Selamat Jalan Bapak
Pariwisata
Mari Pangestu ; Menteri Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif
|
KOMPAS,
09 Februari 2014
Bapak Joop Ave
telah dipanggil Tuhan Yang Maha Esa tanggal 5 Februari 2014 pada usia 79
tahun. Indonesia kehilangan seorang tokoh yang telah menjadi panutan untuk
bidang protokoler negara, promosi Indonesia, dan pembangunan pariwisata.
Selama 20
tahun menangani protokol negara, baik sebagai Kepala Rumah Tangga Istana
Kepresidenan maupun Dirjen Protokol dan Konsuler Deplu, dia telah menciptakan
standar protokol negara. Hal tersebut termasuk didikan protokoler dan
perilaku yang tepat bagi para diplomat dan keluarganya yang ke luar negeri.
Semua yang mengenalnya pasti mengenal Pak Joop yang sangat teliti,
memperhatikan detail, dan boleh dikatakan ”cerewet”. Cerita yang menarik dari
anak buahnya adalah bahwa walaupun cerewet mengenai protokoler, untuk dirinya
sendiri dia tidak protokoler dan bahkan lebih sering informal agar dapat
akrab dan membaur.
Bapak Joop Ave
juga sangat memahami dan piawai dalam mempromosikan Indonesia sebagai negara
dan bangsa yang besar, tidak saja terbatas pada pariwisata. Dia sangat
mencintai dan memahami keindahan alam, warisan budaya, dan orang kreatif
Indonesia. Bahkan, dia pendukung industri kreatif, termasuk batik, fashion, musik, film, fotografi,
seni rupa, interior, arsitektur, dan kuliner. Maka, tidk mengherankan, saat
awal-awal kita menyusun konsep ekonomi dan industri kreatif Indonesia tahun
2007, dia mendukung 100 persen dan kami sering berkonsultasi dengannya.
Lebih penting
lagi, dia memberi tempat terhormat bagi orang kreatif Indonesia. Dia yang
mendorong Iwan Tirta menggunakan batik dalam fashion dan interior, termasuk di Istana.
Dia juga terlibat intensif dalam berbagai acara dan program di luar negeri,
seperti restoran Indonesia, Ramayana di New York, dan berbagai peragaan fashion, membawa rombongan kultur
dan budaya tradisional dan kontemporer ke New York dan AS sebagai wahana
promosi Indonesia.
Setiap hari ke
kantor saya di Gedung Sapta Pesona, saya merasakan sentuhan Pak Joop mulai
dari patung Arjuna Wiwaha karya Nyoman Nuarta di depan hingga masuk ke
ruangan. Gedung Sapta Pesona adalah gedung yang dirancang almarhum dengan
menggunakan perusahaan arsitek Indonesia ternama, yaitu Artelier 6, dan
interior yang sangat kreatif. Sampai sekarang, gedung ini tetap menjadi
rujukan standar pembangunan gedung kantor pemerintah.
Tak berlebihan
jika Joop Ave disebut sebagai Bapak Pariwisata karena selama 16 tahun
membangun pariwisata Indonesia sebagai Direktur Jenderal Pariwisata mulai
1982 dan Menteri Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi (1993-1998).
Dia yang
menyempurnakan standar hospitality dan hotel berbintang. Menurut anak
buahnya, Pak Joop selalu menegaskan hospitality
is detail serta bagaimana
melayani tamu dengan prima dan memahami keperluan mereka, apakah itu tamu
negara atau bukan. Pada pertemuan terakhir saya dengan Pak Joop beberapa
bulan lalu di Bali, dalam keadaan tidak sehat, dia meminta anak buahnya
menelepon anggota staf saya untuk menanyakan kue kesukaan saya agar dapat
disuguhkan saat bertemu. Saat pamit pun, kami diantar sampai ke luar walaupun
dia sulit berjalan.
Di samping
itu, agar industri pariwisata dapat dibangun, dia sadar bahwa perlu menarik
investasi dengan menggunakan insentif fiskal, dukungan prasarana dan
perencanaan yang baik. Salah satu gagasan dia adalah dibentuknya Bali Tourism
Development Corporation yang menjadi pengembang dan pengelola Nusa Dua.
Perencanaan yang baik juga berarti persiapan SDM pariwisata dari awal dengan
dibentuknya balai pelatihan dan hotel untuk praktik, yang sekarang menjadi
Sekolah Tinggi Pariwisata Bali.
Dalam
pengembangan Bali sebagai ikon pariwisata Indonesia, dia juga menaruh banyak
perhatian terhadap upaya menjaga kearifan lokal dan warisan budaya Bali.
Salah satu inisiatif briliannya adalah Garuda Wisnu Kencana. Tidak lupa pula
bagaimana agar kunjungan wisatawan mancanegara meningkat, mereka perlu
difasilitasi, antara lain bebas visa kunjungan singkat.
Kita perlu
mengingat kembali visi perencanaan dan pengembangan pariwisata berkelanjutan
yang dimulai Pak Joop yang masih relevan, baik dalam implementasi program
MP3EI maupun pengembangan kawasan strategis pariwisata.
Dia juga
mendorong pembangunan hotel berbintang dan gedung konvensi dalam rangka
Indonesia menjadi tuan rumah berbagai pertemuan internasional. Hal itu
dimulai dengan pembangunan Bali
International Convention Center untuk menjadi tuan rumah Pacific Asia Travel Association tahun 1991
dan World Tourism Organization General
Assembly tahun 1993. Di Jakarta, Jakarta
Convention Center dibangun dalam rangka Konferensi Tingkat Tinggi Gerakan
Nonblok 1992 yang dihadiri 62 kepala negara.
Dari dahulu,
Pak Joop sudah melihat bagaimana ajang pertemuan internasional dapat
digunakan untuk promosi. Pada pertemuan APEC 1994 di Bogor, misalnya, kepala
negara APEC berfoto di depan Istana Bogor menggunakan batik yang didesain
Iwan Tirta setelah menyepakati fondasi APEC, The Bogor Goals. Tradisi
penggunaan busana setempat oleh kepala negara diikuti hampir semua tuan rumah
APEC setelah itu.
Dia sangat
fasih dalam pembicaraan, memberi sambutan, dan menyampaikan pidato dalam
bahasa Indonesia ataupun Inggris. Kita dapat dibuat terkesan dan tertawa
terpingkal-pingkal mendengarkannya. Di atas semua itu, dia mempunyai hati
yang besar. Dan, saya sebagai yuniornya sangat menghargai momen-momen di mana
kami dapat berkonsultasi dan mendapat masukan baik mengenai promosi
Indonesia, industri kreatif, maupun pariwisata. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar