Anak
Batita “Temper Tantrum” Normalkah?
Agustine Dwiputri ; Penulis
Rubrik “Konsultasi Psikologi” Kompas
|
KOMPAS,
09 Februari 2014
Berbeda dengan orang dewasa,
perilaku ”temper tantrum” (mengamuk) adalah normal terjadi pada anak.
Perilaku tersebut antara lain tampil dalam bentuk berguling-guling di lantai,
duduk di lantai sambil mengentak-entakkan kaki, menjerit, meraung, maupun
tampilan ledakan emosional lainnya.
Memang beberapa anak
terlihat lebih rentan terhadap tantrums, artinya tidak semua anak kecil
sekitar usia 2 tahun sampai 3 tahun menunjukkan tantrum.
Perilaku ini dapat
dipicu oleh hal yang berbeda-beda, tetapi akar penyebab selalu merupakan
beberapa bentuk frustrasi (rasa kecewa). Bisa karena anak menemukan bahwa dia
tidak mampu melakukan sesuatu yang dia ingin lakukan karena belum memiliki
keterampilan yang diperlukan, atau sesuatu yang ternyata berlangsung tidak
sesuai dengan harapannya, atau Anda telah menghentikan dia melakukan sesuatu
yang sedang ingin dilakukannya, atau mencoba untuk membuat dia melakukan
sesuatu yang tidak ingin dilakukannya, atau hanya sekadar dia sampai di batas
kesabarannya. Apa pun alasannya, ”sumbu dalam dirinya tengah menyala dan segala
sesuatu jadi meledak” .
Tantrum yang terjadi
di lantai ruang tamu di rumah sudah menyusahkan orangtua atau pengasuh anak.
Terlebih jika hal itu terjadi di pasar swalayan, di perjalanan dalam mobil,
di rumah teman, di depan orangtua atau mertua Anda atau tempat ramai lainnya,
pastinya akan terasa sangat menyiksa Anda. Karena itu, perilaku ini tak bisa
dibiarkan menetap pada anak.
Anda dapat
meminimalkan frustrasi anak-anak pada usia ini, tetapi Anda tidak dapat
menghilangkan sepenuhnya. Kondisi ini terbentuk dari proses pembelajaran dan
anak batita tengah berada pada tahap belajar melalui lingkungan sekitar.
Jangan menyerah
Satu hal yang tak
boleh Anda lakukan adalah menyerah. Menyerah kepada anak yang sedang tantrum
memberi bukti bahwa caranya ”menguasai” Anda telah berhasil sehingga ia
cenderung akan mengulang kembali tantrumnya untuk memperoleh hal yang
diinginkan.
Seorang anak yang
menunjukkan ledakan tantrum benar-benar telah kehilangan kendali dan dipenuhi
rasa marah. Ada yang berteriak-teriak, menjatuhkan diri di lantai,
meronta-ronta, membenturkan diri ke kursi atau bahkan ke tubuh Anda.
Beberapa pedoman dari
Dr Sanders (1997) untuk menghadapi anak yang tantrum adalah sebagai berikut.
- Dapatkan perhatian
anak sebisa mungkin. Hentikan apa yang sedang Anda kerjakan dan mendekatlah
kepadanya hingga jarak dalam jangkauan lengan.
- Perintahkan dengan
tegas tanpa emosi negatif agar dia menghentikan perbuatannya. Katakan kepada
anak Anda bahwa tantrum harus dihentikan atau anak harus melakukan time out sampai dia berhenti
dengan tantrum-nya. (Time out adalah
suatu teknik yang meminta anak untuk pergi ke suatu tempat, misal kamar
tidurnya, atau tempat yang telah ditentukan sebelumnya agar anak menjauh dari
orangtua dan ia dapat ”beristirahat sejenak” dari perilaku yang tengah
ditampilkannya).
- Ketika anak tengah
tantrum, jangan mencoba untuk memeluk, menunjukkan dukungan, menghibur, atau
cara-cara lain yang memberikan perhatian positif. Jangan menyerah kepada
tuntutan anak atau dia akan belajar untuk menggunakan ledakan emosi agar
mendapatkan sesuatu melalui caranya itu.
- Beberapa orangtua
mencoba mengabaikan perilaku tantrum anak sebagai alternatif melakukan time out. Hal ini hanya akan berhasil
jika anak benar-benar dapat diabaikan, hal yang mungkin menyulitkan adalah
jika ada anak-anak lain di sekitarnya atau Anda sedang punya tamu. Lebih baik
untuk menghentikan anak dari tindakannya itu. Dia perlu belajar pesan
penting, yaitu: ”Apabila kamu sudah
bisa menguasai atau mengendalikan dirimu, kamu akan kami terima untuk
bergabung lagi bersama kami.”
- Bersiaplah untuk
tahan dengan suara-suara gaduh di ruangan time out. Anda mungkin merasa gelisah mendengar anak Anda dalam
kesulitan seperti itu dan naluri alami Anda ingin mencoba untuk menenangkan
dan menghiburnya. Ini merupakan suatu kesalahan dan justru membuat tantrum
makin memburuk. Anak-anak yang tantrum
sebanyak lima atau enam kali sehari mungkin perlu diberi time out enam sampai sepuluh kali
pada hari pertama. Biasanya, pada akhir minggu pertama, frekuensi tantrum
akan berkurang dan waktunya menjadi lebih singkat pula.
Jo Frost (2005) dalam
bukunya, Supernanny: How to Get
the Best from Your Children, menambahkan beberapa cara. Hal pertama yang
harus dilakukan adalah memastikan bahwa anak tidak dapat melukai dirinya
sendiri, menyakiti orang lain, atau merusak barang-barang.
Berusahalah untuk
tetap tenang. Kemarahan hanya akan mengobarkan situasi. Jika Anda tidak dapat
menjamin bahwa Anda bisa menahan marah, tinggalkan ruangan atau tempat
tersebut. Hal terburuk yang dapat Anda lakukan adalah jika Anda juga
mengamuk.
Lupakan mencoba untuk
membuat alasan–alasan dengan anak. Saat ini dia tidak bisa mendengar Anda
(dan dia juga sedang tidak menginginkan).
Beberapa anak akan
lepas dari kondisi tantrum secara lebih cepat jika mereka ditangani secara
aman.
Pergi dari ruangan
atau tempat kejadian, jika Anda bisa, setelah Anda yakin dia tidak akan
melukai dirinya sendiri atau merusak sesuatu. Jika tantrumnya setengah
disengaja, seperti dapat terjadi pada anak yang lebih besar, mengabaikan
perhatian secara sepenuhnya dapat menjadi cara yang tepat. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar