Mencapai Kesepakatan Iklim Universal dan Ambisius
Corinne Breuzé ;
Duta Besar Perancis untuk Indonesia
|
KOMPAS,
01 Agustus 2015
Perancis menerima kehormatan sekaligus tanggung jawab
sebagai tuan rumah Konferensi Para Pihak Konvensi Kerangka Kerja PBB untuk
Perubahan Iklim 2015. Konferensi yang dikenal pula dengan sebutan COP-21 ini
akan berlangsung di Paris, sekitar empat bulan lagi, mulai 30 November. Forum
ini tidak akan menjadi "konferensi biasa".
Semua negara telah memutuskan dalam konferensi sebelumnya
bahwa KTT kali ini merupakan "momentum terpenting" karena menjadi
batas waktu yang telah disepakati oleh semua negara di dunia untuk mencapai
kesepakatan iklim yang universal dan ambisius.
Perparah bencana
Perubahan iklim merupakan kenyataan konkret yang
memperparah bencana alam. Pemanasan global yang diakibatkan emisi gas rumah
kaca ini menyebabkan kenaikan permukaan air laut dan mengancam jutaan orang
yang tinggal di daerah pesisir.
Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia
sangat rentan. Kenaikan permukaan laut mengancam 42 juta orang Indonesia yang
tinggal di wilayah dengan ketinggian kurang dari 10 meter dari atas permukaan
laut.
Kenaikan permukaan air laut setinggi 50 sentimeter saja
akan memperparah penurunan muka tanah yang sudah terjadi di Teluk Jakarta dan
secara permanen akan menggenangi bagian utara Jakarta dan Bekasi.
Bayangkan apa yang akan terjadi jika permukaan air laut
naik 1 meter. Perubahan iklim meningkatkan risiko hidro-meteorologi, seperti
banjir berulang dan kekeringan; kekeringan berkepanjangan yang pada
gilirannya diproyeksikan memperburuk dampak kebakaran hutan.
Seluruh masyarakat terpengaruh perubahan iklim meskipun
dengan cara yang berbeda. Masyarakat yang paling miskin adalah yang paling
menderita. Para ahli telah menunjukkan bahwa pendapatan rumah tangga menurun
seiring meningkatnya suhu karena pemanasan secara drastis mengurangi hasil
panen.
Di Indonesia, pola curah hujan menjadi semakin sulit
diprediksi. Musim kemarau bisa berlangsung lebih lama dan lebih kering.
Kondisi ini akan memperburuk masalah polusi asap dan mengancam ketahanan
pangan.
Pengaruhi kesehatan
Kesehatan masyarakat merupakan salah satu sumber
keprihatinan lain. Memang ada kaitan antara deforestasi, perubahan iklim, dan
kesehatan. Ingat epidemi demam berdarah yang merebak ke seluruh Asia Tenggara
beberapa tahun terakhir ini. Suhu hangat dan curah hujan yang lebih intens
merupakan kondisi yang menguntungkan bagi perkembangbiakan nyamuk.
Perubahan iklim dapat menimbulkan kerugian ekonomi serta,
yang lebih penting dan lebih tragis lagi, dapat mengancam jiwa manusia. Jika
dibiarkan, kerusakan yang disebabkan gangguan iklim akan mengakibatkan
kerugian 5-20 kali lipat dari biaya untuk memerangi emisi gas rumah kaca.
Jadi, perubahan iklim memiliki konsekuensi langsung terhadap pertumbuhan
ekonomi dan perdamaian sosial pada masa kini ataupun masa mendatang.
Perkembangan ekonomi hijau bukan merupakan suatu kemewahan
yang hanya dapat dirasakan oleh negara kaya mampu. Program Lingkungan
Perserikatan Bangsa-Bangsa dan banyak lembaga lain menggarisbawahi bahwa
ekonomi hijau merupakan sumber lapangan kerja dan pertumbuhan, serta
mengurangi kemiskinan.
Untuk mencapai hal ini, harus dikembangkan teknologi
inovatif di berbagai bidang. Misalnya, bidang energi terbarukan dan
transportasi umum. Generasi muda harus dilatih cara menggunakan teknologi
baru itu.
Perancis dan Indonesia telah bekerja sama menggarap
permasalahan ini di Indonesia. Kerja sama sudah berjalan dengan baik, di
antaranya kemitraan strategis yang ditandatangani pada 2011 oleh kedua
negara. Proyek ini meliputi perjanjian khusus tentang kerja sama di bidang
energi, terutama untuk mengembangkan penggunaan bahan bakar nonfosil dan
membatasi pemborosan energi.
Awal tahun 2008, Badan Perancis untuk Pembangunan turut
berkontribusi pada Pinjaman Program Perubahan Iklim, dengan mendukung
terwujudnya tujuan pengurangan emisi yang ambisius di Indonesia. Badan ini
juga menggarap sejumlah permasalahan penting lain, seperti pengelolaan hutan
lestari, transportasi umum, sektor perikanan, serta promosi dan pembiayaan
proyek-proyek energi rendah karbon.
Perusahaan-perusahaan Perancis siap melaksanakan transfer
teknologi di berbagai sektor di Indonesia, seperti energi, transportasi umum,
dan pengelolaan sumber daya alam. Lembaga pelatihan dan penelitian Perancis
siap menyambut mahasiswa Indonesia yang ingin melatih diri di bidang ilmu
teknik serta ilmu lingkungan.
Institut Perancis di Indonesia selama beberapa tahun ini
telah mengembangkan sejumlah program penelitian bersama dengan banyak pusat
penelitian dan universitas Indonesia, mencakup bidang pengelolaan air,
pertanian cerdas, pencegahan risiko alam dan mitigasi, perlindungan pesisir,
dan lain-lain.
Sebut saja pemanasan global, perubahan iklim atau gangguan
iklim, sebagian besar tantangan iklim masih ada di depan kita. Meski
demikian, hal terburuk masih dapat kita hindari apabila kita mengambil
tindakan yang tepat dari sekarang. Terserah masyarakat internasional untuk
menindaklanjuti temuan ilmiah yang tak diragukan lagi ini.
Dalam hal ini, COP-21 yang akan berlangsung pada akhir
tahun 2015 harus menjadi jawaban politik yang mampu mengatasi gawatnya
persoalan yang ditemukan para ilmuwan. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar