Menggelorakan
Indonesia Raya
M Harjono Kartohadiprodjo ; Ketua Pembina Yayasan Perguruan Cikini
|
MEDIA
INDONESIA, 17 November 2012
KATA-KATA `Hiduplah Indonesia Raya' ialah
kalimat ter akhir dari lirik lagu kebangsaan negeri ini, yang merupakan
harapan bangsa mencita-citakan eksistensi negaranya sejahtera. Disuarakan
dengan lantang dan percaya diri tetapi selalu menjadi pertanyaan di akar
rumput, bilakah terwujudnya Indonesia Raya?
Amerika Serikat yang terkenal demokratis dan
liberal mengharuskan putra dan putri mereka untuk menghormati bendera
nasional dan lagu kebangsaan mereka dari awal menginjakkan kaki di sekolah
taman kanak-kanak, mewajibkan belajar sejarah perjuangan bangsanya di sekolah
dasar dan menengah.
Di perguruan tinggi, mahasiswa diberi kesempatan
mengikuti Reserve Officer's Training Corps (ROTC) untuk memperoleh leadership
training disertai disiplin kerja. Setiap pagi se belum mulai be lajar, para
siswa mengha dap ke ben dera nasionalnya sera ya me ngucapkan, “I pledge allegiance to the flag of the
United States of America and to the Republic for which it stands, one Na tion
under God, indivisible, with liberty and justice for all.“
Di warga Amerika Serikat tertanam kebanggaan
dan setia terhadap bangsanya, bersedia dan rela berkorban sebagai patriot
bangsa. Inggris mengumandangkan lagu kebangsaan God Save the Queen baik di setiap akhir pertunjukan tengah malam
di gedung bioskop, sandiwara, maupun siaran radio dan televisi. Korea Selatan
mengumandangkan lagu kebangsaan Aegukga setiap pukul 06.00 di tiap kota.
Semua harus berdiri tegak seraya tangan kanannya memegang dada kiri untuk
menghormati lagu kebangsaan mereka. Demikian juga Taiwan, Jepang, dan
Malaysia dengan caranya sendiri membangkitkan nasionalisme mereka.
Bangsa-bangsa tersebut jadi bangsa yang besar,
sejahtera, percaya diri, dihormati, dan disegani bangsa lain di alam maraknya
globalisasi. Singapura dan Korea Selatan bahkan mewajibkan warga mereka yang
sudah dewasa ikut latihan militer selama waktu tertentu.
Warga negara bangsa-bangsa tersebut memiliki
integritas terhadap negara dan bangsa mereka. Mereka bangga dengan bahasa
nasional (mother language),
walaupun mempelajari bahasa dan budaya asing secara fasih diperlukan untuk
sosialisasi di dalam komunitas internasional. Bahasa nasional/mother language
merupakan perekat budaya suatu bangsa terutama di dalam hubungan antara
warganya.
Pelajaran `penanaman semangat kebangsaan' yang
baik dari negara tersebut perlu dicontoh dan diajarkan kepada siswa-siswa di
Indonesia sesuai budaya kita untuk membangkitkan etos kerja yang tinggi bagi
bangsanya. Terutama di dalam menanamkan disiplin kerja, rasa cinta tanah air
kepada seluruh warga negaranya, terutama kepada pengusaha, pegawai negeri
baik sipil maupun militer, serta kaum buruh dan petani.
Pekerjaan yang dikerjakan sehari-hari bukanlah
semata-mata untuk mencari nafkah, melainkan juga untuk kepentingan sesama
warganya dan kemajuan bangsanya.
Potensi Bangsa
Indonesia dimasukkan menjadi anggota G-20, dan
ahli demografi dunia meramalkan Indonesia menuju bonus atau dividen demografi
(demographic dividend).
Artinya bangsa Indonesia di abad ke-21
memiliki 60% (sekitar 138 juta) tenaga kerja berpotensi kerja yang tinggi
(usia 16-64 tahun). Harapan masyarakat dunia pertumbuhan ekonomi Indonesia
mencapai di atas 6,5% sehingga memberikan sumbangan besar bagi pertumbuhan
perekonomian dunia (seperti China, India, Brasil, dan Vietnam).
Di dalam sejarah, Indonesia pernah jaya di
abad ke-7 semasa Kerajaan Sriwijaya dan berpengaruh besar di Benua Asia. Kejayaan
tersebut terulang kembali di abad ke-14 pada saat Kerajaan Majapahit ada.
Kaisar Yongle (14031424) dari Dinasti Ming pun meme rintahkan Laksamana Cheng
Ho mengunjungi Majapahit untuk menghormati kebesaran nya. Kebangkitan
Indonesia menurut ahli-ahli demografi diramalkan terulang pada abad ke-21,
tepatnya 2020-2050.
Potensi besar yang dimiliki bangsa Indonesia
ialah (1) jumlah penduduk yang mencapai sekitar 230 juta dan bertambah 1,5%
per tahun. Itu merupakan potensi tenaga kerja dan pasar yang besar bagi
ekonomi negara. (2) Terletak di tengah lintasan khatulistiwa di antara dua
samudra dan dua benua. Sebesar 60% perdagangan dunia melintasi wilayah ini.
(3) Luas wilayahnya 5.193.250 km2 terdiri 30% daratan dan 70% lautan. Tuhan
memberi kekayaan alam berlimpah. Eksplorasi kekayaan laut harus diutamakan,
selain mengeksploitasi kekayaan alam di pulau-pulau guna ditingkatkan nilai
tambahnya untuk memberikan lapangan kerja dan devisa.
Lirik kalimat yang dikumandangkan Indonesia
Raya; `bangunlah jiwanya, bangunlah badannya untuk Indonesia Raya'; harus
dicamkan dan dilaksanakan sekuat tenaga dengan jiwa dan raga seluruh bangsa
Indonesia untuk mencapai ke sejahteraan yang adil dan makmur. Tuhan YME tidak
akan mengabulkan doa dan permohonan kita bila bangsa ini tidak bekerja keras
dan menghargai anugerahNya.
Kesempatan emas tersebut harus dimanfaatkan
semaksimal mungkin, kemauan bangkit harus tumbuh dari bangsa Indonesia
sendiri, dengan mendahulukan kepentingan nasional dalam menuju Indonesia
Raya, selambat-lambatnya 2045, atau tepat 100 tahun Indonesia merdeka.
Jangan sampai Masterplan Percepatan dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025 yang dirancang
pemerintah disertai tibanya bonus demografi justru dinikmati bangsa asing dan
menjadikan bangsa Indonesia `kuli yang baik' di negaranya sendiri. Peran
pendidikan dan pelatihan sebagai peningkatan mutu SDM pendidikan berperan
meningkatkan kualitas manusia, dipusatkan sesuai dengan usia manusia; (a)
usia 15 tahun untuk meningkatkan IQ dan keterampilan dasar, serta awal
pendidikan kebangsaan (di AS dikenal dengan The Plege of Allegience to the flag), (b) usia 5-16 tahun,
SD-SMP-SMA diajarkan sejarah perjuangan bangsa/ semangat kebangsaan dan
pemikiran dasar Pancasila.
Lagu kebangsaan Indonesia Raya dan Pancasila
janganlah sekadar dihafalkan bait-baitnya, tetapi dipahami isi dan
kata-katanya dengan penuh semangat dan rasa tanggung jawab. Pendidikan
olahraga untuk pembentukan kepemimpinan dan disiplin (leadership and discipline performing). Seni budaya sebagai
pembentukan kehalusan watak (art
performance). (c) Usia 16-64 tahun kelompok usia kerja perlu peningkatan
ilmu pengetahuan melalui perguruan tinggi, akademi, keterampilan, pelatihan
dan etos kerja untuk membangkitkan rasa kebangsaan yang berlandaskan
Pancasila. (d) Usia 65 tahun ke atas menjadi manusia yang arif dan bijaksana.
Menyumbangkan pengetahuan dan pengalaman dalam mempercepat pembangunan.
Peran Pimpinan Nasional
Peran pimpinan nasional menjadi sangat penting
pada kebangkitan bangsa karena merupakan pimpinan eksekutif untuk
mengendalikan pemerintahan sesuai dengan kepentingan nasional. Peran Kaisar
Meiji pada 1865 sebagai penggerak kebangkitan Jepang memiliki pengaruh yang
besar, terutama karisma dan ketegasan kepemimpinan di dalam mengubah mindset
bangsa.
Demikian pula Presiden Korea Selatan Park
Chunghee, Deng Xiaoping (China), Mahathir Mohamad (Malaysia) dan Lee Kuan Yew
(Singapura).
Mereka pemimpin yang mengabdikan diri untuk
kepentingan rakyat mereka.
Semoga Indonesia di 2014 dikaruniai pemimpin yang memiliki karisma karena ketegasan memimpin dan bersedia mendengarkan harapan yang disampaikan bangsanya dalam mencapai kesejahteraan dan kemakmuran yang adil berlandaskan Pancasila. ● |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar