Mencari Kebijakan untuk Daya Saing
Sutarjo ; Kandidat
Doktor Unpad, Bandung
|
MEDIA INDONESIA,
15 April 2016
INSTITUSI pemerintah
mempunyai pengaruh signifikan pada daya saing ekonomi dan pengembangan
ekonomi negara agar pertumbuhan pembangunan berkesinambungan. Boon Seong Neo
dan Geraldine Chen dalam Dynamic
Governance (2007) menguraikan institusi pemerintah umumnya tidak dinamis
dalam memberikan output dan layanan kepada masyarakat karena tidak menghadapi
persaingan. Singapura berhasil dalam konstruksi kebijakan untuk meningkatkan
daya saing, industri berbasis sumber daya alam sangat maju, dan pendapatan
per kapita US$48.595 meski tidak memiliki sumber daya alam, sedangkan
Indonesia, yang kaya sumber daya alam berpendapatan per kapita US$3.452.
Saat pendapatan per
kapita Singapura melampaui beberapa negara maju, Pemerintah Singapura tidak
berhenti dan memikirkan strategi baru agar daya saing tetap terjaga dalam
ekonomi global. Pendekatan baru dilakukan agar kesejahteraan warga tetap berkesinambungan.
Tahap awal pendekatan ialah mengambil paradigma bahwa pengalaman dan keahlian
warga sudah cukup untuk memasuki dunia kerja. Jika mereka tidak bekerja,
mereka dianggap kurang motivasi. Namun, saat ekonomi berkembang, terdapat
kesenjangan antara keahlian dan kebutuhan angkatan kerja sehingga perlu
pendekatan berbeda. Target Singapura ialah menarik rakyat agar aktif
berpartisipasi dalam pembangunan dan agar Singapura menjadi tujuan investasi.
Tiongkok memiliki
sumber daya alam sangat besar. Namun, mereka mengimpor sumber daya dari
negeri luar dan mengolahnya menjadi produk unggulan dan mengekspornya
kembali. Pada 1978, Tiongkok merupakan salah satu negara miskin dengan
pendapatan per kapita hanya seperempat belas pendapatan per kapita AS. Pada
2013, nilai manufaktur Tiongkok 35% lebih tinggi daripada AS. Nilai
manufaktur Tiongkok hampir 29% dari produk domestik bruto, di AS hanya 12%
dan Jepang 19%. Menurut indeks daya saing manufaktur yang dibuat Deloitte
(2013), manufaktur Tiongkok menduduki peringkat pertama di dunia, sedangkan
AS di peringkat tiga dan Indonesia di peringkat 17.
Tiongkok unggul dari
segi indikator input maupun output yang didukung kebijakan pemerintah yang
kondusif dalam mendorong pembiayaan dalam investasi di dalam ilmu dan
teknologi, pelatihan karyawan, serta pembangunan infrastruktur. Terdapat
transformasi struktural dan realokasi tenaga kerja secara masif dari
pertanian ke industri. Yang menarik ialah pekerja yang di realokasikan ke
sektor industri tidak melakukan urbanisasi ke pusat kota sebagaimana di
Indonesia. Mereka bekerja di pusat industrialisasi di wilayah yang dibentuk
pemerintah berupa kota kecil atau pemerintahan tingkat desa yang mereka sebut
'township and village enterprises'.
Indonesia masih di
peringkat 37 dalam hal daya saing sesuai dengan rilis Forum Ekonomi Dunia
berdasar 12 pilar sebagai ukuran, yaitu institusi, infrastruktur, lingkungan
ekonomi makro, kesehatan dan pendidikan, pendidikan lanjutan dan pelatihan,
efisiensi pasar, efisiensi tenaga kerja, perkembangan pasar keuangan,
kesiapan teknologi, besaran pasar, lingkungan bisnis, serta inovasi. Berkaca
dari Singapura dan Tiongkok, untuk meningkatkan daya saing, Indonesia perlu
perubahan pendekatan.
Diperlukan pembaharuan
yang mencakup berbagai aspek kehidupan bangsa.
Kabinet kerja perlu
lebih berorientasi output dalam
kebijakan strategis.
Koordinasi
antardepartemen perlu ditingkatkan karena ibarat mesin raksasa. Tiap-tiap
kementerian merupakan bagian dari mesin yang harus sama-sama berputar agar
mesin bergerak ke arah depan. Ketidakharmonisan komunikasi dan kebijakan
antarkementrian perlu diperbaiki.
Ketidakharmonisan
kebijakan itu bisa dibaca calon investor di industri lain dan memengaruhi
keputusan mereka dan mempertimbangkan negara lain untuk investasi sehingga
daya saing Indonesia menjadi kurang menarik. Kabinet yang pernah dirombak
pada 2015 ternyata masih gaduh dan belum efektif. Tidak semua menteri mampu
mengikuti irama kerja Presiden Jokowi. Sebagian masih menggunakan paradigma
menunggu petunjuk, kurang inisiatif, serta sibuk pada kegiatan seremonial
tanpa menghasilkan output nyata
agar visi Presiden Jokowi terealisasi.
Terdapat kegamangan
sebagian pejabat kementerian untuk berinisiatif dalam membuat kebijakan dan
keputusan karena banyaknya kepentingan politik dan tekanan golongan tertentu.
Kebijakan dan regulasi antara kementerian dan lembaga yang saling mendukung
akan mendorong iklim investasi dan meningkatkan daya saing Indonesia.
Infrastruktur sudah
bertahun-tahun dikeluhkan pelaku usaha karena menyebabkan tingginya biaya
logistik. Kebijakan yang memastikan percepatan dalam pembebasan lahan demi
kepentingan infrastruktur perlu lebih ditingkatkan karena masih banyak
pelaksanaan proyek infrastruktur yang terganjal karena sulitnya pembebasan
lahan.
Pihak yang memberikan
kritik bahwa porsi proyek infrastruktur perlu dikurangi perlu melihat
kenyataan di lapangan, mengingat secara infrastruktur Indonesia tertinggal
jauh daripada negara lain.
Rencana kerja
pemerintah dalam membuka pasar ekspor baru dan mengurangi hambatan
perdagangan membutuhkan implementasi nyata dan bantuan dalam efisiensi
manufaktur agar mampu memanfaatkan peluang pasar Masyarakat Ekonomi ASEAN,
Trans-Pacific Partnership, dan perlu dukungan agar ekspor diperluas ke
negara-negara yang menjadi mesin pertumbuhan baru seperti Afrika dan Timur
Tengah, termasuk Iran.
Kebijakan dengan sudut
pandang baru perlu dilakukan secara proaktif untuk mendorong industri kreatif
dan e-commerce dalam perizinan, legalitas, pembiayaan, dan kepastian usaha,
terutama apabila terdapat benturan dengan industri konvensional karena
industri kreatif menjadi salah satu penggerak ekonomi masa depan.
Pengembangan industri
pengolahan yang ditargetkan tumbuh 5,9%-6,4% perlu didukung dalam penurunan
suku bunga pinjaman yang saat ini masih tinggi. Perlu pengembangan gugus
industri yang sesuai dengan karakter wilayah agar ekonomi daerah berkembang
dan gelombang urbanisasi terkendali. Apabila kebijakan tersebut dapat
direalisasikan, daya saing Indonesia niscaya akan meningkat dengan pesat pada
tahun mendatang. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar