Para Pemilih
Anti-Mormon di Pilpres AS
Terry Mattingly ; Direktur Washington
Journalism Center
pada
Council for Christian Colleges & Universities di Washington, DC
|
SINAR
HARAPAN, 24 Oktober 2012
Menjelang pemilihan presiden Amerika Serikat yang semakin dekat,
para pengamat politik di AS mendapati bahwa ada jutaan pemilih yang merasa
khawatir terhadap agama Mormon yang dianut oleh kandidat presiden Mitt
Romney.
Diperkirakan banyak yang akan terganggu
dengan ajaran Gereja Yesus Kristus di Hari Terakhir (gereja kaum Mormon) yang
mereka anggap intoleran, dangkal. Banyak pula yang khawatir pada sejarah
ajaran Mormon yang menentang hak-hak aborsi.
“Ada cukup banyak orang di Amerika yang
tidak akan memilih Mitt Romney sebagai presiden karena dia seorang Mormon,”
demikian ucap Fred Barnes, redaktur pada Weekly Standard, ketika berceramah
di Institute on Religion and Democracy. “Kelompok ini cukup besar, dan nama
mereka adalah: kaum liberal,” katanya.
Ini bukanlah kisah-kisah mengenai Tuhan dan
politik yang ingin dibicarakan oleh media pada kampanye 2012, demikian kata
Barnes, yang juga komentator di televise Fox
News.
Agama menjadi mengemuka kali ini karena
akan ada perbenturan antara Romney dan umat kristiani Trinitas yang
menganggap agama Mormon adalah sebuah sekte atau atau aliran sesat dengan
nabinya, kitab-kitabnya, dan doktrinnya mengenai Tuhan dan hal-hal keabadian
lainnya.
Namun sebuah keganjilan terjadi pada masa
kampanye ini. Menurut sejumlah jajak pendapat, sebagian kaum Kristen
konservatif secara diam-diam memutuskan mereka akan memberi suara kepada
calon dari Partai Republik ini tanpa peduli pandangannya mengenai surga,
neraka, atau misteri mengenai Tuhan.
Dalam sebuah survei yang dibuat oleh lembaga
Gallup pada musim panas lalu, sejumlah pemilih potensial ditanya: bila partai
Anda mencalonkan seorang kandidat yang berkualitas namun seorang Mormon,
apakah Anda akan memilih calon itu? Sekitar 10 persen kaum Republik menjawab
“tidak”, dan sikap tidak suka terhadap Mormon naik di kalangan yang menyebut
sisi “independen” menjadi 18 persen, dan di kalangan Demokrat menjadi 24
persen.
Penelitian lain yang dibuat oleh American
National Election Studies oleh seorang peneliti dari University of
Sydney—mendapati kegelisahan di kalangan kaum Protestan evangelis telah
berkurang dalam tahun-tahun ini, dengan 36 persen mengekspresikan
“keengganan” terhadap kandidat yang Mormon pada 2007, namun pada 2012 jumlah
itu menurun menjadi 33 persen.
Anti-Mormon Meningkat
Sementara itu, sikap anti-Mormon di
kalangan pemilih non-agama meningkat dari 21 persen pada 2007 menjadi 41
persen di tahun 2012. Di kalangan para pemilih yang menyebut diri mereka
liberal, rasa ketidaksukaan terhadap Mormon meningkat dari 28 persen (2007)
menjadi 43 persen pada 2012. Kaum liberal, menurut kajian itu, kini 10 persen
mendekati sikap kaum Protestan yang secara keras mempunyai sikap prasangka
terhadap kandidat yang menganut Mormon.
Bagi kaum Protestan, setelah beberapa
dekade mencoba mengkristenkan Amerika, maka sangat sulit bagi mereka untuk
tidak berpikir bahwa seorang presiden “adalah maskot keagamaan” ketimbang
seorang politikus, kata Pendeta Russell D. Moore, ketika berbicara di
Southern Baptist Theological Seminary di Louisville, Kentucky. Sebuah rekaman
dari forum tersebut berjudul “The Mormon Moment: Religious Conviction and the
2012 Election,” dapat dilihat di internet.
"Saya mendengar seseorang pada
hari-hari belakangan ini berkata ‘saya tidak akan memilih seseorang yang
tidak menganut kekristenan evangelis’,” kata Moore, dosen teologi di seminari
itu. “Kalau itu masalah maka sejauh yang saya lihat anda hanya punya tiga
kandidat selama 100 tahun ini yang dapat anda pilih, yakni: William Jennings
Bryan, Jimmy Carter and George W Bush," kata dia.
Jadi, ketimbang berfokus pada daftar
doktrin mereka, para pemilih yang religius sebaiknya juga memfokuskan diri
pada pertanyaan praktis ketika mereka menuju ke bilik suara, kata Moore.
Mereka harus bertanya: “Antara kedua orang ini – Presiden Obama dan Gubernur
Romney—siapa yang akan berbuat paling baik untuk kebaikan dan melindungi
Amerika Serikat, dan berbagai pertanyaan lain yang ada di benak mereka.”
Meski demikian, Fred Barnes mengakui masih
ada sekelompok kecil kaum evangelis yang tidak mau berkompromi mereka
menentang kelompok mereka memberikan suara untuk seorang Mormon. Adapun kaum
konservatif lebih khawatir terhadap iman Romney ketimbang memberikan
kesempatan kedua kepada Barack Obama.
Para pakar itu juga paham bahwa "Ini
sekadar persolan geografi politik, ada beberapa yang bertahan, kalau Anda mau
menyebut mereka demikian, sehingga Mitt Romney memang tidak memerlukan suara
mereka,” kata Barnes. “Dia bisa menggandeng negara-negara bagian seperti
Tennessee, South Carolina, dan Georgia dengan mudah,” ia menambahkan. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar