Saat
Final Penantang Obama
A. Safril
Mubah, PENGAJAR SISTEM POLITIK AS
PADA DEPARTEMEN HUBUNGAN INTERNASIONAL FISIP
UNAIR
Sumber
: JAWA POS, 20 Januari 2012
MENJELANG primary
South Carolina, Sabtu (21/1) besok, langkah Mitt Romney untuk memenangkan
nominasi calon presiden Partai Republik dalam menghadapi pemilu Amerika Serikat
6 November mendatang semakin mantap. Gubernur Massachusetts (2003-2007) itu
memiliki modal kemenangan dalam dua pemilihan pendahuluan di Iowa (3/1) dan New
Hampshire (10/1). Romney juga mengantongi dukungan Jon Huntsman, salah seorang
kandidat yang mengundurkan diri Senin lalu (16/1). Dalam pidato pengunduran
dirinya, mantan gubernur Utah itu mengajak bersatu partainya dan meski berbeda
dalam beberapa isu, "I believe that candidate is Gov. Mitt Romney."
Meski sudah meninggalkan jabatan gubernur, sesuai dengan tradisi politik AS,
Romney tetap disebut gubernur.
Sebelumnya, anggota DPR dari Minnesota Michele Bachman juga menyatakan mundur dari pencalonan (4/1) setelah kalah dalam kaukus Iowa. Bergugurannya para lawan menjadikan Romney hanya menghadapi tantangan serius dari mantan senator Pennsylvania Rick Santorum, anggota DPR dari Texas Ron Paul, dan mantan Ketua DPR Newt Gingrich. Dalam kaukus Iowa, Santorum menempati posisi kedua, diikuti Paul dan Gingrich. Sementara, dalam primary New Hampshire, Paul bertengger di posisi kedua, di atas Santorum dan Gingrich.
Kemenangan di Iowa dan New Hampshire kian memperbesar peluang Romney untuk menantang Barack Obama yang sudah dipastikan menjadi capres Partai Demokrat. Dalam tradisi politik AS, pemenang di kedua negara bagian itu hampir selalu meraih tiket nominasi partai. Pada Pemilu 2008, misalnya, Obama berhasil memenangi konvensi Partai Demokrat setelah menang pada pemilu awal di kedua wilayah tersebut. Dia akhirnya meraih kursi presiden setelah mengalahkan John McCain, kandidat Partai Republik.
Kaukus Iowa dan primary New Hampshire selalu memiliki arti strategis bagi politikus yang ingin menjadi presiden AS. Sebagai pemilihan pendahuluan yang digelar paling awal, keduanya merupakan titik pijak yang sangat menentukan bagi bakal capres untuk bersaing di tahap berikutnya. Hasil di Iowa dan New Hampshire merupakan indikator awal tingkat elektabilitas seorang kandidat. Jika menang di kedua negara bagian itu, seorang kandidat dapat dikatakan memiliki tingkat elektabilitas tinggi. Kondisi ini sangat mungkin memengaruhi pilihan publik pada pemilihan pendahuluan selanjutnya.
Di South Carolina, Romney sesungguhnya menghadapi rintangan besar. Sebagai penganut agama Mormon, dia kurang disukai kelompok Evangelis Kristen yang tersebar di South Carolina. Pandangan konservatifnya yang moderat juga ditentang Tea Party, kelompok garis keras di Partai Republik yang berbasis di negara bagian itu. Meski demikian, Romney tetap optimistis menang karena disokong Gubernur South Carolina Nikki Haley.
Setelah South Carolina, pemilihan pendahuluan dihelat di Florida (31/1), Nevada (4/2), Colorado dan Minnesota (7/2), Maine (11/2), Arizona dan Michigan (28/2), Washington (3/3), serta di sepuluh negara bagian secara serentak (6/3) yang disebut Super Tuesday. Seluruh kandidat meyakini bahwa Super Tuesday merupakan momentum kunci untuk memenangkan nominasi karena hampir 30 persen suara delegasi diperebutkan di ajang ini.
Faktor Penentu
Super Tuesday adalah ujian sesungguhnya bagi Romney. Apakah Romney mampu melewati ujian ini? Jawabannya bergantung pada beberapa faktor penentu keberhasilan memenangkan pemilihan presiden AS, seperti dukungan dana, partai, dan dinamika jajak pendapat. Karena itu, Romney perlu meraup dana kampanye sebanyak-banyaknya, memperluas dukungan dari tokoh-tokoh sentral partai, dan tampil cemerlang dalam sejumlah jajak pendapat.
Dalam hal pendanaan, hingga kini Romney telah mengumpulkan USD 56 juta. Walaupun masih kalah jauh bila dibandingkan Obama yang telah meraup USD 244 juta, sepertinya uang bukanlah masalah besar bagi Romney. Sebagai pengusaha sukses dengan kekayaan USD 250 juta, Romney yang telah malang melintang di berbagai perusahaan dapat menggerakkan jaringan bisnisnya untuk memaksimalkan dana kampanye. Untuk urusan ini, politikus 64 tahun itu tidak dapat ditandingi kandidat Partai Republik lainnya.
Dukungan dana semakin berarti dengan dukungan McCain, salah seorang sosok paling berpengaruh di Partai Republik. Sebagai senator berpengalaman dan capres Partai Republik pada Pemilu 2008, dia masih memiliki jutaan pendukung di banyak negara bagian. Demi menyukseskan pencalonan Romney, bisa saja McCain membujuk para pendukungnya untuk memberikan suara kepada mantan pesaingnya dalam konvensi Partai Republik empat tahun lalu itu.
Dukungan bertubi-tubi tersebut mengantarkan Romney unggul dalam semua polling yang digelar berbagai lembaga survei pertengahan Januari ini. Fox News menempatkan Romney di posisi pertama dengan 40 persen, unggul 25 poin dari Santorum yang menempati peringkat kedua. Gallup juga menempatkan Romney di puncak dengan 37 persen, jauh di atas Santorum yang meraih 14 persen. Hasil serupa terlihat dalam jajak pendapat Reuters yang mengunggulkan Romney dengan 30 persen, dibandingkan Gingrich yang menguntit di belakangnya dengan 20 persen.
Mencermati semua itu, tampaknya tiket nominasi Partai Republik semakin dekat dalam genggaman Romney untuk menantang Obama. ●
Sebelumnya, anggota DPR dari Minnesota Michele Bachman juga menyatakan mundur dari pencalonan (4/1) setelah kalah dalam kaukus Iowa. Bergugurannya para lawan menjadikan Romney hanya menghadapi tantangan serius dari mantan senator Pennsylvania Rick Santorum, anggota DPR dari Texas Ron Paul, dan mantan Ketua DPR Newt Gingrich. Dalam kaukus Iowa, Santorum menempati posisi kedua, diikuti Paul dan Gingrich. Sementara, dalam primary New Hampshire, Paul bertengger di posisi kedua, di atas Santorum dan Gingrich.
Kemenangan di Iowa dan New Hampshire kian memperbesar peluang Romney untuk menantang Barack Obama yang sudah dipastikan menjadi capres Partai Demokrat. Dalam tradisi politik AS, pemenang di kedua negara bagian itu hampir selalu meraih tiket nominasi partai. Pada Pemilu 2008, misalnya, Obama berhasil memenangi konvensi Partai Demokrat setelah menang pada pemilu awal di kedua wilayah tersebut. Dia akhirnya meraih kursi presiden setelah mengalahkan John McCain, kandidat Partai Republik.
Kaukus Iowa dan primary New Hampshire selalu memiliki arti strategis bagi politikus yang ingin menjadi presiden AS. Sebagai pemilihan pendahuluan yang digelar paling awal, keduanya merupakan titik pijak yang sangat menentukan bagi bakal capres untuk bersaing di tahap berikutnya. Hasil di Iowa dan New Hampshire merupakan indikator awal tingkat elektabilitas seorang kandidat. Jika menang di kedua negara bagian itu, seorang kandidat dapat dikatakan memiliki tingkat elektabilitas tinggi. Kondisi ini sangat mungkin memengaruhi pilihan publik pada pemilihan pendahuluan selanjutnya.
Di South Carolina, Romney sesungguhnya menghadapi rintangan besar. Sebagai penganut agama Mormon, dia kurang disukai kelompok Evangelis Kristen yang tersebar di South Carolina. Pandangan konservatifnya yang moderat juga ditentang Tea Party, kelompok garis keras di Partai Republik yang berbasis di negara bagian itu. Meski demikian, Romney tetap optimistis menang karena disokong Gubernur South Carolina Nikki Haley.
Setelah South Carolina, pemilihan pendahuluan dihelat di Florida (31/1), Nevada (4/2), Colorado dan Minnesota (7/2), Maine (11/2), Arizona dan Michigan (28/2), Washington (3/3), serta di sepuluh negara bagian secara serentak (6/3) yang disebut Super Tuesday. Seluruh kandidat meyakini bahwa Super Tuesday merupakan momentum kunci untuk memenangkan nominasi karena hampir 30 persen suara delegasi diperebutkan di ajang ini.
Faktor Penentu
Super Tuesday adalah ujian sesungguhnya bagi Romney. Apakah Romney mampu melewati ujian ini? Jawabannya bergantung pada beberapa faktor penentu keberhasilan memenangkan pemilihan presiden AS, seperti dukungan dana, partai, dan dinamika jajak pendapat. Karena itu, Romney perlu meraup dana kampanye sebanyak-banyaknya, memperluas dukungan dari tokoh-tokoh sentral partai, dan tampil cemerlang dalam sejumlah jajak pendapat.
Dalam hal pendanaan, hingga kini Romney telah mengumpulkan USD 56 juta. Walaupun masih kalah jauh bila dibandingkan Obama yang telah meraup USD 244 juta, sepertinya uang bukanlah masalah besar bagi Romney. Sebagai pengusaha sukses dengan kekayaan USD 250 juta, Romney yang telah malang melintang di berbagai perusahaan dapat menggerakkan jaringan bisnisnya untuk memaksimalkan dana kampanye. Untuk urusan ini, politikus 64 tahun itu tidak dapat ditandingi kandidat Partai Republik lainnya.
Dukungan dana semakin berarti dengan dukungan McCain, salah seorang sosok paling berpengaruh di Partai Republik. Sebagai senator berpengalaman dan capres Partai Republik pada Pemilu 2008, dia masih memiliki jutaan pendukung di banyak negara bagian. Demi menyukseskan pencalonan Romney, bisa saja McCain membujuk para pendukungnya untuk memberikan suara kepada mantan pesaingnya dalam konvensi Partai Republik empat tahun lalu itu.
Dukungan bertubi-tubi tersebut mengantarkan Romney unggul dalam semua polling yang digelar berbagai lembaga survei pertengahan Januari ini. Fox News menempatkan Romney di posisi pertama dengan 40 persen, unggul 25 poin dari Santorum yang menempati peringkat kedua. Gallup juga menempatkan Romney di puncak dengan 37 persen, jauh di atas Santorum yang meraih 14 persen. Hasil serupa terlihat dalam jajak pendapat Reuters yang mengunggulkan Romney dengan 30 persen, dibandingkan Gingrich yang menguntit di belakangnya dengan 20 persen.
Mencermati semua itu, tampaknya tiket nominasi Partai Republik semakin dekat dalam genggaman Romney untuk menantang Obama. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar