Sabtu, 21 Oktober 2017

Uang Tunai dan Transaksi Elektronik

Uang Tunai dan Transaksi Elektronik
Anwar Nasution ;   Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis UI
                                                      KOMPAS, 18 Oktober 2017



                                                           
Peningkatan penggunaan kartu kredit dan uang elektronik dalam sistem pembayaran jelas akan mengurangi penggunaan uang tunai dalam transaksi barang dan jasa. Namun, penggunaan uang elektronik tersebut tidak akan meniadakan keperluan masyarakat akan uang tunai, baik uang kertas maupun uang logam.

Di Indonesia, penggunaan uang elektronik dimulai dengan transaksi uang tol. Namun, keberadaan dan operasionalisasi jalan tol itu sendiri masih terpusat di Pulau Jawa, khususnya di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) dan beberapa tempat di Sumatera dan Sulawesi Selatan.

Penggunaan uang elektronik dalam penggunaan jalan tol akan memodernisasi sistem pembayaran nasional dan sudah mulai dilakukan oleh toko-toko besar, baik supermarket besar maupun toko eceran berskala lebih kecil. Pertumbuhan penggunaan transaksi nontunai itu juga berlangsung cukup tinggi dengan pesatnya pertumbuhan toko-toko seperti itu di seluruh pelosok wilayah Indonesia.

Secara perlahan, transaksi itu akan semakin meluas dengan perubahan mendasar dalam struktur pembayaran Indonesia.

Pertama, semakin berkurangnya transaksi nonpasar dalam perekonomian Indonesia dan meningkatnya transaksi pasar yang menggunakan uang tunai. Transaksi nonpasar itu antara lain adalah dalam bentuk barter dan gotong royong tanpa upah di mana tenaga kerja dibayar dengan tenaga.

Kedua, modernisasi transaksi ekonomi masyarakat. Ketiga, perpanjangan pembangunan jalan tol yang sudah dimulai di luar Pulau Jawa, mulai dari Sumatera Utara, Kalimantan, hingga Papua. Pembayaran melalui kartu kredit mengurangi waktu transaksi yang diperlukan dalam transaksi uang tunai dan waktu perjalanan, dan ini pada gilirannya akan menghemat waktu dan biaya. Transaksi elektronik itu sekaligus memudahkan administrasi keuangan karena langsung dicatat dalam pembukuan kedua belah pihak yang melakukan transaksi.

Berjalan lambat

Namun, karena berbagai alasan, penetrasi penggunaan uang elektronik dalam perekonomian diperkirakan masih akan berlangsung sangat lambat. Peranan transaksi nonpasar masih tetap penting dalam perekonomian kita. Penetrasi teknologi, terutama pada usaha skala kecil dan menengah (UKM), masih berjalan lamban. Penduduk desa masih bisa minta sayur dan cabai pada tetangga sebelahnya dan membayar secara tunai.

Jaringan kantor cabang bank belum dapat menjangkau semua UKM. Belum semua daerah di Indonesia tersambung dengan aliran listrik dan jaringan telekomunikasi yang andal dan tepercaya yang diperlukan oleh transaksi nontunai itu.

Perusahaan besar enggan menggunakan administrasi usaha yang baik antara lain untuk keperluan penggelapan pembayaran pajak. Sektor negara pun belum sepenuhnya menggunakan bank dan sebagian dari pegawai negeri dan anggota ABRI maupun pegawai BUMN serta BUMD masih menerima gaji dan upah dalam bentuk uang tunai.

Sebagian dari pembelian sektor negara pun masih menggunakan uang tunai. Demikian juga dengan pembayaran berbagai bentuk pajak dan pungutan pemerintah. Pemberian bantuan sosial, termasuk zakat fitrah dan kolekte masjid, gereja, dan tempat ibadah lainnya, masih dilakukan dalam bentuk uang tunai.

Sebagai alat kontrol untuk membatasi pengeluarannya, turis asing dan dalam negeri juga lebih suka menggunakan transaksi tunai daripada elektronik dan kartu kredit. Sebagian orang menahan uang asing sebagai alat penyimpan kekayaan yang sewaktu-waktu dapat digunakan dalam keadaan darurat. Para jemaah haji dan umrah masih menyimpan sisa mata uang riyal sebagai tabungan berjaga-jaga. Demikian pula dengan para perantau dan pekerja yang pernah merantau ke sejumlah negara. Meskipun ada penurunan nilai mata uang asing, kurs dan tingkat bunganya dirasakan lebih stabil daripada rupiah.

Sebagaimana telah disebut di atas, peningkatan penggunaan uang elektronik dan kartu kredit memang menurunkan penggunaan uang tunai, tetapi tidak menghilangkannya. Perluasan jaringan kantor ATM mengurangi kebutuhan masyarakat untuk menahan uang tunai.

Menurut laporan Bank Sentral Inggris, penggunaan kartu kredit dalam transaksi di negara maju itu mencapai 7 persen dari nilai seluruh transaksi pada tahun 2016. Penggunaan uang tunai masih penting dalam melakukan transaksi. Menurut survei, sebanyak 79 persen dari penduduk Inggris dan 76 persen dari penduduk Uni Eropa masih memegang uang tunai.

Oleh karena itu, bank sentral di seluruh dunia masih menambah jumlah uang kertas dan logam, terutama tukaran kecil yang banyak digunakan oleh masyarakat untuk keperluan transaksi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar