Refleksi
Pekan ASI Dunia :
Menyusui
sebagai Kemenangan
Endang Suarini ;
Pemerhati
Kesehatan Masyarakat
|
JAWA
POS, 16 September 2014
WORLD Breastfeeding Week atau Pekan ASI Sedunia (PAS) di negeri kita
memang tergusur hiruk pikuk perpolitikan nasional. Sebagaimana diketahui, PAS
diperingati setiap 1–7 Agustus 2014. Namun, di Indonesia, puncak PAS
diperingati pada Senin, 15 September 2014, dengan mengangkat tema global Breastfeeding:
A Winning Goal for Life atau menyusui sebagai
kemenangan kehidupan.
Menurut Dirjen Bina Gizi dan
KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) dr Anung Sugihantoro MKes, puncak peringatan PAS
jangan menjadi sekadar seremonial. Kita berharap perayaan Pekan ASI Sedunia
bisa menggugah kesadaran masyarakat akan pentingnya pemberian ASI kepada
bayi. Menyusui memang sangat vital untuk kelangsungan hidup anak, apalagi
anak merupakan ahli waris dan penerus generasi yang akan meneruskan cita-cita
luhur bangsa. Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009, khususnya pasal
128, sudah mewajibkan setiap orang tua untuk memenuhi hak-hak dasar
anak/bayi, termasuk dalam pemberian ASI.
Di level nasional, berdasar
data Kementerian Kesehatan, pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0–6 bulan
memang telah menunjukkan peningkatan dari 2011 ke 2012, yakni 61,1 persen
menjadi 63,4 persen. Sayangnya, pada cakupan pemberian ASI eksklusif (hanya
memberikan ASI tanpa makanan tambahan), cakupan pemberian ASI eksklusif
sampai pada bayi berumur 6 bulan turun dari 38,5 persen menjadi 37,79 persen
pada 2012.
Nah, karena kekurangan susu,
khususnya ASI dan gizi lain yang tidak terpenuhi, Indonesia termasuk lima
negara dengan anak pendek terbanyak di dunia. Empat negara lainnya adalah
Bangladesh, Tiongkok, India, dan Pakistan. Tinggi badan 38,6 persen dari
total anak balita di Indonesia tidak sesuai dengan umur. Artinya, sekitar 4
di antara 10 anak mengalami kekerdilan. Bagaimana Indonesia hendak bersaing
pada masa depan jika ternyata sumber daya manusianya seperti itu?
Karena itu, kita jangan pernah
meremehkan soal menyusui, mengingat implikasinya yang sangat serius pada masa
depan. Apalagi kebutuhan dasar seorang bayi, ketika menikmati hari-hari
pertama di dunia, adalah susu yang keluar dari ibunya. Lewat kontak fisik
dalam proses menyusui, seorang bayi juga merasakan kedekatan serta kasih
sayang ibunya. Kontak fisik ini sangat berperan mempererat hubungan kasih
sayang antara keduanya. Tidak hanya saat menyusui, tapi juga pada kehidupan
selanjutnya. Dengan demikian, dalam proses ibu menyusui bayinya, sesungguhnya
berlangsung sesuatu yang sangat luhur.
Kita pasti tahu, ketika
dilahirkan di dunia, bayi jelas belum bisa makan nasi seperti orang dewasa
yang sudah punya gigi. Kebutuhan utama bayi akan makanan yang saat berada di
dalam rahim serba tercukupi tiba-tiba terputus begitu dilahirkan di dunia.
Karena itu, kehidupan bayi selama masa-masa awal hidupnya sangat bergantung
pada air susu ibunya. ASI eksklusif itu ibarat kehidupan kedua setelah
nyawanya yang diberikan Sang Pencipta. ASI eksklusif telah cukup untuk
memenuhi kebutuhan tumbuh kembang bayi dalam enam bulan pertama setelah
dilahirkan. Sebaiknya pemberian ASI diteruskan sampai umur 2 tahun.
Apalagi ASI eksklusif sudah
teruji sebagai makanan terbaik bagi bayi pada awal kehidupannya. Keunggulan
lainnya, ASI mengandung antibodi untuk kekebalan tubuh bayi dari serangan
penyakit. Setiap tahun lebih dari 25 ribu bayi Indonesia dan 1,3 juta bayi di
seluruh dunia dapat diselamatkan dengan pemberian ASI eksklusif. ASI
mengandung asam amino DHA dan AA yang berguna untuk perkembangan otak bayi.
ASI akan menurunkan risiko terkena eksim dan asma. ASI akan mengurangi risiko
kegemukan, terkena penyakit tekanan darah tinggi, diabetes, serta kolesterol
kelak saat dewasa. ASI juga mengandung jenis protein yang mudah dicerna usus
bayi yang masih lemah.
Namun, yang juga perlu diingat,
dengan memberikan ASI eksklusif, sesungguhnya si ibu pun bisa menikmati
manfaat. Saat bayi mengisap payudara ibu, tubuh ibu akan merespons isapan
tersebut dengan mengeluarkan sejenis hormon (oksitosin) yang menimbulkan
kontraksi pada kandungan (uterus) ibu, sehingga kandungan ibu lebih cepat
untuk kembali ke ukuran normal.
Menyusui kadang membantu ibu
menurunkan berat badan yang naik saat hamil. Jadi, tidak benar mitos bahwa
menyusui bisa bikin berat badan ibu melonjak. Ibu yang menyusui bayinya
jarang menderita baby blues syndrome atau depresi setelah melahirkan. Ibu menyusui mempunyai risiko
yang jauh lebih kecil untuk terkena kanker payudara, kanker kandungan, dan
kanker ovarium.
Nah, melihat manfaat itu,
sebaiknya para ibu tidak perlu enggan memberikan ASI lagi kepada si buah
hati. Demikian pula, suami atau ayah harus proaktif mendorong sang istri
untuk rela, ikhlas, dan gembira dalam melaksanakan panggilan mulia memberikan
ASI. Apalagi seperti tema PAS, menyusui berarti memberikan kemenangan
kehidupan kepada si buah hati. ●
|
Baby Foods are sources of nutrition for toddlers. They are manufactured with utmost care at every step of the process.
BalasHapusYou can acquire more information on the following website
👇🏻
Baby food market