Sabtu, 17 November 2012

Spirit Kebangsaan dalam Hijrah


Spirit Kebangsaan dalam Hijrah
Masduri ;   Peneliti di Jurusan Teologi dan Filsafat
Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Ampel Surabaya
SINAR HARAPAN, 17 November 2012

Umat Islam di seluruh penjuru dunia kembali merayakan pergantian tahun baru Hijriah. Sebagai wujud apresiasi dan kebahagian atas kehijrahan Nabi Muhammad dari Mekkah ke Madinah. Hal ini menjadi tonggak awal kemajuan Islam. Di Madinah Islam kemudian berkembang pesat dan diterima dengan mudah oleh semua golongan. Meski juga tidak menafikan sebagian umat yang masih bertahan dengan agama nenek moyangnya, seperti Yahudi. Tetapi kehidupan mereka di sana rukun dan menghargai perbedaan secara bijak. Nabi sebagai pemimpin umat Islam, tidak pernah mengintervensi mereka, dan malah memberikan jaminan keamanan. Piagam Madinah menjadi bukti nyata, bahwa Nabi menghargai perbedaan sebagai hal yang tidak bisa dielakkan.
Selain itu, kehijrahan Nabi ke Madinah membuat prekonomian umat Islam semakin maju, dan mendapat banyak pendukung dan pejuang yang tangguh dalam membela tegaknya agama Allah. Islam berkembang dengan pesat. Tidak salah kalau kemudian Khalifah Umar bin Khattab memilih peristiwa hijrah ini sebagai awal penanggalan umat Islam, daripada peristiwa kelahiran ataupun wafat Nabi. Dalam peristiwa hijrah, banyak sekali hal yang sampai hari ini tetap menginspirasi umat Islam. Penulis memaknai pemilihan peristiwa hijrah sebagai awal penanggalan umat Islam oleh Umar bin Khattab, sebagai bentuk refleksi diri dari perjuangan yang dilakukan Nabi Muhammad. Pada prinsipnya perjalanan hidup adalah proses hijrah dari masa ke masa demi terciptanya perubahan, atau dari tidak baik menjadi lebih baik.

Makna Hijrah
Secara etimologi, hijrah berarti berpindah. Jika lebih diperjelas hijrah berarti perpindahan dari suatu tempat ke tempat lainnya. Namun dewasa ini pemaknaan hijrah semakin beragam. Kehijrahan yang dilakukan oleh Nabi 1433 tahun yang lalu, bukan hanya bentuk hijrah fisik dari Makkah ke Madinah, tetapi di balik semua itu adalah misi Ilahiyah berupa panggilan Allah SWT. Nabi mampu membawa kehijrahan sosial atau transformasi sosial, dari keterpurukan masyarakat Madinah waktu itu menjadi beradab. Maka seperti penulis uraikan di atas, pada prinsipnya hijrah adalah proses perubahan dari tidak baik menjadi lebih baik.

Dalam salah satu hadis Nabi disabdakan, Tidak ada lagi hijrah sesudah pembukaan kota Mekkah, tetapi yang ada jihad dan niat tulus (HR. Bukhari dan Muslim). Hadis ini secara implisit menegaskan pemaknaan hijrah dalam makna yang sangat luas, konotasi yang digunakan adalah jihad dan niatan tulus. Jihad berarti berjuang dengan sungguh-sungguh, makna luasnya berjuang berarti berbenah diri menjadi lebih baik. Maka momen pergantian tahun baru hijriah, mestinya bisa membuat umat Islam menghadirkan diri mereka dalam kesadaran yang utuh tentang pemaknaan hijrah Nabi sebagaimana alasan yang dipilih Umar bin Khabbab dalam menetapkan permulaan penanggalan dalam Islam. Kesadaran tersebut diharapkan dapat menjadi pemantik semangat perubahan atau kejihrahan umat Islam yang selama beberapa abad terakhir mengalami kemunduran.

Hijrah Kebangsaan
Dalam konsteks kebangsaan, spirit hijrah yang bisa kita ambil, adalah dengan berupaya terus-menerus berjuang menyelesaikan persoalan kebangsaan yang sedang kita hadapi. Maka momen pergantian tahun baru hijriah mestinya menjadi penyulut semangat bagi umat Islam agar lebih keras lagi berjuang dalam menyelesaikan persoalan kebangsaan. Banyak sekali persoalan bangsa yang belum terselesaikan secara maksimal, bahkan terus saja berkembang biak tanpa bisa kita bendung, seperti korupsi, ketidakadilan, kekerasan, kemiskinan, dan diskriminasi. Semua persoalan ini butuh keseriusan umat Islam sebagai bagian dari bangsa Indonesia, untuk berjuang dengan sungguh-sungguh menyelesaikan persoalan tersebut.

Nilai kehijrahan yang berhasil dilakukan oleh Nabi Muhammad dengan membawa masyarakat Madinah menjadi semakin maju, beradab, rukun dan sejahtera, harus mampu kita hadirkan di negara kita sebagai manifestasi dari kesadaran kita akan makna hijrah tersebut. Meskipun, kita tidak langsung berjuang bersama Nabi dalam proses tersebut. Sekarang, kita memiliki tanggung jawab besar untuk membawa Indonesia berhijrah menjadi negara yang maju, beradab, rukun dan sejahtera, seperti dulu yang juga pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad dalam membawa Madinah berjaya.

Indonesia sekarang butuh sosok tangguh yang memiliki kesungguhan dalam berjuang membawa kehijrahan atau perubahan di Indonesia. Umat Islam sebagai bagian besar dari bangsa ini harus mampu menghadirkan perubahan itu, agar makna hijrah yang dilakukan Nabi Muhammad dahulu tidak sekadar jadi cerita usang yang tidak bermakna. Pada prinsipnya sejarah mengandung makna spirit perubahan yang harus senantiasa diperjuangkan, secara khusus dalam hal ini peristiwa hijrah Nabi dari Makkah ke Madinah. Peristiwa hijrah adalah perjalanan bahwa manusia pada prinsipnya harus senantiasa berubah menjadi lebih baik. Dalam konteks kebangsaan, Indonesia dari hari ke hari harusnya lebih baik, bukan malah semakin kacau dengan beragam persoalan kebangsaan yang tak kunjung selesai. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar