membangun pesta pora di
atas anggapan naif bahwa rakyat tolol.
Ketiga, waktunya kami untuk membawa kembali dukungan. Jika dulu rakyat
mendukung pemimpinya, maka kini rakyat perlu lawan wakilnya. Barisan wakil
yang telah memutuskan meninggalkan para pemilih. Rombongan wakil yang tak
percaya pada rakyatnya sendiri. Komplotan wakil yang malah curiga pada
‘kecerdasan’ rakyat. Padahal mereka duduk jadi wakil karena dipilih langsung
oleh kebanyakan rakyat. Kalian seperti kumpulan orang hilang ingatan yang tak
punya cermin untuk berkaca. Maka tugas kami untuk mengingatkan dan memberi
peringatan. Bahwa koalisi kapak merah kadang membuat yang merah jadi putih
dan putih jadi merah. Karena keyakinan politik mereka bersandar pada
‘ketidak-percayaan’ pada kemampuan rakyat. Sumber keyakinan itu dalilnya
palsu dan penuh hasutan, karena selalu beranggapan, rakyat tak bisa lagi
dipercaya untuk memilih.
Keempat saatnya kami mengajari kalian bagaimana cara berpolitik. Kami
sebenarnya lebih suka berduel dalam arena baik dan lebih baik: tapi kalian
ajak kami berdebat dalam kategori ringan, salah dan benar. Kami tak mau punya
politisi pandir yang memenangkan gagasan karena jumlah. Kami tak ingin parlemen
dikuasai oleh yang berjumlah banyak dan karena itu banyak yang menang dalam
ambil keputusan. Demokrasi tak hanya pada jumlah tapi juga seperangkat
gagasan yang bernalar dan bersandar pada akal. Itu sebabnya kami hendak
‘melatih’ kalian untuk percaya kalau rakyat adalah himpunan massa yang
pintar, sungguh-sungguh dan punya gagasan benar. Kebenaran yang tak
disandarkan pada jumlah tapi kepercayaan pokok kalau sumber kedaulatan suara
itu ada di tangan rakyat. Itu kebenaran yang sepatutnya dijejalkan dalam liang
kepala kalian.
Para
Pimpinan Koalisi Kapak Merah
Sudah waktunya kami menutup tulisan ini. Kami beruntung memiliki
politisi seperti kalian. Dimana karya dan sikap politiknya bersandar pada apa
yang ‘dipercaya’ dan ‘tak dipercaya’. Percaya bahwa keputusan politik yang
melawan opini itu benar dan tak percaya bahwa opini publik itu kadang benar.
Di atas landasan itu mungkin politik buat kalian seperti adegan di ruang
komedi: tertawa ketika menang dan marah saat kalah. Sehingga politik akan
diwarnai oleh fitnah dan voting. Fitnah itu ditebarkan saat pertarungan
Capres dan voting ditampilkan sebagai senjata masa kini. Tentu kami sadar
bahwa politik kadang berada pada garis yang lugas: yang di sini akan selalu
berlawanan dengan yang di sana. Koalisi kapak merah, kali ini Anda memilih
berseberangan dengan kami. Kami yang punya hak memilih, kami yang memiliki
hak konstitusi untuk dipilih dan kami yang memiliki kedaulatan. Jika
putusanmu adalah ‘merampas hak pilih kami’ maka bersiaplah untuk kami ‘rebut’
kembali hak itu. Ini bukan sekedar pertarungan antar partai politik, tapi ini
pertarungan antara mereka yang berakal dan mereka yang zalim. Kami bangga
karena punya kesempatan ‘jihad’ berduel dengan kalian lagi. Duel yang dulu
pernah kami menangkan dan akan selalu kami menangkan. Tuhan selamanya tak
pernah memihak yang jahat dan culas.
Semoga iblis membawa tuntunan padamu selalu!
Salam
tabik
Koalisi
Putih tanpa Kapak!. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar