|
Autoformation
atau otoformasi adalah proses pembentukan dalam diri seseorang. Otoformasi
berbeda dengan otodidak yang merupakan proses pembelajaran melalui kemampuan
untuk belajar sendiri. Otodidak lebih mengarah pada pengetahuan dan
pembelajaran, tanpa membutuhkan kehadiran orang lain. Otoformasi lebih terarah
pada proses internalisasi dan pembentukan.
Dalam
otoformasi dibutuhkan kesadaran mendalam akan kualitas dalam diri dan
nilai-nilai luhur yang sudah tertanam. Otoformasi membutuhkan kehadiran orang
lain sebagai referensi untuk menemukan keunikan diri. Otoformasi memerlukan
interaksi personal dan afirmasi atas proses pembentukan yang sedang berlangsung
dari dalam. Otoformasi pada akhirnya menghantar orang untuk menjadi dirinya.
Realitas
pembelajaran
Proses
pembelajaran yang terjadi di sekolah sesungguhnya terarah pada apa yang disebut
otoformasi. Namun, realitas pendidikan kita kebanyakan tidak sampai ke sana
karena masih banyak peserta didik tidak menjadi dirinya setelah menyelesaikan
pendidikan tinggi sekalipun. Mereka menjadi pribadi yang diinginkan oleh para
guru atau dosen. Itulah kedua penyebab utama gagalnyaautoformation dalam
proses pendidikan kita.
Di sekolah,
proses pendidikan kita sangat bersifat informatif dan membatasi kreativitas
anak. Dalam sehari, peserta didik menghabiskan hampir enam atau tujuh jam untuk
menerima informasi dari guru. Anak-anak dipaksa menerima informasi sebanyak
mungkin di luar kemampuan anak dan guru kadang memaksakan cara belajar orang
dewasa kepada anak.
Dalam bidang
eksakta pun tidak jauh berbeda karena anak menghafal rumus tertentu untuk
menyelesaikan soal-soal dalam buku pelajaran atau buku pegangan.
Secara umum
proses pembelajaran kita terlalu menekankan aspek intelektual sekaligus
menyempitkan proses perkembangan dan integrasi. Penghargaan kemampuan
intelektual dalam mengakumulasi informasi melemahkan perkembangan kepribadian
dan kreativitas. Kemampuan intelektual merupakan pintu masuk bagi proses
pembentukan dan perkembangan diri anak, bukan tujuan akhir.
Proses
pendidikan di sekolah sepantasnya memberikan ruang dan penghargaan pada
kreativitas dan proses pembentukan kepribadian, dengan penghargaan proses
integrasi dalam diri peserta didik sebagai hasil akhir otoformasi.
Di sisi lain,
kebanyakan peserta didik yang masuk sekolah, terutama pada jenjang pendidikan
lanjut, membawa misi orangtua. Anak masuk dalam sekolah atau jurusan tertentu
karena orangtua menganggap baik atau lebih memberikan jaminan masa depan.
Kadang orangtua bersikap keras apabila anak tidak mengikuti kehendak mereka
sehingga mekanisme proses pembelajaran menjadi proses pembentukan kepribadian
dan nilai hidup yang berbeda bahkan bertentangan dengan apa yang sesungguhnya
ada di dalam diri anak.
Kepribadian-kepribadian
baru yang terbentuk agar diterima dalam lingkungan keluarga dan dihargai di
sekolah semakin menutup dan membenamkan keunikan dan kualitas alami pada diri
anak. Tidak jarang ketika sudah bekerja dan mencapai kesuksesan, anak
sebaliknya mengalami kekosongan, bahkan kehilangan makna hidup karena apa yang
dicapai tidak memuaskan dambaan jiwanya.
Membantu otoformasi
Tidak ada cara
yang mutlak dalam proses pendidikan anak untuk sampai proses otoformasi. Semua
tergantung cara yang unik dalam diri para pendidik yang perannya bisa
diumpamakan sebagai petani. Tugas utama para petani adalah memperhatikan,
menbersihkan, dan memberi pupuk pada tanamannya.
Demikian juga
perhatian para pendidik pada anak, harus bisa menciptakan rasa aman untuk
tumbuh apa adanya. Membersihkan rumput liar bagi seorang pengajar berarti
membagikan pengalaman dan kebijakan hidup supaya anak menemukan jati dirinya.
Memberi pupuk bagi seorang pengajar adalah memberikan dorongan atau ketika
anak lelah menghadapi persaingan dan penyeragaman.
Peran pendidik
dalam otoformasi bisa juga diumpamakan seperti seorang pemahat. Seorang pemahat
mampu melihat keindahan di balik sepotong kayu atau selembar batu. Dengan penuh
kesabaran dan ketelatenan, para pemahat mengikis bagian dari kayu atau batu
yang tidak perlu sehingga perlahan muncul bentuk tertentu yang indah. Kalau
seorang pemahat mampu membentuk potongan kayu menjadi patung atau ukiran indah,
apalagi seorang guru dalam proses pembentukan manusia yang hidup.
Proses
pemberdayaan dan pembentukan akan semakin mudah kalau peserta didik dibantu
untuk mengangkat dan mengembangkan yang ada dalam dirinya. Kita tidak perlu
menyeragamkan dan menjadikan mereka sama karena mereka memang unik dan berbeda.
Maka yang harus kita lakukan sebagai pendidik adalah menemukan cara yang unik
untuk membantu anak dalam proses otoformasi.
Yakinlah ketika
anak berkembang dari dirinya sendiri, dia mampu mengaktualisasikan segala
kualitas dirinya secara optimal, yang dengan sendirinya membantu proses evolusi
dunia untuk terus menjadi lebih baik dan tempat yang membahagiakan karena kita
semua merayakan dan mengagungkan ciptaan baru. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar