Senin, 10 Februari 2014

Anak Batita “Temper Tantrum” Normalkah?

Anak Batita “Temper Tantrum” Normalkah?

Agustine Dwiputri  ;   Penulis Rubrik “Konsultasi Psikologi” Kompas
KOMPAS,  09 Februari 2014
                                                                                                                        
                                                                                         
                                                      
Berbeda dengan orang dewasa, perilaku ”temper tantrum” (mengamuk) adalah normal terjadi pada anak. Perilaku tersebut antara lain tampil dalam bentuk berguling-guling di lantai, duduk di lantai sambil mengentak-entakkan kaki, menjerit, meraung, maupun tampilan ledakan emosional lainnya.

Memang beberapa anak terlihat lebih rentan terhadap tantrums, artinya tidak semua anak kecil sekitar usia 2 tahun sampai 3 tahun menunjukkan tantrum.

Perilaku ini dapat dipicu oleh hal yang berbeda-beda, tetapi akar penyebab selalu merupakan beberapa bentuk frustrasi (rasa kecewa). Bisa karena anak menemukan bahwa dia tidak mampu melakukan sesuatu yang dia ingin lakukan karena belum memiliki keterampilan yang diperlukan, atau sesuatu yang ternyata berlangsung tidak sesuai dengan harapannya, atau Anda telah menghentikan dia melakukan sesuatu yang sedang ingin dilakukannya, atau mencoba untuk membuat dia melakukan sesuatu yang tidak ingin dilakukannya, atau hanya sekadar dia sampai di batas kesabarannya. Apa pun alasannya, ”sumbu dalam dirinya tengah menyala dan segala sesuatu jadi meledak” .

Tantrum yang terjadi di lantai ruang tamu di rumah sudah menyusahkan orangtua atau pengasuh anak. Terlebih jika hal itu terjadi di pasar swalayan, di perjalanan dalam mobil, di rumah teman, di depan orangtua atau mertua Anda atau tempat ramai lainnya, pastinya akan terasa sangat menyiksa Anda. Karena itu, perilaku ini tak bisa dibiarkan menetap pada anak.

Anda dapat meminimalkan frustrasi anak-anak pada usia ini, tetapi Anda tidak dapat menghilangkan sepenuhnya. Kondisi ini terbentuk dari proses pembelajaran dan anak batita tengah berada pada tahap belajar melalui lingkungan sekitar.

Jangan menyerah

Satu hal yang tak boleh Anda lakukan adalah menyerah. Menyerah kepada anak yang sedang tantrum memberi bukti bahwa caranya ”menguasai” Anda telah berhasil sehingga ia cenderung akan mengulang kembali tantrumnya untuk memperoleh hal yang diinginkan.

Seorang anak yang menunjukkan ledakan tantrum benar-benar telah kehilangan kendali dan dipenuhi rasa marah. Ada yang berteriak-teriak, menjatuhkan diri di lantai, meronta-ronta, membenturkan diri ke kursi atau bahkan ke tubuh Anda.
Beberapa pedoman dari Dr Sanders (1997) untuk menghadapi anak yang tantrum adalah sebagai berikut.

- Dapatkan perhatian anak sebisa mungkin. Hentikan apa yang sedang Anda kerjakan dan mendekatlah kepadanya hingga jarak dalam jangkauan lengan.

- Perintahkan dengan tegas tanpa emosi negatif agar dia menghentikan perbuatannya. Katakan kepada anak Anda bahwa tantrum harus dihentikan atau anak harus melakukan time out sampai dia berhenti dengan tantrum-nya. (Time out adalah suatu teknik yang meminta anak untuk pergi ke suatu tempat, misal kamar tidurnya, atau tempat yang telah ditentukan sebelumnya agar anak menjauh dari orangtua dan ia dapat ”beristirahat sejenak” dari perilaku yang tengah ditampilkannya).

- Ketika anak tengah tantrum, jangan mencoba untuk memeluk, menunjukkan dukungan, menghibur, atau cara-cara lain yang memberikan perhatian positif. Jangan menyerah kepada tuntutan anak atau dia akan belajar untuk menggunakan ledakan emosi agar mendapatkan sesuatu melalui caranya itu.

- Beberapa orangtua mencoba mengabaikan perilaku tantrum anak sebagai alternatif melakukan time out. Hal ini hanya akan berhasil jika anak benar-benar dapat diabaikan, hal yang mungkin menyulitkan adalah jika ada anak-anak lain di sekitarnya atau Anda sedang punya tamu. Lebih baik untuk menghentikan anak dari tindakannya itu. Dia perlu belajar pesan penting, yaitu: ”Apabila kamu sudah bisa menguasai atau mengendalikan dirimu, kamu akan kami terima untuk bergabung lagi bersama kami.”

- Bersiaplah untuk tahan dengan suara-suara gaduh di ruangan time out. Anda mungkin merasa gelisah mendengar anak Anda dalam kesulitan seperti itu dan naluri alami Anda ingin mencoba untuk menenangkan dan menghiburnya. Ini merupakan suatu kesalahan dan justru membuat tantrum makin memburuk. Anak-anak yang tantrum sebanyak lima atau enam kali sehari mungkin perlu diberi time out enam sampai sepuluh kali pada hari pertama. Biasanya, pada akhir minggu pertama, frekuensi tantrum akan berkurang dan waktunya menjadi lebih singkat pula.

Jo Frost (2005) dalam bukunya, Supernanny: How to Get the Best from Your Children, menambahkan beberapa cara. Hal pertama yang harus dilakukan adalah memastikan bahwa anak tidak dapat melukai dirinya sendiri, menyakiti orang lain, atau merusak barang-barang.

Berusahalah untuk tetap tenang. Kemarahan hanya akan mengobarkan situasi. Jika Anda tidak dapat menjamin bahwa Anda bisa menahan marah, tinggalkan ruangan atau tempat tersebut. Hal terburuk yang dapat Anda lakukan adalah jika Anda juga mengamuk.

Lupakan mencoba untuk membuat alasan–alasan dengan anak. Saat ini dia tidak bisa mendengar Anda (dan dia juga sedang tidak menginginkan).
Beberapa anak akan lepas dari kondisi tantrum secara lebih cepat jika mereka ditangani secara aman.

Pergi dari ruangan atau tempat kejadian, jika Anda bisa, setelah Anda yakin dia tidak akan melukai dirinya sendiri atau merusak sesuatu. Jika tantrumnya setengah disengaja, seperti dapat terjadi pada anak yang lebih besar, mengabaikan perhatian secara sepenuhnya dapat menjadi cara yang tepat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar