Bahagia Hidup Melajang?
Agustine Dwiputri ; Penulis Kolom “Konsultasi Psikologi”
Kompas Minggu
|
KOMPAS, 07
Februari 2016
Menjelang peringatan
Valentine, saya suka merasa sedih dan malu dengan kelajangan saya. Saya
selalu berpikir betapa bahagianya mereka yang mempunyai pasangan, bisa terus
menjalin hubungan dan saling berbagi. Di lain waktu, saya sebenarnya juga
sering menikmati kesendirian saya. Bagaimana pandangan Ibu tentang keadaan
saya ini, termasuk wajarkah? Bagaimana supaya saya bisa merasa lebih bahagia?
Terima kasih. (Sinta, 45 tahun).
Dari beberapa studi
yang saya baca sejak belasan tahun yang lalu sampai sekarang, terungkap bahwa
orang-orang berstatus lajang menjalani hidup yang bahagia. Kualitas
kebahagiaan responden lajang, menurut para peneliti, sama dengan kebahagiaan
mereka yang telah berpasangan dan memiliki keluarga. Penelitian itu
menyebutkan, status hubungan tidak berkaitan dengan kualitas kebahagiaan.
Bahkan, beberapa orang yang melajang hingga usia tua justru memiliki
kehidupan sosial yang lebih baik dengan teman-teman serta tetangganya.
Namun, peneliti
mengatakan, untuk menjaga hati dan kehidupan terus nyaman dan bahagia, Anda
harus pandai memilih teman dan orang di sekeliling Anda. Sebagian besar
responden yang masih melajang memang mengatakan punya sahabat yang
menyenangkan dan kehangatan dari dukungan keluarganya. Mereka memiliki
kesempatan lebih besar untuk memberi serta menerima bantuan dari orang lain.
Hasil penelitian itu
bisa saja tidak menggambarkan seluruh perasaan individu yang melajang.
Perasaan yang dirasakan oleh Sinta juga mewakili perasaan cukup banyak orang
yang hidup tanpa pasangan.
Penyebab tidak bahagia
Noah Elkrief
mengatakan, banyak orang yakin bahwa berada dalam suatu relasi adalah kunci
menuju kebahagiaan. Jika Anda mengajukan pertanyaan ”Bagaimana menjadi
bahagia sebagai lajang?”, itu hampir pasti karena Anda percaya bahwa ”Berada
dalam suatu relasi adalah kunci menuju kebahagiaan”. Keyakinan ini juga dapat
muncul sebagai ”Anda harus berada dalam suatu relasi”, ”Anda akan bahagia
jika Anda menikah”, ”hidup tidak berarti jika Anda tidak memiliki seseorang
untuk berbagi dengannya”, dan semacamnya. Pertanyaan demikian menyiratkan
bahwa lebih sulit untuk menjadi bahagia jika Anda tidak berada dalam suatu
relasi.
Ketika Anda percaya
bahwa hubungan (atau cinta) adalah kunci menuju kebahagiaan, dan Anda tidak
berada dalam hubungan (atau tidak dicintai), maka secara otomatis Anda akan
percaya bahwa hidup Anda tidak cukup baik. Anda secara tidak sadar (atau
sadar) membandingkan hidup Anda pada ide tentang kehidupan yang ”sempurna”.
Ketika hidup Anda tidak cocok dengan ide yang ”sempurna” itu, secara tidak
sadar Anda memutuskan hal-hal lainnya tidaklah cukup baik. Anda mulai merasa
kurang dan seolah-olah ada sesuatu yang hilang dalam hidup Anda.
Noah Elkrief
memberikan sebuah ilustrasi: Ketika Anda sedang menonton sebuah film
komedi/laga dan sepenuhnya tenggelam dalam film, apakah Anda merasa tak
bahagia sebagai lajang? Tentu saja tidak. Mengapa? Sebab, di saat Anda
memberikan perhatian penuh pada film itu, Anda tidak berpikir tentang betapa
buruknya menjadi lajang. Ketika Anda melakukan sesuatu yang Anda sukai,
seperti masuk kelas yoga, berolahraga, menari, bermain dengan anak-anak Anda,
bergaul dengan teman-teman, apakah Anda tidak bahagia dengan kelajangan?
Tentu tidak bukan. Ini disebabkan Anda teralihkan dari pikiran-pikiran yang
mengklaim hidup Anda tidak cukup baik.
Jika menjadi lajang
secara nyata menciptakan ketidakbahagiaan dan perasaan kekurangan, Anda akan
dipaksa untuk merasa kurang dan tidak bahagia di setiap saat Anda adalah
lajang. Tetapi, jika semua yang diperlukan untuk menghentikan perasaan kurang
dan tidak bahagia adalah dengan hanya mengalihkan perhatian Anda dari pikiran
Anda, maka jelas bahwa perasaan kekurangan dan ketidakbahagiaan pasti
diciptakan oleh pikiran.
Kemudian, luangkan
waktu untuk mengatakan kepada diri sendiri beberapa pemikiran berikut.
”Hidupku tidak berarti apa-apa jika tidak menemukan seseorang yang mencintai
saya”, ”Saya tidak akan pernah bahagia jika saya tidak menikah”.
Bagaimana perasaan
Anda ketika mengatakan semua cerita itu kepada diri sendiri? Tidak bahagia?
Sedih? Takut? Padahal, semenit yang lalu, sebelum Anda bercerita dalam
pikiran Anda, perasaan tersebut tidak ada. Namun, begitu Anda mulai
memberikan perhatian pada cerita-cerita tadi, perasaan itu muncul. Jika
berbagai emosi itu muncul segera setelah pikiran muncul, berarti berbagai
pikiran pasti menciptakan berbagai emosi.
Menjadi bahagia hidup melajang?
Jawabannya adalah
dengan menemukan bahwa suatu relasi tidak dapat membuat Anda bahagia. Cara
untuk menjadi bahagia adalah dengan memikirkan bahwa hidup Anda saat ini
tidak ”lebih buruk” dari kehidupan yang ”sempurna”. Dengan kata lain, Anda
harus menemukan bahwa hidup yang ”sempurna” ini tidak sama sempurnanya
seperti yang Anda pikirkan itu. Kemudian, Anda tidak akan lagi memutuskan
bahwa hidup Anda tidak cukup baik, dan akan berhenti menciptakan perasaan
kekurangan dan ketidakbahagiaan.
Apakah relasi, cinta,
atau pernikahan menciptakan kebahagiaan? Jika benar demikian, maka setiap
orang yang memiliki semua itu akan bahagia. Kenyataannya di mana-mana tingkat
perceraian meningkat. Oleh karena itu, pernikahan dan persahabatan itu
sendiri jelas tidak menciptakan kebahagiaan.
Jika Anda berpikir
bahwa kebahagiaan Anda bergantung pada hubungan, maka tentu saja Anda akan
takut kehilangan hubungan. Anda pasti akan terus mencari jaminan bahwa Anda
masih mencintai pasangan Anda. Anda ingin mereka menunjukkan apresiasi,
memberi tahu bahwa mereka mencintai Anda, menghubungi Anda, dan sebagainya
hanya untuk terus meningkatkan dan menegaskan kembali cinta mereka untuk Anda
karena Anda tidak pernah bisa tahu pasti bahwa mereka masih mencintai Anda.
Menyadari bahwa berada
dalam sebuah relasi tidak bisa membuat Anda bahagia akan menghilangkan rasa
malu dan kekurangan tentang menjadi seorang yang lajang, tetapi masih akan
ada banyak pikiran lain yang membuat Anda tidak bahagia dalam hidup. Oleh
karena itu, untuk benar-benar menjawab pertanyaan ”Bagaimana saya bisa
menjadi bahagia sebagai lajang?”, jawabannya adalah dengan cara yang sama
untuk membuat diri bahagia ketika berada dalam suatu relasi, yaitu dengan
menghilangkan pikiran-pikiran yang membuat Anda tidak bahagia.
Anda harus mulai
dengan mengidentifikasi pikiran-pikiran yang membuat Anda tidak bahagia.
Setelah Anda melakukan itu, pastikan bahwa pikiran tersebut tidak benar.
Ketika Anda berhenti memercayai suatu pikiran, pikiran itu akan berhenti
menciptakan emosi.
Dalam suatu relasi,
Anda perlu memeriksa pikiran-pikiran yang membuat Anda tidak bahagia. Hal
yang sama berlaku pada Anda yang lajang. Yang benar adalah Anda tidak
mengikuti pikiran Anda, sendirian tidak membuat Anda tidak bahagia. Anda
sudah berada dalam keadaan baik-baik saja. Satu-satunya hal yang membuat Anda
tidak bahagia adalah karena mengikuti berbagai cerita negatif dalam pikiran
Anda.
Selamat mengubah pikiran negatif. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar