|
AKHIR
bulan lalu BKKBN bekerja sama dengan beberapa lembaga donor internasional
menggelar pertemuan besar-besaran untuk beberapa keperluan sekaligus. Salah
satu yang terpenting adalah mengumumkan secara resmi hasil Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) yang diselenggarakan BPS dan pengolahannya telah
selesai. Kemudian disambung dengan pertemuan dengan komponen penting lainnya,
termasuk dengan para bidan dari seluruh Indonesia yang merupakan ujung tombak
bagi suksesnya program KB di Indonesia.
Pada acara pembukaannya,
pertemuan penting itu menghadirkan tokoh-tokoh pemerintahan yang sangat penting
dan bisa menjadi ukuran atas perhatian pemerintah yang tampak mulai naik.
Di samping itu, hadir ahliahli
dari negara-negara maju serta lembaga-lembaga yang biasanya sangat kritis
terhadap kemajuan program KB di Indonesia. Juga hadir tokohtokoh dari lembaga
penelitian berbagai perguruan tinggi dan lembaga nonperguruan tinggi lain dari
Tanah Air sendiri.
Umumnya mereka merasa prihatin
dan setengah tidak percaya karena BKKBN selalu bersembunyi seakan-akan kemajuan
program KB di Indonesia berada pada jalur yang benar dan tidak perlu pesimistis
karena sedang menuju ke puncaknya yang menarik untuk menghasilkan bonus
demografi yang menjanjikan.
Namun, barangkali para pemimpin
bangsa seperti Wakil Presiden dan Menko Kesra telah mendapat informasi yang
benar tentang keadaan yang diungkap melalui keluhan masyarakat, bahwa para
pelaksana atau program KB seakan terabaikan. Atau setidaknya tidak diurus
seperti di masa lalu dan akhirnya hampir pasti Kepala BPS atau Kepala BKKBN
tidak melakukan intervensi agar hasil SDKI direvisi terlebih dulu sebelum
disampaikan kepada Menko atau Wakil Presiden karena alasan apa pun.
Hasil-hasil survei itu secara
mencolok membuka mata kita semua. Angka-angka SDKI membuka tabir kenapa angka
pertumbuhan penduduk pada hasil sensus 2010 yang lalu menunjukkan kenaikan yang
tinggi dan bisa dengan aman diperkirakan pertumbuhan d penduduk naik tajam.
Angka kelahiran tidak perlu
`diperhalus' lagi sebagai `stagnan', padahal dalam keadaan sesungguhnya naik
secara sistematis. Angka kematian ibu hamil dan anak-anak yang meningkat drastis
memang mengurangi pertumbuhan `resmi' karena kelahiran yang meningkat `habis'
lagi karena meninggal dunia masih sangat dini atau bahkan diikuti kematian ibu
sekaligus. Akan tetapi, keadaan seperti ini tidak sehat karena kematian ibu dan
anak akan segera dibenahi dan keber hasilannya jauh lebih mudah jika dibandingkan
dengan menurunkan tingkat kelahiran. Akibatnya, terjadi kenaikan pertumbuhan
penduduk yang justru lebih tinggi.
Jumlah penduduk pada 2010 tidak
237 juta, tetapi seperti hasil survei koreksinya, yakni bisa mencapai sekitar
246 juta, dan ada sekitar 9 juta orang tidak terdeteksi karena alasan apa pun
sehingga pertumbuhan penduduk tahunan jangan lagi disembunyikan pada angka
1,59%, tetapi lebih dari 1,6% atau bahkan mungkin saja sudah mencapai atau
sedang bergerak mencapai sekitar 1,7%.
Oleh karena itu, perlu ditakutkan
bahwa pertumbuhan penduduk dan tingkat kelahir an itu masih berada dalam tren
yang masih meningkat karena usaha untuk revitalisasi program KB dan kesehatan
masih dalam tingkat wacana, atau masih dalam proses pertemuan persiapan dan
belum mendarat pada tingkat kabupaten, kota, kecamatan apalagi pada tingkat
desa dan kampung.
Kegembiraan yang muncul adalah
akhirnya pemerintah, yang diwakili oleh Kepala BKKBN, Kepala BPS, Menko Kesra
dan akhirnya Wakil Presiden, mengakui bahwa keadaan bertambah gawat dan program
KB dan kesehatan perlu direvitalisasi. Namun, perlu diingatkan bahwa
revitalisasi kali ini bukan seperti terjadi pada 2000 atau pada 2006, yaitu
mengembalikannya pada penanganan seperti pada 1970-an saat kesertaan KB masih
nol.
Akan tetapi, harus dilakukan
sebagai program pembangunan keluarga sejahtera seperti pada 1990-an dengan
keterpaduan bersama program berbagai kementerian lainnya dan memaksa berbagai
kementerian untuk memastikan programnya untuk mendukung norma keluarga kecil
yang bahagia dan sejahtera.
Kalau ini tidak terjadi,
pemerintah secara sistematis memang mau menaikkan pertumbuhan penduduk
Indonesia dan mengantar kemiskinan dan kebodohan di Tanah Air tercinta ini dan
bukan masa depan yang sejahtera seperti dicita-citakan. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar