Diplomasi
Ekonomi Indonesia Inc.
Djauhari Oratmangun ; Duta Besar RI untuk Rusia
dan Belarus
|
KOMPAS,
01 September 2014
ANALOGI
negara sebagai suatu organisme yang secara alamiah harus bertahan hidup,
berkembang, dan beradaptasi dengan lingkungannya menuntutnya untuk mampu
merumuskan strategi interaksinya dengan entitas-entitas lingkungan eksternal
secara cermat, terstruktur, terukur, dan sistematis.
Termasuk
strategi diplomasi pembangunan/diplomasi ekonomi yang visioner dengan tetap
menjaga keluwesan dalam praktiknya. Pemaknaannya harus komprehensif, bukan
hanya sebagai metode atau keahlian dalam menjual produk, mencari akses pasar,
dan pengikut aturan dari kebijakan hilir hubungan antar-negara, serta
bersifat ad hoc atau reaktif.
Ekonomi
nasional yang berdikari perlu dibingkai dengan diplomasi ekonomi yang
berkarakter, merepresentasikan Indonesia baru yang demokratis dan 20 ekonomi
terbesar dunia. Indonesia menjadi semacam korporasi yang selayaknya dikelola
secara modern, profesional, dan pragmatis, di mana setiap komponen bangsa
beserta kontribusinya menjadi bagian integral di dalamnya.
Tiga tataran
Untuk
itu, perlu Diplomasi Ekonomi Indonesia
Inc dengan pendekatan terkoordinasi yang bisa merasuki semua aspek (multi-pronged approach) serta
dilaksanakan penuh percaya diri dan siap berkompetisi. Dalam tata ekonomi
global terdapat benturan frontal kepentingan antarnegara, sekaligus kentalnya
aspek interdependensi dan intensnya permainan politik.
Pengelolaan
Diplomasi Indonesia Inc mencakup tiga tataran utama: multilateral, regional,
dan bilateral.
Di
tataran multilateral, Indonesia harus berperan aktif di berbagai institusi,
organisasi, dan perundingan ekonomi multilateral. Kemampuan memimpin dan
berkontribusi dalam penetapan agenda serta set the tone, khususnya terkait
pengambilan kebijakan hulu (upstream),
sangat utama.
Brasil
dan India adalah contoh negara yang berhasil di tataran ini. Brasil jadi
Dirjen WTO dan FAO serta India mampu mengarahkan perundingan WTO. Mereka
cermat dan cerdik menggunakan sumber daya diplomasinya secara maksimal.
Diplomatnya terjun langsung menjadi pemimpin atau negosiator dalam berbagai
perundingan multilateral tingkat tinggi terkait isu ekonomi, keuangan,
perbankan, perdagangan, dan lingkungan hidup.
Negosiasi
multilateral adalah proses politik yang sangat diwarnai manuver, lobi, dan
tekanan politik yang konstan—suatu atmosfer kerja dan tuntutan situasi yang
sudah menjadi makanan sehari-hari diplomat. Indonesia juga harus
menginvestasikan warga terbaiknya sebagai CEO dan administrator dari arsitek
ekonomi makro dunia seperti Bank Dunia, IMF, WTO, dan PBB. Sri Mulyani
Indrawati di Bank Dunia contohnya. Masih banyak potensi anak-anak bangsa yang
patut dipromosikan di bursa pimpinan institusi internasional.
Di
tingkatan regional, Indonesia patut memimpin dan berkiprah dalam kegiatan
badan-badan regional seperti Bank Pembangunan Asia (ADB), Komisi
Ekonomi-Sosial Asia Pasifik (ESCAP), APEC, dan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
2015. Indonesia dengan besaran politik-ekonomi dan potensi pasar sekitar 50
persen dari total pasar MEA semestinya menentukan arah kerja sama komunitas.
Posisi
tawar Indonesia yang sudah terbentuk positif dalam berbagai kancah
regionalisme terbuka ini jangan tereduksi oleh kemandekan kerja sama
intra-kawasan. Indonesia Inc harus realistis, berorientasi profit, mencari celah kesempatan,
menghasilkan keuntungan, demi kemajuan bangsa. Mesin diplomasi ekonomi
kemudian dapat direlokasi bagi peningkatan kerja sama ekstra-kawasan atau
antar-kawasan. Energi yang telah dikeluarkan para pelaku diplomasi
antar-pemerintah di tingkat multilateral dan regional perlu disambut dan
didukung oleh pelaku usaha nasional.
Ekonomi
berdikari dan berkekuatan rakyat menyediakan ruang bagi pelaku usaha untuk
turut bergerilya memberikan sumbangsih bagi kesejahteraan bangsa dan negara.
Sektor swasta semestinya menjawab tantangan untuk melebarkan usahanya ke
pasar regional, mengisi jalur pipa kerja sama yang telah tertata melalui
negosiasi di tingkat kawasan. Misalnya, memiliki andil dalam proyek
konektivitas ASEAN dan menangkap peluang di berbagai forum bisnis atau
investasi dalam konteks APEC.
Progresif
dalam membuka jalur pipa kerja sama baru berwawasan regional bersama mitra di
luar kawasan. Mendirikan jenis usaha intensif modal, teknologi, dan tenaga
kerja yang menjadikan Indonesia sebagai hub suatu produk bernilai tambah di
kawasan dapat dimulai.
Bilateral
Pretext diplomasi ekonomi
bilateral suatu negara besar adalah intelijen dan analisis pasar yang
kredibel, jejaring kerja yang mumpuni, serta nyali besar membuka dan merebut
pasar. Langkah eksploratif dan agresif diperlukan dalam upaya menembus pasar
bilateral non-tradisional. Jangan selalu kaget dan terperangah menonton sepak
terjang negara pesaing. Sikap reaktif terhadap dinamika ekonomi internasional
bukan aura diplomasi ekonomi Indonesia Inc.
Pelaku
usaha yang berani mendobrak dan memiliki kepekaan tinggi untuk ini hendaknya
difasilitasi. Pasokan analisis pasar pra-ekspansi, informasi prosedural dan
potensi, serta monitoring proses pemasaran dan umpan balik pasca pemasaran
yang intensif mutlak diperlukan.
Cermat
membaca situasi pasar, bukan berdasarkan kalkulasi dagang saja, tetapi
mempertimbangkan pula faktor dinamika politik internasional teraktual. Skema
dukungan terhadap pengusaha bernyali besar itu terkait erat sinergi peran dan
fungsi kementerian/instansi terkait nasional, Kadin, dan perwakilan RI.
Tiga hal
Sebagai
”viagra” dalam melaksanakan diplomasi ekonomi Indonesia Inc, terdapat tiga
hal yang dapat disarankan. Pertama, revisi UU Hubungan Luar Negeri (37/1999)
dengan memutakhirkan aspek kontekstual dan penajaman aspek koordinatifnya.
Kedua,
diplomasi yang andal perlu biaya. Diperlukan alokasi anggaran yang rasional
untuk mengoperasikan sumber daya diplomasi yang ada secara efektif dan
optimal. Ketiga, mesin diplomasi utama, Kementerian Luar Negeri, harus
diikutsertakan dalam rapat koordinasi pemerintah bidang ekonomi, keuangan,
dan pembangunan untuk menyuntikkan perspektif internasional.
Hari
Jadi Ke-69 NKRI dan terbentuknya pemerintahan baru menjadi momentum
penyegaran kembali optimisme pendiri bangsa. Sudah waktunya Indonesia
memerdekakan diri dari belenggu atribut negara berpendapatan menengah (MICs).
Pencapaian target pertumbuhan ekonomi 7 persen mampu melontarkan Indonesia
menjadi negara maju menyongsong HUT Ke-80 NKRI.
Seorang
filsuf mengatakan: ”optimism is
essential to achievement and it is also the foundation of courage and true
progress”. Tanggalkan mentalitas ”kelas
menengah” dan mulailah membiasakan diri bersikap serta berperilaku
sebagai negara dan bangsa besar. Diplomasi
Ekonomi Indonesia Inc bisa berperan. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar