Era
Baru Terbentang
Faisal Basri ;
Ekonom
|
KOMPAS,
14 Juli 2014
HIRUK-pikuk
politik sudah mencapai puncak. Rakyat telah menentukan pilihan pasangan
presiden mereka pada 9 Juli lalu. Kita tinggal menunggu penetapan akhir soal
hasil pemilihan presiden oleh Komisi Pemilihan Umum pada 22 Juli 2014 minggu
depan. Setelah itu adalah kerja keras memenuhi janji kampanye, mewujudkan
harapan rakyat yang menggelora bagi perubahan mendasar. Era baru terbentang.
Tidak
ada kerusuhan. Tak setetes darah pun menitik di bumi pertiwi karena bentrok
antar-pendukung. Media cetak, televisi, dan media sosial berjasa sebagai
kanalisasi konflik, sumpah serapah, ancaman, dan saling klaim kemenangan.
Semua pelaku bermanuver di arena terbuka.
Tidak
ada kekuatan berarti yang melakukan gerakan bawah tanah. Sedikit kejanggalan,
selalu ada yang berteriak. Dalam keterbukaan seperti itu, praktis tidak ada
rongga, tidak ada ruang untuk melakukan kecurangan masif.
Itulah
kemenangan rakyat yang telah dalam genggaman. Sepatutnya momentum ini terjaga
hingga pemerintah baru nanti menjalankan mandat rakyat.
Proses
pemilihan umum legislatif dan pemilihan umum presiden yang damai merupakan
modal utama menjaga stabilitas makroekonomi di negeri ini.
Dalam
hal memberikan kepastian usaha, proses politik di Indonesia jauh lebih
menjanjikan ketimbang di negara tetangga ataupun di negara emerging markets.
Bertolak dari keunggulan relatif itu, kita harus mampu memanfaatkan peluang
emas yang mungkin tak akan berlangsung lama.
Penanaman
modal asing langsung berpeluang naik menembus 20 miliar dollar AS tahun ini.
Sementara itu, arus masuk modal portofolio neto diperkirakan bakal mencapai
rekor baru mengingat selama triwulan pertama tahun ini saja sudah mencapai 9
miliar dollar AS. Rekor tahunan sebelumnya sebesar 13,2 miliar dollar AS
terjadi pada tahun 2010.
Arus
modal asing menjadi sangat penting karena penanaman modal dalam negeri tak
bisa terlalu banyak diharapkan naik signifikan tahun ini, kecuali Bank
Indonesia mulai melonggarkan kebijakan moneternya.
Bank
Indonesia tidak perlu terlalu khawatir terhadap perubahan kebijakan Bank
Sentral AS yang sudah hampir pasti akan menghapuskan stimulus pada bulan
Oktober mendatang.
Sejauh
ini, pasar Indonesia masih cukup menarik bagi investor. Sampai Rabu pekan
lalu, pasar saham telah memberikan imbal hasil dalam dollar AS sebesar 23,1
persen, tertinggi keempat dengan perbedaan tipis dibandingkan di atasnya yang
ditempati India, Pakistan, dan Argentina.
Imbal
hasil pasar saham Indonesia jauh lebih tinggi ketimbang indeks Dow Jones
Industrial Average di New York Stock
Exchange (Wall Street), Amerika Serikat, yang hanya 2,5 persen dan di
kawasan euro 1,5 persen.
Arus
masuk investasi asing diperkirakan dapat menutup defisit akun lancar (current account) sehingga tekanan
terhadap rupiah mereda. Pemerintah dan Bank Indonesia jangan lagi cepat
nyinyir kalau nilai tukar rupiah menguat. Jangan hanya mengandalkan
kemerosotan nilai rupiah untuk mendongkrak ekspor.
Struktur
industri dan perdagangan membuat pelemahan nilai rupiah terhadap dollar AS
lebih banyak berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Pemerintah
baru nanti yang harus melakukan reformasi struktural untuk membenahi kerapuhan
struktur perdagangan luar negeri di hampir segala lini, baik perdagangan
barang maupun perdagangan jasa.
Agenda
jangka menengah ini harus beriringan dengan akselerasi industrialisasi dan
pengintegrasian pasar domestik Indonesia lewat perwujudan konsep Pendulum
Nusantara.
Bank
Indonesia bisa menambahkan energi kepada presiden baru untuk
mengakselerasikan kembali pertumbuhan ekonomi. Tumbuh sekadar 6 persen akan
membuat hari tua mayoritas rakyat jauh dari sejahtera.
Jika
pertumbuhan rerata pada periode tahun 2013-2030 hanya 6 persen, pendapatan
per kapita Indonesia tahun 2030—berdasarkan nilai dollar AS tahun 2012—hanya
8.532 dollar AS. Tiada kata lain kecuali harus bergegas.
Kontrak
politik baru akan terasa hambar kalau keadilan tidak ditegakkan. Memberangus
mafia yang telah banyak mendistorsi kebijakan ekonomi selama ini merupakan
wujud nyata dari era politik baru Indonesia. Jangan pernah berkompromi dengan
mereka, para mafia ini.
Pemerintah
baru mendatang tidak boleh berkompromi dengan kekuatan yang nyata-nyata telah
melemahkan sendi-sendi perekonomian.
Ketimpangan
yang kian menganga selama dua periode pemerintahan Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono harus dihentikan. Saatnya kejujuran yang memimpin negeri ini. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar