Ekonomi
Museum
Elfindri ;
Profesor
Ekonomi SDM
dan Koordinator Program S-3 Ilmu Ekonomi Universitas
Andalas
|
KORAN
SINDO, 13 September 2014
Sering
kita dengar bahwa sektor pariwisata (tourism)
diharapkan sebagai bagian yang tidak kalah penting untuk menggerakkan
ekonomi. Ketika sektor pariwisata dipilih menjadi sebagai salah satu sektor
andalan, hal itu sering diikuti dengan semangat yang menggebu-gebu para
pemangku kepentingan, bahkan dipaksakan masuk ke dalam rencana jangka panjang
dan jangka menengah. Setelah itu garapan untuk menjadikan pariwisata menjadi
maju hilang menguap entah ke mana, pariwisata tinggal di bibir saja.
Demikian
juga semenjak sektor industri kreatif menjadi salah satu andalan
perekonomian, ramai-ramai banyak yang membicarakan industri kreatif. Para
pejabat sering mengutarakan di berbagai kesempatan, tetapi tidak diikuti
dengan usaha untuk mengarahkan agar industri kreatif benar-benar tumbuh. Arah
peningkatan industri kreatif juga masuk akal sekali mengingat kontribusi
sektor ini memang relatif tinggi.
Secara
nasional, sekitar 7,74% dari pendapatan nasional disumbangkan oleh sektor
ini. Sekarang tahun 2014 diperkirakan nilai industri kreatif sudah mencapai
Rp700 triliun, padahal tahun 2006 dulu sekitar Rp104,4 triliun. Sebuah
pertambahan nilai yang luar biasa, yang berimplikasi lapangan kerja dan
kesejahteraan. Dari perkembangan nilai tambah itu, dua sektor andalan,
fashiondan kerajinan, menyumbang masing-masingnya sebesar 43,1% dan 25,1%.
Sektor-sektor
industri kreatif lain belum meningkatkan nilai tambah, padahal itu
sektor-sektor yang berkaitan dengan sektor ikutan pariwisata, di antaranya
tingkat kunjungan yang bertujuan pada kepurbakalaan, sejarah, atau
barangseni. Kenapa hal ini penting?
Sejarah dan Museum
Ketika
kali kedua penulis berkunjung ke Istanbul, Turki, nuansanya berbeda ketika
berkunjung pada akhir musim dingin lalu. Pada kunjungan kali ini penulis
datang pada musim panas di daerah utara, yang melibatkan Eropa, China,
Jepang, Korea, serta Amerika Utara. Negara-negara ini kebanyakan negara kaya
dan pada musim panas penduduknya cenderung memenuhi rencananya melaksanakan
perjalanan wisata.
Tidak
berlebihan kiranya bila perjalanan kali ini terkesan dan menemukan titik
terang kenapa Istanbul menjadi salah satu tujuan wisata yang sangat
diperhitungkan. Jawabannya adalah Turki memiliki berbagai lokasi wisata yang
boleh dikata tergarap secara jelas, terencana, dan terlaksana secara terintegrasi.
Tiga
andalan utama yang membuat wisatawan memilih tujuan kunjungan ke Istanbul
adalah, pertama, para wisatawan melihat bagaimana perkembangan pembangunan
Masjid Biru (Blue Mosque) yang dibangun Sultan Ahmad pada abad ke-16. Kedua,
melihat peninggalan gereja yang diubah fungsinya menjadi Masjid Aga Sofia.
Ketiga mengarungi Selat Bosphorus sebagai salah satu peradaban dua benua,
Asia bagian timur dan Eropa bagian barat.
Ketika
kita melihat dua tujuan wisata di atas, jelaslah yang menjadi kata kunci diminati
oleh para turis adalah menyaksikan sejarah kesultanan Ahmad dengan segala
cerita yang dirangkum dan disampaikan kepada pengunjung. Sementara pada
masing-masing bangunan selalu ada museum sebagai barang bukti.
Museum
yang menghimpun dan memperlihatkan bendabenda purbakala serta benda sejarah
semenjak kesultanan abad ke-16 itu dilengkapi dengan lanskap bangunan, tempat
pejalan kaki, petunjuk, dan diakhiri dengan ekshibisi penjualan cendera mata
yang mengacu pada sejarah dan kepurbakalaan.
Salah
satu sahabat penulis, Bapak Mudjito selaku direktur Pendidikan Khusus dan
Layanan Khusus, yang ikut dalam perjalanan menuturkan bahwa peninggalan baju
Sultan Ahmad pun memberikan berkah beratus- ratus tahun setelah itu. Tentu
kemasan dan isi cerita yang dirancang itu menjadi sesuatu yang terkesan bagi
pengunjung. Dalam mendukung sektor wisata ini, tumbuhlah hotel yang hampir di
sepanjang jalan dapat kita lihat.
Hotel-hotel
penuh kalau musim panas datang. Harga satu kamar untuk bintang empat saja
dapat sekitar Rp2,5 juta semalam dan sekitar 2 setengah kali lebih mahal
dibandingkan ketika musim dingin berkunjung ke kota ini. Makanan seperti
kebab juga mengalami kenaikan selama musim panas sekitar 20%. Jika musim
dingin kebab di pasar tradisional berharga 4-5 lira atau sekitar
20.000-25.000, pada musim panas meningkat menjadi 6 lira atau sekitar 25.000.
Satu
kebab sudah cukup untuk sebungkus nasi. Hal lain yang menarik adalah kota ini
(Istambul) benar-benar siap dengan sistem transportasi yang teratur. Denganj
umlah penduduk sekitar 14 juta orang, lebih banyak dibandingkan dengan
penduduk Jakarta, pengangkutan antarlokasi pada umumnya dengan menggunakan
kereta listrik. Empat gerbong sanggup membawa penumpang sebanyak 500 orang.
Bisa berjalan hilir mudik.
Betapa
efisiennya, jika empat gerbong yang jalan sama dengan 50 buah angkot yang
bermuatan 10 orang, berapa BBM yang digunakan dan berapa banyak badan jalan
yang habis? Taksi dan mobil pribadi juga banyak digunakan. Namun masyarakat
cenderung menggunakan transportasi umum. Pengendalian penggunaan kendaraan
pribadi dan/atau taksi dapat dilakukan terutama disebabkan harga minyak
bensin sebesar 4,41 lira (pada tanggal 7 September 2014 sekitar Rp22.000),
sekitar tiga setengah kali dibandingkan dengan harga BBM yang dibeli di
Indonesia.
Sangat
jelas kiranya bahwa membanjirnya para turis ke kota ini karena sejarah
Kesultanan Ahmad pada abad ke-16 dulu telah dijadikan oleh pemerintahan
Presiden Attaturk dan kemudian dilanjutkan hingga kini dengan membenahi
infrastruktur publik yang sangat mengesankan. Lantas dampak ikutan yang
terjadi dengan tumbuhnya wisatawan mancanegara dan lokal ke Istambul jelas
meningkatkan kreativitas para perajin lokal untuk menyediakan berbagai jenis
industri kreatif.
Karya-karya
seni seperti lukisan berbagai tempat penting dicetak berulang kali, jewelery
dan segala pernik-pernik perhiasan wanita berkembang pesat dengan motif dan
bentuk yang lengkap dan rapi. Salah seorang penjual perhiasan wanita mengungkapkan
bahwa mereka lebih banyak membeli bahan baku permata dari India, kemudian
mengolahnya dalam skala industri rumah tangga.
Apalagi
kuliner, selain khas menghasilkan kebab, industri roti rumah tangga di daerah
ini pun tumbuh pesat sekali. Selain itu buah-buahan peras lokal, jagung
bakar, serta hasil bumi kuliner menjadi sangat mudah terjual habis.
Bayangkan, dengan didasari kenyataan demikian, dapat dipahami bahwa daerah
ini berkembang industri pariwisatanya tidak datang begitu saja, tetapi sangat
terencana. Bagaimana dengan daerah kita? Sebenarnya menggarap pariwisata
mesti dilakukan secara terintegrasi. Tidak bisa dilakukan sepotong- sepotong.
Mesti
dimulai dengan perencanaan yang komprehensif. Apalagi berdebat tidak ada
habisnya tentang pariwisata. Selalu menyatakan pentingnya pariwisata, tetapi
tidak tekun untuk menjadikan alias tanggung dan menganggap sepele. Bayangkan
saja untuk satu kawasan spesifik lokal di beberapa daerah yang potensial
sebenarnya dapat dihasilkan sebuah kawasan tujuan wisata yang jauh lebih baik
dan terencana.
Sebaiknya
konsep dan gagasan ini dapat ditawarkan kepada siapa saja yang sanggup
menuangkan gagasannya mengenai bagaimana pengembangan kawasan wisata dalam
rentang 10 sampai 25 tahun mendatang. Ketika hal itu disepakati kemudian
dapat diwujudkan berbagai kegiatan seperti bagaimana penataan ruang,
pembuatan sarana dan prasarana, rencana pengembangan hotel, pelatihan
industri kreatif, dan pengembangan masyarakat di sekitar kawasan tujuan
wisata.
Kita
tunggu reaksi banyak pihak, daripada kita habis membual mengenai persoalan
wisata serta industri kreatif, nanti sering hanya tinggal wacana. Menguap
antara satu pimpinan ke pimpinan lain. Tidak usah tanggungtanggung
mengembangkan pariwisata karena Turki dengan Blue Mosque dan Aga Sofya mampu
meraup perhatian dunia, yang membuat negara ini menjadi banyak mendapatkan
keuntungan.
Museum
tidak dibuat hanya untuk menjadi tempat yang sepi, tetapi justru dibuat dan
ditata untuk keperluan para turis yang menyukai berkunjung untuk mengikuti
sajian cerita yang menarik. Di tempat kita urusan kepurbakalaan mesti lebih
cerdik melihat peluang ini. Banyak lapangan kerja yang akan terbuka ketika
suatu daerah sudah tertata secara baik pariwisata.
Selain
industri kreatif berkembang karena adanya permintaan, para pemandu turis pun
akan diperlukan. Begitu pula dengan pengangkut bus pariwisata, manajemen
karcis, penjaga toko, tukang masak, penjual kuliner, pegawai hotel, dan
sebagainya. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar