Kamis, 16 November 2017

Daya Beli Masyarakat dan Ekonom Akrobat

Daya Beli Masyarakat dan Ekonom Akrobat
Fuad Bawazier  ;  Mantan Menteri Keuangan
                                                DETIKNEWS, 13 November 2017



                                                           
Ketika ada beberapa ekonom baik yang duduk dalam pemerintahan maupun yang di luar (tetapi dikenal sebagai pendukung kekuasaan) mengatakan bahwa "daya beli tidak turun tetapi rakyat menunda konsumsinya," saya amat miris karena ekonom-ekonom ini sudah berakrobat keluar dari disiplin ilmunya sendiri, tentunya demi agenda-agenda pribadinya.

Sebagai ekonom seharusnya mereka tahu bahwa konsumen tidak mudah (rigid) untuk mengubah pola atau behaviour konsumsinya, antara lain diuraikan oleh ekonom pemenang Nobel Prof. Milton Friedman dari Chicago University. Begitu rigid-nya dalam pola berkonsumsi sampai-sampai ketika pendapatannya turun, konsumen tetap mencoba bertahan dengan level konsumsinya dengan cara mengambil tabungannya.

Ketika tabungannya habis, untuk mempertahankan pola atau kebiasaan konsumsinya atau gaya hidupnya, konsumen mulai menjual aset-asetnya. Dan, setelah asetnya yang bisa dijual habis, kadang dilanjutkan dengan berutang (bila masih ada yang percaya). Karena itu kurang logis bila dikatakan konsumen tiba-tiba menunda konsumsinya, kecuali jika terjadi krisis politik atau keamanan. Tapi, tidak dalam keadaan normal.

Alhamdulillah-nya, debat kusir soal penurunan daya beli sudah terjawab dengan publikasi BPS yang menyimpulkan bahwa memang ada penurunan daya beli. Sebelum pengumuman BPS itu saya sudah mengingatkan kepada para ekonom akrobat yang bersilat lidah bahwa daya beli tidak turun tetapi masyarakat cuma menunda konsumsinya dengan sindiran.

Sindiran itu agar para ekonom akrobat itu meneruskan akrobat konyolnya dengan menambahkan pernyataan-pernyataan kocaknya bahwa rakyat tidak ada yang miskin, cuma menunda jadi kaya; dan, rakyat tidak ada yang menganggur cuma menunda bekerja, dan seterusnya. Kata orang dulu, ngono yo ngono ning ojo ngono, atau kata guru agama saya, innalillahi wainnailaihi rojiun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar