|
Sudah sekian
lama dan sekian banyak skenario dibahas, kita masih menanti keputusan pemerintah
untuk menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM). Pemerintah akan mengajukan APBN
Perubahan yang termasuk di dalamnya perubahan asumsi makro, pengurangan subsidi
BBM, dan kompensasi kepada golongan miskin untuk mengatasi akibat dari kenaikan
harga BBM.
Pemerintah
berencana menaikkan harga BBM menjadi Rp 6.500 per liter dan solar Rp 5.500. Kenaikan
ini diharapkan dapat menghemat sekitar Rp 46 triliun. Sekalipun demikian, pemerintah masih harus mengurangi anggaran di pos-pos
tertentu. Kenaikan harga BBM ini diperkirakan meningkatkan inflasi sekitar dua
sampai tiga persen. Pengaruh terbesar akan dirasakan oleh golongan miskin.
Karena itu, pemerintah mengajukan anggaran bantuan
langsung sementara masyarakat (BLSM) selama empat bulan dengan setiap bulannya
Rp 150 ribu per orang.
Program lainnya ada lah beras untuk orang miskin (raskin),
bantuan keluarga harapan, dan beasiswa untuk anak keluarga miskin. Tambahan
dana sekitar Rp 29 triliun. Defisit APBN mencapai sekitar 2,6 persen terhadap
produk domestik bruto (PDB). Kita tahu bahwa subsidi BBM sudah demikian besarnya.
Jika subsidi ini tidak dikurangi maka akan membengkak menjadi sekitar Rp 300
triliun dan defisit melebihi tiga persen dari PDB. Karena itu, pengurangan
subsidi BBM harus dilakukan. Pelaku ekonomi dan masyarakat menunggu keputusan
ini karena besarnya implikasi ekonomi dan sosial-politiknya.
Inflasi yang lebih tinggi akan ditanggapi oleh Bank Indonesia
(BI) dengan menaikkan BI Rate, kemungkinan sekitar satu sampai dengan 1,5
persen. Selanjutnya, bunga deposito dan pinjaman juga
akan naik. Debitur, baik perusahaan maupun rumah tangga, akan merasakan
tambahan beban. Perusahaan keuangan dan sektor riil akan merasakan penurunan
keuntungan.
Nilai rupiah kemungkinan akan lebih stabil dan
cenderung menguat dengan dinaikkannya BI Rate dan menurunnya defisit transaksi
berjalan. Apalagi, jika aliran modal meningkat maka rupiah akan menguat.
Pertumbuhan ekonomi diperkirakan menurun menjadi sekitar enam
persen. Kenaikan harga BBM kemungkinan akan menurunkan konsumsi BBM atau paling
tidak menjaga kenaikan yang tidak terkendali. Implikasinya impor minyak akan
menurun atau paling tidak terjaga dari lonjakan. Dengan demikian, defisit
neraca berjalan menurun. Hal ini akan ditanggapi positif bagi investor.
Bagaimanapun Indonesia masih menjadi tempat yang menarik bagi
investasi karena imbal hasilnya yang tinggi. Secara sosial-politik sekali pun
kemungkinan para politisi meyetujui kenaikan harga BBM, tetapi persetujuan BLSM
akan alot karena para politisi melihat ini lebih menguntungkan partai penguasa.
Begitu pula kemungkinan mahasiswa dan buruh akan berdemonstrasi menentang
kenaikan harga BBM ini.
Namun, keputusan ini harus dilakukan dengan segala
konsekuensinya. Harapannya adalah dengan kebijakan yang rasional perekonomian
akan lebih kuat dan dapat berkembang dengan lebih seimbang setelahnya. Sekalipun protes akan terjadi, namun masyarakat luas
diharapkan juga akan memahami keputusan berat yang harus diambil. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar