Mengelola Stres Ketika Menganggur
Agustine Dwiputri ;
Penulis Kolom “Psikologi” Kompas Minggu
|
KOMPAS,
15 November 2015
Di berbagai negara,
sudah jutaan orang menjadi pengangguran kerja dalam beberapa tahun terakhir.
Kondisi ini merupakan hilangnya kendali perasaan yang paling berat dan
mendalam.
Jika kehilangan
pekerjaan terjadi pada kita, ’weker’ yang membuat bangun di pagi hari tak ada
artinya lagi, kekhawatiran tak dapat membayar kebutuhan hidup sehari-hari,
hilangnya teman kerja, semuanya akan mengempaskan kita dalam sekejap. Bukti
medis menunjukkan bahwa kehilangan pekerjaan dan rasa takut yang berlebihan
dapat memengaruhi kesehatan, khususnya dengan terjadinya stres.
Menurut Faelten &
Diamond (1989), bagaimanapun stres dapat dikelola. Kunci untuk mengendalikan
stres adalah dengan belajar untuk melihat segala sesuatu dengan cara
tertentu. Stres adalah kesempatan untuk terjadinya pertumbuhan dan kegairahan
baru jika dipandang melalui perspektif yang tepat. Orang-orang yang berhasil
mengatasi stres biasanya sangat berkomitmen pada hal-hal yang mereka lakukan.
Berbagai keyakinan dan kepercayaan diri akan memberi mereka tujuan, yang akan
mereka capai melalui krisis tak terelakkan dari kehidupan. Selain itu, orang
yang tahan terhadap stres akan mengerahkan berbagai kendali terhadap hidup
mereka. Mereka mencoba untuk mengatasi, tidak menyerah atau terpuruk saat
krisis menerpa kehidupannya. Mereka berhasil menjaga tekanan internal seperti
rasa bersalah dan khawatir. Faelten & Diamond (1989) dalam bukunya, Stress Relief, menyebut tiga faktor
untuk mengelola stres ini dengan istilah tantangan, komitmen, dan kontrol.
Tiga faktor sebagai kesatuan
Faktor tantangan
meliputi bagaimana Anda memersepsi kondisi menganggur. Segala hal yang
terjadi selalu ada hikmahnya. Kehilangan pekerjaan mungkin merupakan awal
dari pekerjaan yang lebih baik dan cara hidup yang positif bagi Anda dan
keluarga. Waktu untuk melakukan penilaian kembali adalah sebuah kemewahan
yang hanya pernah dimiliki oleh beberapa orang saja.
Penilaian yang ketat
mengenai hari-hari berikut setelah PHK menjadi sangat penting. Kisah tentang
betapa sulitnya untuk dapat bergabung kembali pada tempat kerja semula tidak
perlu dibahas lagi. Hal yang penting adalah Anda harus mengambil tindakan untuk
memastikan bahwa Anda dapat melawan tahapan pertama, yaitu shock, menyangkal,
yang diikuti oleh kecemasan dan stres. Semua rasa ini menyatu dan akan
menurunkan pertahanan mental dengan berlangsungnya tekanan hari demi hari,
juga dapat menurunkan resistensi tubuh terhadap penyakit fisik.
Jika semua ini lebih
dipandang sebagai tantangan dan bukan hambatan, kekuatan untuk melawan reaksi
awal akan menjadi lebih besar. Kemudian faktor komitmen atau disiplin sangat
diperlukan untuk menggantikan rutinitas kerja. Selain itu, harus juga
diperhitungkan risiko bahwa Anda mungkin mulai melakukan kompensasi dengan
cara makan berlebihan, minum, dan merokok. Semua ini memerlukan kontrol diri
yang kuat untuk menghindarinya. Jika Anda berada pada usia dewasa menengah, rencana
aksi yang jelas bahkan lebih penting, sebab pada usia ini, kemungkinan untuk
memperoleh pekerjaan tetap kembali, lebih kecil.
Hal-hal yang perlu dilakukan
• Utarakan berita
putus kerja secara berhati-hati kepada pasangan atau anggota keluarga Anda
setelah merenungkannya sendiri untuk beberapa waktu. Mungkin ada kemarahan,
tapi setidaknya salah satu dari Anda perlu mengatasinya dengan tenang.
• Jika Anda merasa
sangat terpukul dan sampai tak tertahankan (misal ingin bunuh diri), kirimkan
tanda peringatan sesegera mungkin. Sebagai orang yang beragama, mungkin dapat
menghubungi ustaz atau pendeta, bisa pula berbagi tekanan perasaan kepada
teman dekat. Di kota besar, tersedia beberapa layanan hotline profesional
yang bersifat anonim. Mengeluarkan perasaan Anda secara terbuka biasanya
merupakan langkah awal yang paling penting. Setelah merasa lebih lega, Anda
dapat berpikir dengan tenang.
Di rumah, semua orang
akan berada dalam kondisi stres, termasuk anak-anak yang masih lebih rentan
terhadap berbagai akibat dari pengangguran. Memang ada masa, tempat, dan
tingkat di mana anak-anak harus terlibat dan diberi tahu tentang apa yang
telah terjadi. Hal ini perlu dilakukan dengan bijak.
• Tetaplah bangun pada
pagi hari. Lakukan berbagai kegiatan yang membuat Anda sibuk, seperti membaca
koran, menyiram tanaman, dan membereskan lemari.
• Carilah pekerjaan di
tempat lain untuk jenis pekerjaan yang sama, dan tidak menyampingkan
perusahaan tandingannya—mereka mungkin saja memerlukan Anda.
• Terus mencari suatu pekerjaan
setidaknya yang bersifat paruh waktu. Hal ini meningkatkan kesempatan untuk
mendapat pekerjaan yang lebih tetap serta dapat menghabiskan waktu yang
terasa sangat membebani diri Anda. Simpanlah dengan rapi berbagai catatan
yang baik dari segala sesuatu yang Anda lamar. Ini akan membantu Anda melacak
apa yang tengah terjadi dan memberikan rasa bahwa Anda telah berusaha. Hal
ini juga membantu orang di sekitar Anda, terutama anak-anak, untuk menghargai
betapa Anda terus mencoba untuk membantu mereka. Anak-anak tahu mereka tetap
dapat bergantung pada Anda dan Anda tidak kehilangan harga diri.
• Pertimbangkan untuk
mengabdikan sebagian waktu Anda menjadi relawan. Dengan begitu, Anda dapat
pergi dari rumah setiap hari. Hal ini akan memberi tanda yang baik pada surat
lamaran kerja Anda dan memberi kesan bagi calon atasan bahwa Anda berada
dalam kondisi tidak tertekan. Hal ini juga memberikan perasaan mampu
mengontrol diri.
• Tingkatkan program
kebugaran Anda. Anda sekarang memiliki waktu yang lebih leluasa untuk berolah
tubuh. Tidak hanya akan mengurangi stres, tapi juga insomnia dan kesedihan.
• Berkenalanlah dengan
teman-teman baru untuk menggantikan kehilangan rekan di tempat kerja
sebelumnya. Jika mereka juga menganggur, akan tak ternilai harganya ketika
mereka juga berbagi mengenai bagaimana mengatasi kondisi masing-masing.
Semoga membantu! ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar