Bebas
Visa dan Potensi Pariwisata Indonesia
Mari Pangestu ; Mantan
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
|
KOMPAS,
23 Maret 2015
Keputusan
pemerintah untuk memberi bebas visa kepada 30 negara dalam waktu dekat patut
disambut baik. Langkah tersebut adalah salah satu cara yang termudah guna
meningkatkan devisa yang masuk ke Indonesia tanpa harus meningkatkan
investasi baru. Penambahan penghasilan devisa diperlukan saat ini mengingat
defisit neraca transaksi berjalan yang dialami dan melemahnya rupiah.
Dari
tahun ke tahun, sumbangan devisa dari pariwisata meningkat dari 8,5 miliar
dollar AS pada 2012 menjadi 9,8 miliar dollar AS pada 2014. Padahal, pada
kurun waktu yang sama, ekspor barang turun dari 182 miliar dollar AS menjadi
175 miliar dollar AS.
Devisa
dari perjalanan atau pariwisata merupakan satu-satunya penyumbang net devisa
neraca jasa-jasa yang sumbangannya meningkat menjadi 2,2 miliar dollar AS
pada 2014 atau lebih dari sepertiga dari surplus neraca perdagangan barang
pada 2014 sebesar 6,9 miliar dollar AS. Pariwisata juga penting dari segi
sumbangan terhadap lapangan pekerjaan dengan menyumbang 1 dari setiap 11
pekerjaan di Indonesia saat ini.
Permudah perjalanan
Sejak
2011, para pemegang kepentingan di bidang pariwisata secara internasional
telah mendorong pentingnya mempermudah perjalanan wisatawan mancanegara tanpa
mengurangi aspek keamanan (smart and secure travel). Akses masuk dan keluar
negara yang cepat, efisien, dan aman dimungkinkan dengan mengurangi restriksi
(bebas visa), melancarkan proses masuk dan keluar, serta penggunaan teknologi
(contohnya autogate dan paspor biometrik).
Indonesia
sudah mempermudah dengan fasilitas visa kunjungan (visa on arrival/VOA),
tetapi baru 15 negara yang memperoleh bebas visa. Penggunaan teknologi juga
sudah mulai diterapkan secara bertahap untuk paspor biometrik dan autogate.
Sebagai pengguna autogate, saya dapat merasakan peningkatan efisiensi dan
pelayanan imigrasi setiap kembali ke Tanah Air dan semoga fasilitas autogate
juga akan diperluas untuk pengunjung mancanegara dengan kategori-kategori
tertentu (contohnya trusted or frequent
traveller).
Berdasarkan
studi Organisasi Pariwisata Dunia PBB (United Nations World Tourism
Organization/UNWTO) dan World Tourism and Travel Council (WTTC) pada 2011,
diestimasi bahwa fasilitas visa dilaksanakan dapat menjadi jawaban pada
penciptaan lapangan kerja saat belum pulihnya perekonomian dunia. Relaksasi
visa diperkirakan akan meningkatkan jumlah wisatawan 110 juta atau kenaikan
sebesar 16 persen, penciptaan 5,1 juta pekerjaan, dan devisa 206 miliar
dollar AS.
Beberapa
studi kasus juga menunjukkan, fasilitas visa bisa menaikkan 5-25 persen
kunjungan dalam kurun waktu tiga tahun. Misalnya dengan Hongkong dan Rusia
saling memberi fasilitas bebas visa, terjadi kenaikan kunjungan 133 persen
selama kurun waktu 2008-2010.
Pada
waktu Indonesia menjadi ketua dan tuan rumah APEC pada 2013 untuk mendukung
visi dan target konektivitas di kawasan Asia Pasifik, juga telah dilakukan
studi khusus untuk kawasan Asia Pasifik oleh UNWTO dan WTTC. Hasilnya
menunjukkan, sekitar 20 persen dari 355 juta wisatawan yang ke APEC pada 2013
masih memerlukan visa.
Jika
fasilitas visa dan perjalanan dilakukan pada 2014, terutama bebas visa, dapat
meningkatkan lapangan pekerjaan bagi 1,8 juta-2,6 juta orang, tambahan devisa
62 miliar dollar AS hingga 89 miliar dollar AS. Selain itu, ada tambahan 38
juta-57 juta wisatawan ke semua tempat tujuan wisata APEC sampai 2016 dengan
kenaikan 12-17 persen.
Kunjungan ke Indonesia
Bagaimana
perkiraan kenaikan pengunjung ke Indonesia? Berdasarkan model dan studi 2013,
jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung diperkirakan dapat naik 100.000
orang sampai 200.000 orang dalam tiga tahun ke depan atau memberikan
sumbangan devisa 120 juta dollar AS sampai dengan 240 juta dollar AS per
tahun.
Rendahnya
kenaikan kunjungan wisatawan mancanegara di Indonesia dibandingkan dengan
negara lain karena daya saing yang lebih rendah berdasarkan ukuran Forum
Ekonomi Dunia (WEF), yang terutama disebabkan oleh sejumlah kendala
infrastruktur. Namun, jika kita gunakan estimasi 5-25 persen berdasarkan
studi kasus, potensi kenaikan jumlah wisatawan mancanegara dalam tiga tahun
ke depan dengan dasar 9,44 juta kunjungan pada 2014 adalah sekitar 160.000
sampai dengan 790.000 per tahun. Dengan pengeluaran rata-rata wisman 1.200
dollar AS, hal itu berarti tambahan devisa 188 juta dollar AS sampai dengan
944 juta dollar AS per tahun.
Manfaat
yang dapat diperoleh jelas. Jelas pula apa yang perlu dilakukan untuk
realisasi potensi sumbangan pariwisata.
Pertama,
tentu agar kebijakan bebas visa dan fasilitas masuk dan keluar dari Indonesia
dibuat nyaman dan aman dapat di implementasi sesegera mungkin. Keputusan
politik telah diambil dan yang penting untuk implementasi adalah koordinasi
antara pejabat-pejabat yang terlibat urusan imigrasi, keamanan, perhubungan,
dan bandara udara.
Undang-Undang
Imigrasi memang menuntut asas resiprositas untuk bebas visa. Namun, juga ada
asas manfaat. Untuk saat ini, asas manfaat jelas yang dapat menjadi
pertimbangan.
Kedua,
imigrasi dan bandar udara merupakan pintu masuk pertama dan kesan pertama
bagi pengunjung sehingga fasilitas bebas visa juga perlu diiringi dengan
pelayanan imigrasi yang efisien dan ramah. Bandara yang ramah dan efisien (tourist friendly airport) juga penting
karena bagian dari kesan "menyambut" dan kenyamanan, yang
seharusnya menjadi kenangan positif. Kisi-kisi bandara yang ramah dan efisien
adalah kecepatan pengambilan barang, akses dan kelancaran transportasi dari
dan ke bandara, kebersihan dan kenyamanan, serta pelayanan informasi
pariwisata mengenai kota/negara terkait.
Ketiga,
potensi dan dampak yang maksimal dari fasilitas bebas visa memerlukan
kesiapan menyambut jumlah wisman yang meningkat. Hal tersebut mulai dari segi
pelayanan dan sumber daya manusia sampai dengan infrastruktur. Misalnya jika
ingin menyambut jumlah wisman dari Tiongkok dengan jumlah yang besar, kita
harus siap dengan pemandu wisata dan sumber daya manusia di berbagai unsur
pelayanan pariwisata yang bisa berbahasa Mandarin.
Adapun
infrastruktur yang memadai terkait dengan bandara atau pelabuhan,
konektivitas transportasi, termasuk penerbangan langsung, prasarana, dan
sarana pariwisata.
Keempat,
adalah kesiapan tempat tujuan wisata dan ragam produk pariwisata sehingga
yang berkunjung akan tinggal lebih lama dan mengeluarkan lebih banyak devisa
atau dalam arti lain kualitas wisatawan mancanegara yang juga meningkat.
Selamat datang ke
Wonderful Indonesia. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar