Ternyata Ada Darah Lim,
Tan, Sudjana, dan Mojahed Garoot
Dahlan Iskan ; Mantan CEO
Jawa Pos
|
JAWA
POS, 13 April 2015
INILAH hasil tes DNA saya. Tiga hari lalu saya menerima hasil
tes yang dilakukan tiga minggu sebelumnya di Amerika (lihat Mencoba DNA untuk
Setengah Manusia ). Sebagian besar hasil tes itu sesuai dengan perkiraan
saya. Sebagian lagi berupa kejutan. Ternyata benar, saya adalah orang Jawa.
Artinya bukan orang dari benua lain. Hanya memang tidak jelas-jelas menyebut
Jawa. Dalam pengelompokan DNA itu, darah Jawa dimasukkan dalam kelompok Asia
Tenggara.
Yang juga tidak terlalu mengejutkan adalah saya memiliki darah
Tionghoa. Baik dari jalur bapak, lebih-lebih dari jalur ibu. Hanya,
persentasenya kecil. Kurang dari 2 persen. Menurut hasil tes DNA itu, dari
jalur ibu, saya punya darah marga Lim. Sedangkan dari jalur bapak, saya
memiliki darah marga Tan. Atau dalam bahasa Mandarin dikenal dengan marga
Chen.
Persilangan dengan darah Tionghoa itu, kata hasil tes DNA
tersebut, terjadi sekitar 10.000 tahun lalu. Saya memang masih berusaha tahu
darah Asia Tenggara saya itu aslinya dari mana. Jawa? Sunda? Kamboja?
Vietnam? Belum ada perinciannya. Rupanya DNA Asia Tenggara itu masuk dalam
sub-besar tersendiri. Sebagaimana sub-besar Asia Timur: Jepang, Korea, dan
Tiongkok. DNA Korea dan Jepang adalah perincian dari sub-besar Tionghoa.
Hanya, penyebarannya ternyata dari Tiongkok ke Korea dulu, baru ke Jepang.
Bukan ke Jepang dulu, baru Korea.
Sub-besar Asia Tenggara belum terperinci sampai ke subkecil
seperti itu. Dengan demikian, masih terbuka perdebatan dari mana asal usul
sub-besar Asia Tenggara itu. Apakah orang Jawa yang dari Malaysia, Vietnam,
dan Kamboja atau orang Malaysia, Vietnam, dan Kamboja yang dari Jawa. Harus
diingat satu riwayat bahwa Asia Tenggara itu dulunya satu daratan. Tidak ada
laut yang memisahkannya. Bahkan, bukankah buku Atlantis, The Lost Continent menyebutkan, Asia Tenggara itu dulu sebuah
benua tersendiri yang sangat makmur? Lalu benua itu lenyap akibat
ledakan-ledakan gunung berapi yang maha dahsyat. Juga oleh tsunami-tsunami
besar masa lalu.
Dari peta DNA saya itu, terutama dari jalur bapak, peta Jawa di
asal usul darah saya terlihat lebih kental daripada peta wilayah lain di Asia
Tenggara. Itu saya tafsirkan sebagai Jawa lebih tua daripada wilayah lain.
Tentu Jawa pada saat itu bukan Jawa sebagai pulau tersendiri. Sedangkan
menurut buku ”benua yang hilang”, pusat Benua Atlantis yang lenyap itu ada di
tanah Sunda. Tentu sangat mungkin yang dimaksud Sunda zaman itu adalah Jawa
atau yang dimaksud Jawa saat itu adalah Sunda.
Hasil tes itu memang menyertakan peta-peta asal usul penyebaran
penduduk. Ada warna-warni gradasi di peta itu yang menunjukkan arah
penyebaran DNA. Termasuk arah DNA saya dari mana. Baik dari jalur ibu maupun
bapak.
Dunia memang berubah drastis akibat bencana alam. Satu letusan
Gunung Tambora saja sudah bisa membuat Amerika tidak mengalami musim panas di
tahun itu. Rakyat Inggris kelaparan jadi peminta-minta. Panen apa pun gagal
total. Kehancuran lebih hebat di wilayah yang lebih dekat seperti India dan
Tiongkok.
Tambora (di Sumbawa) meletus pada 1815. April ini ulang tahunnya
yang ke-200. Baru 200 tahun. Tiga bulan lalu saya ke Tambora melihat lahan
yang akan ditanami kaliandra. Awalnya tinggi gunung itu 14.000 kaki. Setelah
meletus tinggal 9.000 kaki. Bayangkan betapa hebatnya letusan Gunung Toba,
entah tahun berapa, yang sampai membuat Gunung Toba hilang sama sekali.
Bahkan meninggalkan sebuah danau yang dalamnya sampai 1.000 meter! Itukah
yang membuat Benua Atlantis hancur? Yang membuat Asia Tenggara menjadi
pulau-pulau Nusantara?
Yang juga masih belum terjawab adalah Taiwan. Menurut penjelasan
DNA di situ, suku asli Taiwan ternyata sangat tua dan menyebar ke mana-mana.
Termasuk ke Jepang dan Asia Tenggara. Sangat banyak bahasa asli Taiwan yang
mirip dengan bahasa Batak.
Kejutan terjadi saat saya melihat hasil tes berikutnya. Saya
sampai tertawa ngakak sendirian di depan komputer. Hasil tes itu memang
dikirim melalui e-mail yang hanya bisa dibuka setelah memasukkan password.
Saya tidak siap dengan kejutan ini. Ternyata, darah saya kecampuran darah
suku Indian di Amerika. Atau yang sekarang disebut dengan ras
American-Indian. Itu terjadi sekitar 50.000 tahun yang lalu. Masih sulit
mencari literatur bagaimana bisa darah asal Asia tercampur dengan darah suku
Indian.
Satu lagi yang membuat saya kaget. Ada darah Neanderthal di
tubuh saya. Perannya pun lumayan besar: 2,9 persen. Persentase itu sama besar
dengan yang dimiliki teman saya yang orang Amerika kulit putih. Teman saya
itu, yang sudah lebih dulu melakukan tes DNA, darahnya campuran antara Jerman
dan Inggris dalam persentase yang seimbang. Lalu ada darah Indian 5 persen
dan Neanderthal 2,9 persen. ”Kita ternyata masih bersaudara,” teriaknya sambil
tertawa. ”Sama-sama punya darah Indian dan Neanderthal,” tambahnya.
Neanderthal adalah makhluk mirip manusia yang hidup di dalam
gua-gua yang ditemukan lebih dari 100.000 tahun lalu di dekat Düsseldorf,
Jerman. Untuk melihat hasil tes ini, terakhir saya masuk ke ”menu” hubungan
keluarga. Saya sudah menduga tidak akan banyak nama dari orang masa lalu yang
bisa ditemukan masih punya hubungan keluarga dengan saya. Ini karena
penelitian DNA pada tokoh-tokoh masa lalu di Asia masih belum banyak
dilakukan.
Kalau misalnya makam-makam para kaisar Tiongkok diteliti untuk
diambil DNA-nya, tentu akan banyak kejutan. Akan diketahui siapa saja yang
masih keturunan kaisar A atau kaisar B. Apalagi, para kaisar itu dikenal
punya banyak selir. Penelitian tokoh-tokoh masa lalu baru menyangkut ”abad ke
berapa” atau ”kebudayaan”-nya seperti apa. Belum sampai DNA.
Sebagian mungkin ada masalah keagamaan. Misalnya, apakah mungkin
makam nabi diteliti untuk diambil secuil tulang atau bagian apa pun untuk
diambil DNA baginda. Ini akan bisa menjelaskan siapa saja yang
sebenar-benarnya ahlul-bait. Demikian juga rasanya, tidak mungkin mendapat
izin meneliti DNA para ulama besar di zaman dulu.
Ternyata betul. Hanya enam nama yang disebut punya hubungan
keluarga dengan saya. Itu pun bukan nama-nama orang terkenal. Ada nama
Sudjana, ada nama Muliawati, ada nama Tionghoa, Tan Teng Teng, ada nama
Korea, dan ada nama Mojahed Garoot dari Arab Saudi. Saya sungguh terhibur
oleh kejutan-kejutan hasil tes DNA saya itu. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar