Kamis, 17 Oktober 2013

Ekonomi Rasional

Ekonomi Rasional
Rene L Pattiradjawane  ;   Wartawan Senior Kompas
KOMPAS, 17 Oktober 2013

HARI ini adalah batas waktu Kongres AS mengambil keputusan apakah akan memberikan tambahan ambang batas utang yang diajukan Presiden AS Barack Obama, dan kembali mempekerjakan pegawai negeri AS di semua sektor. Bagi dunia, dampak yang diakibatkan tidak hanya persoalan ekonomi, perdagangan, dan utang saja, tetapi juga politik ekonomi maupun politik internasional secara keseluruhan.

Kapitalisme seperti yang kita pahami sekarang ini dan berkembang sangat pesat di Amerika Utara maupun daratan Eropa mengalami revolusinya sendiri dalam konsep sebagai hak, tetapi kehilangan imajinasi politik yang lumpuh di negerinya sendiri. ”Eppur si muove,” gumam Galileo Galilei (1564-1642) tentang bumi yang akan bergerak terus mengelilingi matahari.

Sehingga apa pun pemahaman dan kepercayaan kita tentang kapitalisme, faktanya negara kapitalis terbesar di dunia harus bertekuk lutut dalam dogmatisme kepercayaan politiknya. Di Eropa kenyataannya adalah munculnya nasionalisme yang berusaha mendobrak kesatuan federalisme Uni Eropa (UE) menghadirkan fobia terhadap orang-orang asing, dimulai dengan mereka memiliki perbedaan kebudayaan dan peradaban seperti kaum Muslim yang tersebar di seluruh Eropa.

Apa pun kesepakatan antara Gedung Putih dan Kongres AS, pada kenyataannya Washington harus mempersiapkan dana untuk membayar utang dengan pemegang obligasi terbesar China dan Jepang. Kemelut di Washington pun mengingatkan kita tiba waktu pada sebuah kondisi politik globalisasi dengan dua sisi, tibanya transformasi masif tata dunia baru di bidang ekonomi, politik, dan keuangan, serta kombinasi dosis yang sesuai dengan wawasan kita tentang kerja sama, persahabatan, perdamaian, kesejahteraan, dan saling menguntungkan.

Dunia modern abad ke-21 memerlukan pasar bebas, negara-negara berdaulat, maupun persamaan hak semua warga negara. Krisis struktural akibat anjloknya keuangan dunia, khususnya utang, seperti yang dialami Lehman Brothers tahun 2008 atau krisis di zona euro yang memiskinkan Yunani, Italia, Irlandia, dan Portugal, mengajarkan kita akan kehadiran bifurkasi yang lebih tajam.

Utang AS harus dibayar agar negara itu tidak sampai disebut sebagai negara gagal. Kita tidak tahu kapan keputusan ekonomi rasional bisa mengatasi logika politik jangka panjang. Tetapi, keputusan Tiongkok untuk masuk ke London, Inggris, menjadikan renminbi sebagai mata uang yang diperdagangkan melalui kuota investasi maupun perdagangan valuta asing, serta membuka bank-bank pemerintah di kota dunia tersebut, adalah indikasi berubahnya sistem ekonomi dan keuangan dunia.

Keputusan Pemerintah Inggris awalnya memegang kuota sebesar 80 miliar renmimbi sangat kecil dibanding kapitalisasi pasar bursa saham Shanghai mencapai 158 triliun renminbi. Tapi, ini adalah tanda meningkatnya integrasi RRC dengan perekonomian global. Menceburkan diri dalam sistem keuangan internasional adalah cara Beijing untuk meminimalkan dampak destabilisasi arus uang panas yang bergolak setiap saat.

Apa pun keputusan yang ingin dicapai antara Presiden Obama dan Kongres AS, pilihan antara membayar utang secara bertahap, penjualan aset, atau pembayaran berdasarkan prioritas, negara-negara Asia termasuk RRC harus mengurangi persediaan obligasi dalam dollar AS. Dan, ini harus dilakukan tanpa menyebabkan terjadinya destabilisasi pasar, yang sangat rentan atas segala macam keputusan pemerintahan dunia. ●

Tidak ada komentar:

Posting Komentar