Wasiat Pendiri Muhammadiyah
Muhbib Abdul Wahab ; Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan
(FITK) UIN Jakarta
|
KORAN
SINDO, 06 Agustus 2015
“Muhammadiyah pada masa sekarang
ini berbeda dengan Muhammadiyah pada masa mendatang. Karena itu, warga
mudamudi Muhammadiyah hendaklah terus menjalani dan menempuh pendidikan serta
menuntut ilmu pengetahuan (dan teknologi) di mana dan ke mana saja.
Menjadilah dokter sesudah itu
kembalilah kepada Muhammadiyah. Jadilah master, insinyur, dan profesional
lalu kembalilah kepada Muhammadiyah sesudah itu.” (KH Ahmad Dahlan).
Wasiat visioner pendiri
Muhammadiyah tersebut menginspirasi kita semua dan menarik direnungkan
bersama, terutama oleh warga Muhammadiyah. Pertama, Muhammadiyah didirikan
bukan untuk satu atau dua generasi, melainkan lintas generasi dan sepanjang
masa.
Muhammadiyah didirikan juga bukan
untuk etnis atau komunitas tertentu, melainkan sebagai wadah perjuangan umat
untuk mewujudkan visi Islam rahmatan lil rahmatan lil alamin. Muhammadiyah
kini telah berusia lebih dari satu abad (didirikan pada 18 November 1912).
Karena itu, sebelum meninggal, KH Ahmad Dahlan pernah berwasiat: “Aku
titipkan Muhammadiyah ini kepadamu”.
Tentu saja, wasiat tersebut
dimaksudkan agar cita-cita mulia Muhammadiyah untuk mewujudkan Islam dan
Indonesia Berkemajuan tetap dijaga, Amal Usaha Muhammadiyah (AUM)
dikembangkan dan didedikasikan untuk kemajuan bangsa, bukan untuk kelompok
orang atau pihak-pihak tertentu.
Sebab itu, spirit perjuangan untuk
mewujudkan visi mulia “Islam dan Indonesia Berkemajuan” adalah spirit
keikhlasan dan kebersamaan, etos menanam dan merawat gerakan, bukan
memanfaatkan Persyarikatan untuk kendaraan kepentingan politik, ekonomi,
sosial budaya, dan sebagainya.
Spirit inilah yang mendorong
pendiri Muhammadiyah itu “berwasiat” kepada warga Persyarikatan agar secara
tulus ikhlas mengaktualisasikan “Hiduphidupilah Muhammadiyah, tetapi jangan
mencari hidup dalam Muhammadiyah”.
Kedua, tantangan Muhammadiyah itu
selalu berbeda antara satu generasi dan lainnya. Pada masa lalu Muhammadiyah
banyak dihadapkan pada tantangan kolonialisme dan tantangan internal umat
berupa kebodohan, kemiskinan, kemunduran, dan kejumudan.
Saat ini tantangan terbesar
Muhammadiyah adalah bagaimana mewujudkan Islam dan Indonesia Berkemajuan itu
dapat terealisasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara secara damai,
rukun, adil, dan makmur dalam bingkai NKRI?
Ketiga, saat ini bangsa Indonesia
yang mayoritas muslim juga masih dihadapkan kepada masalah-masalah warisan
kolonialisme masa lalu seperti: kebodohan, kemiskinan, keterbelakangan, dan
kemunduran peradaban di satu segi, dan di segi lain juga dihadapkan pada
neokolonialisme (kapitalisme global), liberalisme, permisivisme, dan
sebagainya.
Untuk
itu, dalam kesempatan lain, pendiri Muhammadiyah juga berwasiat: “Tidak
mungkin Islam lenyap dari seluruh dunia, tapi tidak mustahil Islam hapus dari
bumi Indonesia. Siapakah yang bertanggung jawab?” Wasiat ini mengingatkan
kita semua bahwa Islam di Indonesia boleh jadi akan tergradasi jika umatnya
tidak bertanggung jawab dalam memajukan Islam.
Sebaliknya,
Islam di Indonesia bisa menjadi “kiblat dunia Islam” jika mampu mengatasi
berbagai tantangan zaman. Kata kuncinya adalah spirit reformasi dan dakwah
amar makruf nahi munkar dalam segala aspek kehidupan melalui kerja
visioner-kolektif yang terorganisasi rapi dan modern.
Karena
itu, berislam dengan “kendaraan Muhammadiyah” merupakan salah satu peta jalan
(roadmap) atau wadah (institusi) untuk mengawal dan mengaktualisasikan
nilai-nilai Islam menuju Indonesia Berkemajuan.
Karena
itu, masa depan Muhammadiyah sangat bergantung pada generasi dan suksesi
kepemimpinan Muhammadiyah saat ini. Akan dibawa ke manakah Muhammadiyah masa
depan? Arah itulah yang dibahas di Muktamar Ke-47 Muhammadiyah yang sedang
berlangsung di Makassar.
Visi,
misi, dan cita-cita Muhammadiyah untuk mewujudkan Islam Berkemajuan dalam
bingkai NKRI merupakan spirit gerakan dan perjuangan yang perlu diapresiasi
dan diaktualisasikan. Dalam konteks ini, masa depan Muhammadiyah tidak dapat
dipisahkan dari spirit dan kontekstualisasi “metodologi al-Maun” yang
diteladankan dan diwasiatkan KH Ahmad Dahlan kepada para muridnya.
Metodologi
ini sebuah kerangka pemahaman dan keyakinan kuat untuk menjadikan Islam
Berkemajuan itu membumi dan menginspirasi semua, bukan sekadar menampilkan
“Islam wacana” tanpa kerja dan karya nyata.
Metodologi
al- Maun yang diajarkan oleh KH Ahmad Dahlan kepada para muridnya tidak hanya
berupa pemahaman kognitif, tetapi bagaimana pemahaman akal-rasional itu
diaktualisasikan menjadi perbuatan nyata dan karya kemanusiaan kontekstual
dan berwawasan peradaban.
Bangsa
Indonesia masa depan bisa semakin maju dan menjadi peradaban besar jika
spirit Islam Berkemajuan dipahami, dididikkan, dan disosialisasikan secara
transformatifkultural. Nilai-nilai Islam Berkemajuan tidak ditransmisikan
melalui pemahaman dogmatis melainkan pemahaman kritistransformatif yang
kontekstual.
Dengan
begitu, Islam Berkemajuan secara teologis menghendaki integrasi dua model
kritik sekaligus yaitu kritik teks dan kritik konteks (realitas sosial)
dengan senantiasa merespons perkembangan ilmu pengetahuan dan relevansi
sosial keumatan.
Pada
saat yang sama, umat Islam, khususnya warga Muhammadiyah, harus mampu
menampilkan citra diri pada masa depan sebagai ummatan wasathan (umat
moderat, Islam moderat, Islam jalan tengah), tidak ekstrem kanan, apalagi
ekstrem kiri, tidak anarkistis dan tidak pula teroris, toleran, namun tetap
tegas dan teguh pendirian.
Islam
Berkemajuan akan menusantara melalui proses sivilisasi (pemeradaban) dengan
gerakan pencerdasan dan pemberdayaan umat, pemajuan sistem pendidikan,
ekonomi, sosial, hukum, politik, budaya, dan sebagainya.
Sudah
saatnya dalam rangka menuju masa depan yang lebih prospektif dan konstruktif,
Muhammadiyah mereformasi sistem pendidikan dari sistem yang berorientasi
“market oriented“ menuju “civilization oriented“.
Sistem
pendidikan Muhammadiyah yang menjamur dari TK hingga perguruan tinggi di seluruh
Nusantara perlu berinovasi baik dari segi substansi kurikulumnya maupun
metodologi pembelajarannya, dari sekadar memenuhi “pangsa pasar dan dunia
kerja” menuju pendidikan yang bervisi peradaban modern.
Muhammadiyah
juga telah memberi pelayanan kesehatan dan pendidikan bagi umat. Karena itu,
semua warga Muhammadiyah perlu meningkatkan kinerja layanan berbasis ihsan
dan terus mengembangkan amal usaha agar tujuan Muhammadiyah tercapai.
Selain
itu, Muhammadiyah juga telah memberikan warisan peradaban dan karya-karya
kemanusiaan yang dinamis dan kreatif. Generasi muda Muhammadiyah harus lebih
proaktif dalam mendalami dan mengaktualisasikan Islam Berkemajuan yang
bervisi “rahmatan lil alamin“.
Masa
depan Muhammadiyah dan Islam Berkemajuan juga dapat diaktualisasikan melalui
dakwah pencerahan (dawah tanwiriyyah)
yaitu dakwah yang membebaskan (tahrir),
memberdayakan (taqwiyah), dan
memajukan (taqdim).
Islam
Berkemajuan yang rahmatan li al-rahmatan li al-alamin harus dijadikan sebagai
komitmen moral dan teladan terbaik bagi semua. Jika hal ini dapat dilakukan
melalui sistem dakwah pencerahan yang efektif dan konstruktif, niscaya
Muhammadiyah masa mendatang dapat berkontribusi positif dalam mewujudkan
Indonesia Berkemajuan masa depan.
Sesuai
wasiat pendiri Muhammadiyah tersebut, Islam Berkemajuan ala Muhammadiyah juga
harus menampilkan wajah humanis: ramah, penuh perdamaian, toleran, kasih
sayang, antikorupsi, antikekerasan, antiterorisme, anti-illegal logging,
anti-trafficking, antiketidakadilan, antiliberisme, dan sebagainya, di
samping terus menggerakkan jihad multidimensi, termasuk jihad konstitusi
untuk menganulir dan membatalkan aneka produk hukum yang tidak memihak kepada
kepentingan rakyat.
Jadi,
Islam Berkemajuan yang diwasiatkan sang pendiri Muhammadiyah harus menjadi
visi-misi bersama untuk menjadikan Islam sebagai agama teladan yang sukses
membangun peradaban umat dan bangsa yang berkeadaban, berperikemanusiaan,
berkemajuan, dan berkeadilan.
Wasiat
pendiri Muhammadiyah tersebut masih relevan direnungkan kembali oleh para
muktamirin (peserta muktamar), khususnya calon pimpinan masa depan
Muhammadiyah, agar jangan sampai Muhammadiyah “larut dan dibawa” ke arus
kepentingan tertentu yang justru merugikan Muhammadiyah.
Kearifan
dan kedewasaan para muktamirin dalam memilih pemimpin baru, menyusun program
strategis, dan menyatupadukan langkah menuju Indonesia Berkemajuan sangat
dibutuhkan. Selamat bermuktamar, Nusantara Indonesia membutuhkan kontribusi positif
Muhammadiyah! ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar