Mencari
Kepemimpinan Kepala Sekolah Idaman
Qaimah Umar ; Guru
SDN Harapan Baru IV Bekasi
|
MEDIA
INDONESIA, 02 Maret 2015
SELAMA 21 tahun mengajar, saya
mengalami tujuh kali pergantian kepala sekolah. Itu berarti setiap tiga tahun
saya memiliki satu kepala sekolah yang bertugas mengayomi saya dan
teman-teman. Jika harus menjawab pertanyaan, mana di antara tujuh kepala
sekolah yang memiliki peninggalan dan kesan yang mendalam di mata siswa,
guru, dan para orangtua, jawaban saya bisa jadi subjektif. Bagi saya,
semuanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dari semua
kelebihan dan kekurangan tersebut, saya selalu ingin belajar dari ragam
karakter kepemimpinan kepala sekolah saya.
Beberapa di antara karakter yang
selalu saya ingat dari tujuh kepala sekolah saya ialah bagaimana cara mereka
berkomunikasi dengan kami, para guru, yang menjadi rekan kerja kepala
sekolah. Beberapa dari mereka sangat aktif berkomunikasi secara verbal,
tetapi beberapa lainnya tak cukup banyak bicara dan hanya menunjukkan gesture tubuhnya. Jadi, kesan yang
menonjol pun terbagi dua, yaitu tipe kepala sekolah yang senang dan ingin
selalu didengar karena suka bicara; lainnya ialah kepala sekolah yang irit
bicara, tetapi suka bertindak aktif memberikan contoh tentang suatu hal yang
semestinya dilakukan para guru. Mana di an tara dua tipe komunikasi kepala
sekolah itu yang baik bagi pengembangan sekolah?
Tujuh prinsip
Tak mudah untuk menjawab
pertanyaan itu. Namun, jika kita melihat pada beberapa teori klasik tentang
kepemimpinan sekolah, akan ditemukan dua arus besar tipologi kepemimpinan
sekolah, yaitu kepala sekolah yang suka pada aspek hasil (production oriented) dan kepala
sekolah yang lebih mengutamakan sinergi antarpemangku kepentingan dalam
bekerja (employee oriented). Kedua
tipologi itu dibentuk berdasarkan pengalaman panjang serta riset-riset effective leadership dengan adanya
interaksi antara kepala sekolah dan seluruh warga sekolah.
Kepemimpinan sekolah yang efektif
biasanya selalu menawarkan sebuah solusi pada setiap masalah yang dihadapi
warga sekolah. Sebuah sekolah akan dipandang berhasil jika memiliki seorang
kepala sekolah yang memiliki karakter kuat dalam membina dan memberikan
arahan kepada warga sekolah tentang apa yang seharusnya dilakukan. Artinya,
seorang kepala sekolah harus memiliki visi dan strategi yang baik dalam
menata hubungan kerja dengan seluruh warga sekolah, terutama terhadap guru
dan siswa.Karena itu, sangat sulit untuk melihat karakter kepala sekolah yang
paling efektif karena tiap sekolah memiliki situasi dan kondisi yang
berbeda-beda sehingga cara dan teknik untuk menghadapinya pun harus
berbeda-beda, bergantung pada kemampuan manajerial kepala sekolah.
Ada cerita menarik dari Robert
Palestini (2008) dalam buku A Game Plan
for Effective Leadership: Lessons from 10 Successful Coaches in Moving from
Theory to Practice. Sebagai seorang kepala sekolah, Robert Palestini
pernah menjadi guru olahraga selama delapan tahun. Suatu ketika ia mengikuti
workshop kepelatihan bola basket di Michigan University, dengan materi yang
diberikan dua orang pelatih sangat bertolak belakang. Pada sesi pagi hari
dalam workshop tersebut, pelatih
pertama mengatakan jika Anda ingin membentuk sebuah tim bola basket yang kuat
dan akan selalu menjadi juara, Anda harus dominan dalam memberikan instruksi
secara tegas. Pemain harus terus-menerus dalam situasi ditekan dengan
bentakan dan teriakan sebagai pertanda Anda ialah seorang pelatih yang tegas
dan berwibawa.
Pada sesi siang hari dari workshop yang sama, pelatih lain memberikan
pengalamannya tentang kiat membentuk sebuah tim bola basket yang kuat.
Menurutnya, sebuah tim yang kuat akan terbentuk jika pendekatan yang
dilakukan dalam melatih ialah dialog dan proses komunikasi yang ramah dan
menempatkan semua pemain dalam posisi yang sejajar.Tak perlu ada kemarahan
dan teriakan yang berlebihan jika suasana saling sayang dan menghormati telah
dibangun. Pendek kata, proses dialogis yang menempatkan pemain dalam situasi
dan kondisi yang nyaman secara psikologis akan mampu menciptakan tim yang
kuat.
Dari dua pendapat kepelatihan itu,
Robert Palestini akhirnya menyimpulkan untuk
menjadi seorang kepala sekolah yang berhasil, kita tak harus menggunakan
salah satu dari kedua pendekatan kepelatihan itu. Menurutnya,
memberikan hukuman dan mencintai siswa dan
guru harus ditempatkan pada situasi dan kondisi yang berkembang di lapangan. Memilih
salah satu dari dua jenis kepelatihan dalam menentukan kepemimpinan kepala
sekolah bukanlah hal yang bijak karena kepemimpinan (leadership) ialah sesuatu yang bisa dipelajari dan tidak melulu
disebabkan seseorang ditakdirkan untuk menjadi pemimpin.
Dalam konteks kepemimpinan di
sekolah, penting bagi seorang kepala sekolah memiliki kesadaran bahwa
kehadirannya semata-mata untuk membuat suasana belajar-mengajar menjadi
nyaman dan menyenangkan. Karena itu, beberapa prinsip penting dalam
kepemimpinan kepala sekolah yang efektif mungkin perlu dipertimbangkan.
Pertama, kepala sekolah memiliki kemampuan untuk beradaptasi secara baik
dengan kondisi dan lingkungan sekolah yang dipimpinnya. Perhatikan secara
saksama struktur kelembagaan sekolah dan lihatlah apakah struktur tersebut
sesuai dan bisa berjalan dengan baik.
Kedua, kepala sekolah yang baik
juga harus mengerti budaya sekolah yang telah dan akan dikembangkan sekolah
yang dipimpinnya.Bertanya dan mengamati perilaku siswa dan guru dalam proses
interaksi belajar-mengajar akan membantu seorang kepala sekolah dalam
memetakan persoalan yang muncul dalam usaha penumbuhan budaya sekolah yang
sehat. Ketiga, kepala sekolah jelas harus memiliki kepekaan yang baik,
terutama dalam memberikan kepercayaan (trust)
dan menghargai (respect) setiap
potensi yang dimiliki para guru dan siswa. Jika seorang kepala sekolah dapat
memercayai para guru untuk mengambil peran yang sesuai dengan kapasitasnya,
dapat dipastikan keberlanjutan proses pengembangan budaya sekolah yang baik
akan menjadi lebih mudah untuk dilakukan dan dilanjutkan.Keberlanjutan sebuah
program dan kebijakan akan menjadi ciri keempat dari kepala sekolah yang baik.
Ciri kelima, kepala sekolah harus
kreatif dan memiliki artikulasi yang jelas dan tegas dalam mencapai visi dan
misi sekolah. Kepala sekolah ialah seorang yang harus terus-menerus
mengingatkan guru dan siswa akan tujuan dan cita-cita yang harus dicapai.
Dalam konteks ini, kemampuan berkomunikasi secara verbal dan tindakan yang
baik merupakan ciri keenam dari kepada sekolah yang efektif dan kuat. Jika
kemampuan seorang kepala sekolah dalam berkomunikasi dapat diandalkan,
prinsip ketujuh pasti akan dengan mudah ditunaikan, yaitu selalu mampu
memberikan motivasi kepada semua guru dan siswa.
Wallahu a'lam bi al-sawab. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar