Menjadi
Pemilih yang Bertanggung Jawab
Jeffrie Geovanie ; Direktur Utama PT Sinar Harapan Media Holding
|
SINAR
HARAPAN, 11 Juli 2014
Rabu (9/7), kita telah memilih calon presiden dan calon wakil presiden
(capres-cawapres). Menurut hitung cepat (quick
count) sejumlah lembaga survei yang kredibel, pasangan Joko Widodo-Jusuf
Kalla unggul di pusaran angka 52-54 persen.
Bahwa ada pula lembaga survei yang dalam hitung cepatnya memenangkan
pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, itu merupakan hal lumrah. Publik
tentu bisa membedakan mana lembaga survei yang kredibel dan mana yang tidak.
Terlepas apa pun hasilnya, yang penting bagi kita adalah tetap menjaga
keutuhan sebagai bangsa, tidak terpengaruh provokasi-provokasi yang mau
memecah belah, baik disebabkan keengganan menerima kekalahan maupun karena
kemungkinan adanya pihak-pihak yang sengaja memancing di air keruh.
Di samping itu, yang tidak kalah penting adalah bagaimana agar pilihan
yang kita jatuhkan ke pasangan capres-cawapres mana pun tidak menjadi suara
yang sia-sia. Pihak yang pilihannya menjadi pemenang tidak harus jemawa dan
yang pilihannya tidak menjadi pemenang tidak harus merasa kalah dan rendah
diri. Martabat pemilih, siapa pun pilihannya, memiliki derajat yang sama.
Jadi yang perlu disadari, sejatinya tidak ada korelasi yang signifikan
antara capres yang dipilih dengan kelangsungan hidup yang memilihnya.
Kelangsungan hidup pemilih sepenuhnya tetap sangat tergantung ke dirinya,
bukan kepada capres-cawapres yang telah dipilihnya.
Benar bahwa setiap capres-cawapres punya visi, misi, dan program kerja
yang bertujuan menyejahterakan dan memajukan rakyat. Namun, bagaimana hal itu
direalisasikan tidaklah semudah membalikkan telapak tangan.
Merealisasikan visi, misi, dan program kerja akan sangat dipengaruhi
sistem politik yang berlaku di Indonesia, oleh mesin birokrasi pemerintahan
dan mesin politik yang mendukungnya. Dukungan mesin politik secara riil akan
tergambar dalam peta politik yang ada di parlemen. Peta politik di parlemen
inilah yang justru berpengaruh secara signifikan, di samping ada kekuatan
internasional yang juga harus diakui ikut berpengaruh melalui
perjanjian-perjanjian di bidang ekonomi dan politik.
Pemilih
Bertanggung Jawab
Satu-satunya cara agar pilihan (suara) kita bisa membawa manfaat bagi
kemajuan dan kesejahteraan adalah menjadi pemilih yang bertanggung jawab.
Pertama, kita memilih sesuai aturan main, tidak melakukan tindakan-tindakan
yang bisa merusak prinsip-prinsip dasar pemilu, terutama kejujuran dan
keadilan.
Banyak tersebarnya bahan-bahan kampanye hitam yang berisi fitnah dan
kecaman terhadap capres-cawapres tertentu menjadi bukti masih minimnya
kesadaran kita menjadi pemilih yang menghormati aturan main.
Kedua, kita memilih sesuai hati nurani, dengan penuh pertimbangan,
tidak sekadar ikut-ikutan dan tidak didasari motivasi kepentingan sesaat,
seperti mendapatkan uang (dari praktik money
politics) atau guna tujuan-tujuan lain yang tidak ada hubungannya dengan
upaya memajukan dan menyejahterakan rakyat. Banyak motivasi memilih. Motivasi
terbaik adalah memajukan dan menyejahterakan rakyat dengan cara memilih
pemimpin yang diyakini mampu merealisasikan motivasi tersebut.
Ketiga, ikut mengajak orang lain agar memilih secara benar, tidak
menjadi golongan putih (golput). Jika dilakukan, langkah ini akan menjadi
bukti bahwa kita betul-betul peduli masa depan negeri ini. Secara
konstitusional, mengajak rakyat memilih merupakan bagian dari tugas Komisi
Pemilihan Umum (KPU). Tapi, tentunya sangat baik jika masing-masing kita
saling mengajak memilih secara benar.
Keempat, mengakui siapa pun yang terpilih sebagai hasil dari proses
demokrasi. Jika yang terpilih ternyata tidak sesuai harapan, kita harus tetap
menghormatinya. Kita yakin akan ada kekecewaan saat yang terpilih bukan dari
pilihan kita. Ketika itu terjadi, yang harus disadari adalah sesungguhnya
tidak ada pemimpin yang sempurna.
Yakinlah bahwa setiap calon pemimpin pasti mempunyai kelebihan-kelebihan
sehingga membuatnya terpilih menjadi pemimpin. Hal yang menurut kita buruk
belum tentu buruk pula menurut orang lain. Sebaliknya, yang menurut kita baik
belum tentu baik pula bagi orang lain. Baik buruknya pemimpin akan terbukti
dan teruji setelah diberi kesempatan memimpin.
Kelima, yang tidak kalah penting adalah ikut
mengontrol/mengawasi/mengawal agar presiden terpilih berjalan di rel yang
benar. Ia harus menjalankan janji-janjinya yang disampaikan dalam kampanye
serta tidak menyalahgunakan jabatan untuk kepentingan diri, keluarga, dan
golongannya.
Kekuatan
Ekstraparlemen
Banyak rekaman, tulisan, dan bukti-bukti lain mengenai visi, misi, dan
program kerja yang dijanjikan capres-cawapres. Karena visi, misi, dan program
itulah, antara lain, mereka dipilih karena dianggap bisa
dijalankan/direalisasikan ketika sudah terpilih.
Secara konstitusional, tugas mengontrol ada di parlemen. Namun, kita
sudah paham bagaimana mekanisme kerja parlemen. Kontrol parlemen baru bisa
berjalan efektif saat kepentingan diri dan partainya merasa terganggu.
Artinya, tak ada kontrol yang benar-benar dijalankan secara tulus demi
kepentingan rakyat. Hal yang berkaitan dengan kepentingan rakyat harus rakyat
sendiri yang langsung melakukannya, dengan cara unjuk rasa, protes, atau
banyak cara lain yang dibenarkan dan dilindungi undang-undang.
Oleh karena itu, sebagai pemilih yang bertanggung jawab, kita tak bisa
melepaskan/memercayakan sepenuhnya fungsi kontrol kepada parlemen yang diisi
para politikus. Kita bukan tidak percaya kepada para politikus. Tapi, untuk
memastikan pemerintahan bisa berjalan dengan baik, kekuatan ekstraparlemen
harus tetap dijalankan.
Kekuatan ekstraparlemen itu bisa dijalankan secara lebih efektif saat
diwujudkan dalam bentuk institusi-institusi yang menjadi bagian kekuatan
civil society, yang setiap saat bisa berfungsi konstruktif untuk kemajuan
bangsa dan negara. Dengan institusi-institusi ini, banyak hal bisa dilakukan,
antara lain fungsinya untuk memastikan negara bisa menjalankan tugas-tugasnya
dengan baik agar pemerintah tetap konsisten dengan program-program bagi
kemajuan dan kesejahteraan rakyat. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar