Kunci Kemenangan David Cameron
Vishnu Juwono ; Kandidat Doktor di London School of
Economics & Political Science; Dosen Administrasi Publik di Fakultas Ilmu
Administrasi
(FIA) Universitas Indonesia
|
MEDIA INDONESIA, 12 Mei 2015
Pada saat malam
sebelum para pemilih Inggris menentukan pilihannya, berbagai macam survei
memprediksi hasil pemilihan anggota parlemen Inggris (House of Common) akan berupa hung
parliament (tidak ada pemenang mayoritas).
Rata-rata survei
memprediksi Partai Konservatif pimpinan Perdana Menteri David Cameron dan
Partai Buruh pimpinan Ed Milliband akan memperoleh jumlah sama kuat,
masing-masing 35%. Namun di luar dugaan prediksi dari para pengamat politik
Inggris dan berbagai survei, Partai Konservatif pimpinan David Cameron
memperoleh suara mayoritas dengan jumlah kursi di House of Common dengan
memperoleh 331 kursi dari 650 kursi atau meningkat 24 kursi.
Adapun perolehan
Partai Buruh menurun hingga hanya mendapatkan suara 232kursi. Nasib lebih
tragis menimpa Partai Liberal Demokrat di bawah pimpinan Deputi Perdana
Menteri Nick Clegg. Partainya kehilangan kursi secara signifikan hingga
tinggal 8 kursi. Kejutan besar diperoleh Partai Nasionalis Skotlandia (SNP)
dengan sukses memperoleh 56 kursi. Hal apa yang membuat hasil pemilu di luar
dugaan para pengamat politik Inggris serta media massa besar Inggris itu?
Citra Kebijakan Ekonomi
Dalam lima tahun
memimpin pemerintahannya David Cameron berhasil memisahkan antara citra
dirinya dengan Partai Konservatif saat melakukan pengetatan anggaran dan
pengeluaran pemerintah yang mengakibatkan pemerintah tidak populis pada
2011-2014. Namun terlepas dari ketidak populisan partainya saat pemotongan
anggaran, David Cameron selalu mengungguli Ed Milliband sebagai pimpinan
politik yang paling dipercaya untuk memimpin pemerintahan.
Pada akhir Maret 2015
menurut survei Yougov, selisih antara yang percaya dan tidak percaya Ed
Milliband mencapai minus 29% dibandingkan David Cameron yang hanya minus 2%.
Akibatnya begitu mendekati hari pemilihan, popularitas personal Cameron bisa
membawa peningkatan kepercayaan Partai Konservatif. Sebaliknya Ed Milliband
dengan ketidak populeran nya menjadi bulan-bulanan terutama bagi media mainstream yang merupakan simpatisan
dari partai konservatif.
Misalnya koran The Sun
milik konglomerat media Rupert Murdoch dengan sekitar 2 juta pembaca bahkan
mengolok-olok Ed Milliband dengan menampilkan foto utama ekspresi aneh Ed
Milliband saat makan roti lapis di halaman muka. Selain itu pimpinan oposisi
Ed Milliband dan Menteri Keuangan Bayangan Ed Balls yang kehilangan kursinya
pada Pemilu 2015 ini dianggap tidak mempunyai program ekonomi yang cukup
kredibel sebagai alternatif dari kebijakan pengetatan anggaran partai
konservatif.
Partai Konservatif pun
secara efektif berhasil mengingatkan calon pemilih bahwa krisis ekonomi yang
menimpa Inggris di tahun 2008-2009 adalah buah dari kebijakan Partai Buruh
pada waktu dipimpin Gordon Brown dengan Ed Milliband sebagai salah satu
anggota kabinetnya.
Fenomena Kelompok Nasionalis Skotlandia
Efek dari referendum
Skotlandia pada bulan September 2014 dimana 55,3 % menolakuntuk merdeka
ternyata membawa implikasi besar terhadap pemilihan Inggris 2015. Selepas
kekalahan dalam referendum, Partai Nasionalis Skotlandia (SNP) di bawah
pimpinannya yang baru, seorang wanita energik Nicola Sturgeon yang juga
Menteri Pertama Skotlandia, melakukan konsolidasi besar-besaran.
Mereka berhasil
meyakinkan pemilih bahwa kepentingan dari Skotlandia untuk memperoleh otonomi
lebih besar dari Pemerintah Inggris Raya hanya bisa disalurkan melalui SNP.
Nicola sendiri dengan cerdik mampu mentransformasi citranya dari masa mudanya
yang maskulin menjadi lebih terlihat feminin agar dapat memperoleh dukungan
lebih besar. Sebaliknya Partai Buruh lengah.
Skotlandia yang
melahirkan tokoh-tokoh besar dari Partai Buruh seperti mantan Perdana Menteri
Gordon Brown dan mantan Menteri Keuangan Alistar Darling tidak terlalu
digarap secara serius. Mereka lebih fokus mengejar suara di konstituen yang
ketat di mana kemungkinan merebut suara dari Partai Konservatif besar.
Ternyata strategi
tersebut merupakan blunder besar bagi Partai Buruh. Partai SNP secara
fenomenal memenangi pemilu di56 konstituen, meningkat pesat dari hanya 6
kursi di Pemilu 2010. Adapun Partai Buruh di Skotlandia menurun drastis
jumlah suaranya, dari 41 kursi menjadi hanya 1 kursi.
Yang fenomenal adalah
kandidat Partai SNP, mahasiswi berusia 20 tahun Mhairi Black, mengalahkan
petahana dari Partai Buruh yang merupakan menteri luar negeri bayangan
Douglas Alexander. Pimpinan Partai Buruh Skotlandia Jim Murphy yang telah
menjadi anggota parlemen selama 20 tahun juga kehilangan kursinya.
Gembosnya Partai Liberal Demokrat
Pimpinan Partai
Liberal Demokrat Nick Clegg dianggap berhasil membawa partainya menjadi
bagian dari pemerintah dengan 57 kursi parlemen dengan menjadi partner
koalisi Partai Konservatif untuk memperoleh kursi mayoritas parlemen pada
2010. Namun ideologi partai yang begitu berbeda menyulitkan Partai Liberal
Demokrat. Partai ini cenderung ke kiri, sementara Partai Konservatif ke
kanan.
Alhasil Partai Liberal
Demokrat harus melakukan berbagai kompromi selama pemerintahan David Cameron
menggerus popularitas partai ini. Dosa politik yang paling dikenal oleh
publik adalah saat Nick Clegg mengingkari janjinya untuk tidak menaikkan uang
pangkal sekolah dengan alasan kondisi ekonomi.
Padahal saat baru
terpilih pada 2010 ia ikut menandatangani ikrar dari himpunan mahasiswa
Inggris untuk tidak menaikkan uang pangkal selama di pemerintahan. Selain
itu, selama di pemerintahan, Partai Liberal Demokrat lebih banyak memfokuskan
masalah perbedaannya dengan Partai Konservatif dalam berbagai agenda
kebijakan pemerintah dibandingkan persamaannya.
Akibatnya Partai
Konservatif dapat mengambil kredit dari kebijakan ekonomi pemerintah yang
dianggap lebih meyakinkan dibandingkan Partai Buruh. Dengan dua blunder
tersebut, pada pemilu kemarin Partai Liberal Demokrat dihukum secara brutal
oleh pemilih Inggris. Akibatnya suara partai pimpinan Nick Clegg ini turun
signifikan hingga hanya tinggal 8 kursi parlemen. Para menteri asal Partai
Libdem seperti Menteri Bisnis Vince Cable serta pejabat keuangan Danny
Alexander harus kehilangan kursinya.
Pelajaran dari Pemilu Inggris
Kemenangan partai
tidak terlepas dari peranan sentral David Cameron yang selama kampanye
terlihat begitu berenergi dan efektif. Baik di acara debat publik maupun
interviu yang kritis, David Cameron tampil meyakinkan dan dianggap publik
berdasarkan survey sebagai pemenang.
Walaupun Cameron
sering diserang karena latar belakangnya dari keluarga kaya dan berpendidikan
sekolah elite seperti di Eton, dalam kampanye dia berhasil menunjukkan dapat
berinteraksi dengan masyarakat biasa dengan mudah dan terlihat natural
sehingga sukses meraih simpati pemilih yang lebih luas.
Tidak mengherankan,
dia menjadi perdana menteri kedua di zaman modern setelah Margaret Thatcher
yang berhasil meningkatkan jumlah kursi parlemen pada saat ia masih berkuasa
dalam pemilihan umum berikutnya. Pelajaran lain yang cukup penting bagi kita
adalah tindakan dari Ed Milliband dan Nick Clegg yang langsung mengundurkan
diri dari jabatan ketua partai kurang dari 12 jam karena rasa tanggung
jawabnya saat hasil pemilu menunjukkan hasil buruk dari partai mereka.
Sikap kesatria ini
tentu menjadi referensi berharga bagi para pimpinan partai politik Indonesia
yang kebanyakan tidak menerima hasil, bahkan mencoba terus bertahan ditampuk
kekuasaan saat hasil suara partai yang dipimpinnya menunjukkan kekalahan baik
dipemilu nasional maupun pilkada. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar