Stabilitas
Pascapilpres
Firmanzah ;
Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi dan Pembangunan
|
KORAN
SINDO, 14 Juli 2014
Pemilihan
Umum Presiden (Pilpres) 9 Juli 2014 telah kita lalui. Seluruh masyarakat
Indonesia yang terdaftar sebagai pemilih telah menggunakan hak politiknya
untuk menentukan kepemimpinan nasional lima tahun ke depan. Pilpres untuk
periode 2014-2019 berjalan kondusif, damai, dan penuh kesejukan.
Ini
juga menjadi salah satu barometer semakin matangnya demokrasi Indonesia.
Kematangan dan kualitas demokrasi telah ditunjukkan Indonesia dalam
setidaknya empat periode pemilu yaitu 1999, 2004, 2009, dan 2014. Kesuksesan
demokrasi ini sumbangsih dari seluruh pihak yang telah bekerja dan
partisipasi seluruh lapisan masyarakat. Apresiasi sebesar-besarnya perlu
diatributkan kepada Komisi Pemilihan Umum (KPU), Bawaslu, DKPP, TNI-Polri,
partai-partai politik, dan seluruh rakyat Indonesia yang telah mengawal
proses berdemokrasi Indonesia hingga saat ini.
Yang
tidak kalah pentingnya adalah kematangan dari masing-masing kandidat
capres-cawapres yang menunjukkan sisi kenegarawanan dengan komitmen yang
besar dalam mengawal stabilitas serta mengedepankan asas persatuan. Ini modal
besar bangsa ini karena siapa pun yang nanti memenangkan pilpres telah
menunjukkan kualitas dan karakter kepemimpinannya. Komitmen kedua kandidat
capres-cawapres untuk mengawal pilpres sejak masa kampanye hingga pemungutan
suara menjadi bukti mesin demokrasi kita telah memproduksi pemimpin-pemimpin
yang berkualitas.
Suasana
kondusif dan stabilitas yang sedemikian perlu untuk terus kita jaga hingga
rekapitulasi perhitungan suara di tingkat KPU selesai. Mari kita jaga kondisi
ini dan percayakan KPU untuk merampungkan tugasnya hingga pengumuman pada 22
Juli 2014. Stabilitas sepanjang proses perhitungan perolehan suara dari tingkat
PPS, PPK, KPU kabupaten/kota, dan KPU provinsi, sehingga sampai akhir
rekapitulasi nasional merupakan komitmen nasional yang perlu terus
dikedepankan. Jika pun ada perselisihan pada perhitungan perolehan suara, KPU
juga memberikan ruang yang cukup bagi para kandidat untuk mengajukan
penyelesaian perselisihan tersebut ke Mahkamah Konstitusi.
KPU
telah menetapkan jadwal perhitungan perolehan suara mulai perhitungan tingkat
desa/kelurahan 10-12 Juli, rekapitulasi di tingkat kecamatan 13-15 Juli, rekapitulasi
tingkat kabupaten/kota 16-17 Juli, rekapitulasi provinsi 18-19 Juli, dan
rekapitulasi nasional 20-22 Juli. Setelah pengumuman pada 22 Juli 2014,
diberikan waktu 3 x 24 jam untuk kandidat yang ingin mengajukan perselisihan
hasil perhitungan ke MK. Selanjutnya MK akan bekerja maksimal dalam 14 hari
kerja pascapendaftaran gugatan (maksimal 12 Agustus 2014) untuk memberikan
putusan atas pengajuan perselisihan perhitungan hasil pilpres.
Kesinambungan
penyelenggaraan pilpres yang damai, kondusif, dan menjunjung tinggi
persatuan-kesatuan bangsa merupakan pijakan bagi dua kandidat
capres-cawapres, para tim sukses, simpatisan, dan seluruh masyarakat
Indonesia. Siapa pun yang akhirnya terpilih sebagai presiden dan wakil
presiden 2014-2019 harus kita dukung bersama demi melanjutkan pembangunan
nasional. Di tengah masa penghitungan suara yang dilakukan KPU, kita semua
berharap masing-masing pihak mampu menjaga diri dan saling menghormati agar
proses rekonsiliasi nasional pascapenetapan presiden dan wakil presiden
secara sah dapat dilakukan dengan baik.
Agenda
pembangunan nasional masih menyisakan sejumlah tantangan, baik yang bersifat
jangka pendek maupun jangka panjang. Pada 2015 kita akan memasuki babak
Masyarakat Ekonomi ASEAN yang memerlukan perhatian serius mengingat waktu
yang tersisa relatif singkat pasca penyelenggaraan pilpres. Presiden dan
wakil presiden yang dilantik pada 20 Oktober 2014 perlu mengoptimalkan kerja
dua bulan sebelum memasuki 2015. Ini bukan hal mudah. Konsolidasi dan
koordinasi lintas sektor perlu dipacu di samping mengawal percepatan
infrastruktur sehingga Indonesia bisa mengambil manfaat positif dari era
komunitas ASEAN.
Era
baru masyarakat ASEAN ini juga memicu ketatnya persaingan antarkawasan pada
masa mendatang. Tantangan lain terkait menjaga kedisiplinan fiskal. Pengelolaan
fiskal memerlukan kehati-hatian dan kedisiplinan tinggi saat ekonomi dunia
masih menyisakan ketidakpastian. Presiden dan wakil presiden terpilih nanti
bertanggung jawab dan berkewajiban menjaga kesinambungan fiskal sehingga
ekonomi nasional dapat terus tumbuh berkualitas. Pengalokasian dan penggunaan
anggaran secara efisien, tepat guna, dan tepat manfaat.
Pada
saat yang bersamaan, reformasi birokrasi perlu dipercepat untuk memangkas
ekonomi biaya tinggi yang selama ini banyak membelenggu daya saing nasional.
Efisiensi penyelenggaraan pemerintahan menjadi salah satu potret reformasi
birokrasi yang perlu terus ditingkatkan untuk mendorong kinerja
penyelenggaraan pemerintahan yang optimal. Sinkronisasi regulasi lintas
sektoral yang masih menjadi kendala bagi pembangunan sektoral. Begitu pula
pelayanan terpadu satu pintu perlu untuk terus didorong sebagai moda bagi
proses penyederhanaan regulasi. Industrialisasi dan hilirisasi perlu
ditempatkan sebagai salah satu mesin pembangunan ekonomi, pembangunan ekonomi
berbasis nilai tambah.
Di
samping tantangan ekonomi tersebut, kita juga masih menghadapi persoalan
pengentasan kemiskinan, pengangguran, dan upaya perluasan pasar lapangan
kerja. Dengan begitu, banyak pekerjaan yang menanti di depan mata,
sinkronisasi energi dan kecepatan merespons menjadi sangat dibutuhkan
pascapilpres. Kita tentu tidak ingin menghabiskan energi terlalu banyak di
kontestasi politik penyelenggaraan Pilpres 2014. Kita masih membutuhkan
energi yang besar menghadapi tahun-tahun mendatang. Sejumlah agenda
pembangunan nasional menanti siapa pun presiden dan wakil presiden yang terpilih
nanti.
Penuntasan
agenda pembangunan nasional yang telah berjalan dalam satu dekade ini menjadi
harapan seluruh lapisan masyarakat Indonesia saat ini. Kontestasi politik dan
kepentingan politik perlu kita dudukkan secara proporsional dengan meniadakan
dendam politik pascapilpres. Ini sangat penting untuk memastikan penuntasan
agenda pembangunan nasional kita. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar