Senin, 10 Februari 2014

Selamat Jalan Bapak Pariwisata

                  Selamat Jalan Bapak Pariwisata                 

Mari Pangestu  ;   Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
KOMPAS,  09 Februari 2014
                                                                                                                        
                                                                                         
                                                      
Bapak Joop Ave telah dipanggil Tuhan Yang Maha Esa tanggal 5 Februari 2014 pada usia 79 tahun. Indonesia kehilangan seorang tokoh yang telah menjadi panutan untuk bidang protokoler negara, promosi Indonesia, dan pembangunan pariwisata.

Selama 20 tahun menangani protokol negara, baik sebagai Kepala Rumah Tangga Istana Kepresidenan maupun Dirjen Protokol dan Konsuler Deplu, dia telah menciptakan standar protokol negara. Hal tersebut termasuk didikan protokoler dan perilaku yang tepat bagi para diplomat dan keluarganya yang ke luar negeri. Semua yang mengenalnya pasti mengenal Pak Joop yang sangat teliti, memperhatikan detail, dan boleh dikatakan ”cerewet”. Cerita yang menarik dari anak buahnya adalah bahwa walaupun cerewet mengenai protokoler, untuk dirinya sendiri dia tidak protokoler dan bahkan lebih sering informal agar dapat akrab dan membaur.

Bapak Joop Ave juga sangat memahami dan piawai dalam mempromosikan Indonesia sebagai negara dan bangsa yang besar, tidak saja terbatas pada pariwisata. Dia sangat mencintai dan memahami keindahan alam, warisan budaya, dan orang kreatif Indonesia. Bahkan, dia pendukung industri kreatif, termasuk batik, fashion, musik, film, fotografi, seni rupa, interior, arsitektur, dan kuliner. Maka, tidk mengherankan, saat awal-awal kita menyusun konsep ekonomi dan industri kreatif Indonesia tahun 2007, dia mendukung 100 persen dan kami sering berkonsultasi dengannya.

Lebih penting lagi, dia memberi tempat terhormat bagi orang kreatif Indonesia. Dia yang mendorong Iwan Tirta menggunakan batik dalam fashion dan interior, termasuk di Istana. Dia juga terlibat intensif dalam berbagai acara dan program di luar negeri, seperti restoran Indonesia, Ramayana di New York, dan berbagai peragaan fashion, membawa rombongan kultur dan budaya tradisional dan kontemporer ke New York dan AS sebagai wahana promosi Indonesia.

Setiap hari ke kantor saya di Gedung Sapta Pesona, saya merasakan sentuhan Pak Joop mulai dari patung Arjuna Wiwaha karya Nyoman Nuarta di depan hingga masuk ke ruangan. Gedung Sapta Pesona adalah gedung yang dirancang almarhum dengan menggunakan perusahaan arsitek Indonesia ternama, yaitu Artelier 6, dan interior yang sangat kreatif. Sampai sekarang, gedung ini tetap menjadi rujukan standar pembangunan gedung kantor pemerintah.

Tak berlebihan jika Joop Ave disebut sebagai Bapak Pariwisata karena selama 16 tahun membangun pariwisata Indonesia sebagai Direktur Jenderal Pariwisata mulai 1982 dan Menteri Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi (1993-1998).

Dia yang menyempurnakan standar hospitality dan hotel berbintang. Menurut anak buahnya, Pak Joop selalu menegaskan hospitality is detail serta bagaimana melayani tamu dengan prima dan memahami keperluan mereka, apakah itu tamu negara atau bukan. Pada pertemuan terakhir saya dengan Pak Joop beberapa bulan lalu di Bali, dalam keadaan tidak sehat, dia meminta anak buahnya menelepon anggota staf saya untuk menanyakan kue kesukaan saya agar dapat disuguhkan saat bertemu. Saat pamit pun, kami diantar sampai ke luar walaupun dia sulit berjalan.

Di samping itu, agar industri pariwisata dapat dibangun, dia sadar bahwa perlu menarik investasi dengan menggunakan insentif fiskal, dukungan prasarana dan perencanaan yang baik. Salah satu gagasan dia adalah dibentuknya Bali Tourism Development Corporation yang menjadi pengembang dan pengelola Nusa Dua. Perencanaan yang baik juga berarti persiapan SDM pariwisata dari awal dengan dibentuknya balai pelatihan dan hotel untuk praktik, yang sekarang menjadi Sekolah Tinggi Pariwisata Bali.

Dalam pengembangan Bali sebagai ikon pariwisata Indonesia, dia juga menaruh banyak perhatian terhadap upaya menjaga kearifan lokal dan warisan budaya Bali. Salah satu inisiatif briliannya adalah Garuda Wisnu Kencana. Tidak lupa pula bagaimana agar kunjungan wisatawan mancanegara meningkat, mereka perlu difasilitasi, antara lain bebas visa kunjungan singkat.

Kita perlu mengingat kembali visi perencanaan dan pengembangan pariwisata berkelanjutan yang dimulai Pak Joop yang masih relevan, baik dalam implementasi program MP3EI maupun pengembangan kawasan strategis pariwisata.

Dia juga mendorong pembangunan hotel berbintang dan gedung konvensi dalam rangka Indonesia menjadi tuan rumah berbagai pertemuan internasional. Hal itu dimulai dengan pembangunan Bali International Convention Center untuk menjadi tuan rumah Pacific Asia Travel Association tahun 1991 dan World Tourism Organization General Assembly tahun 1993. Di Jakarta, Jakarta Convention Center dibangun dalam rangka Konferensi Tingkat Tinggi Gerakan Nonblok 1992 yang dihadiri 62 kepala negara.

Dari dahulu, Pak Joop sudah melihat bagaimana ajang pertemuan internasional dapat digunakan untuk promosi. Pada pertemuan APEC 1994 di Bogor, misalnya, kepala negara APEC berfoto di depan Istana Bogor menggunakan batik yang didesain Iwan Tirta setelah menyepakati fondasi APEC, The Bogor Goals. Tradisi penggunaan busana setempat oleh kepala negara diikuti hampir semua tuan rumah APEC setelah itu.

Dia sangat fasih dalam pembicaraan, memberi sambutan, dan menyampaikan pidato dalam bahasa Indonesia ataupun Inggris. Kita dapat dibuat terkesan dan tertawa terpingkal-pingkal mendengarkannya. Di atas semua itu, dia mempunyai hati yang besar. Dan, saya sebagai yuniornya sangat menghargai momen-momen di mana kami dapat berkonsultasi dan mendapat masukan baik mengenai promosi Indonesia, industri kreatif, maupun pariwisata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar