|
Generasi muda adalah the leader of the future. Makanya di
tangan kaum mudalah nasib sebuah bangsa dipertaruhkan. Jika kaum mudanya
memiliki semangat dan kemampuan untuk membangun bangsa dan negaranya, maka
sesungguhnya semuanya itu akan kembali kepadanya. Hasil pembangunan dalam aspek
apapun sebenarnya adalah untuk kepentingan dirinya dan masyarakatnya.
Tapi sebaliknya, apakah kaum muda
masih bisa diharapkan jika mental yang mereka tunjukan jauh dari nilai etika
yang menjunjung kasadaran bernegara sebab masih banyak sikap pemuda yang jauh
dari nilai-nilai kejujuran. Agak rancu rasanya jika kita masih menganggap kaum
muda merupakan kaum yang penuh potensi dalam mambawa bangsa ini menuju
kesejahteraan.
Apalagi fakta yang sangat
mengejutkan tentang tindak pidana korupsi kembali lagi terjadi di Indonesia
yang kembali lagi melibatkan aktor politik yang berusia muda. Lembaga Survei
Indonesia (LSI) merilis hasil survei yang dilakukannya bahwa, publik kecewa
terhadap kiprah politisi muda yang yang banyak melakukan penyimpangan dalam
menjalankan tugasnya. Berbagai kasus korupsi yang melibatkan politisi muda satu
persatu mulai terkuak ke permukaan.
Sangat mengecewakan jika hal ini
terus menerus terjadi, buakan tidak mungkin kepercayaan publik akan menurun
kepada kaum muda untuk memimpin negeri mengingat tindakan-tindakan yang mereka
lakukan. Bisa jadi pemuda tidak akan mendapat tempat lagi dihati mayoritas
rakyat Indoneia yang beranggapan bahwa politisi muda hanya memikirkan bagaimana
caranya untuk mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya semasa menjabat sebagai
anggota dewan untuk kesejahteraan mereka di hari tua nanti.
Diharapkan sekali bahwa pemuda
harus segera sadar siapa dirinya yang seharusnya menjadi referensi bagi
golongan tua dalam bertindak. Bukan malah bahu membahu dalam menjalankan
praktik tindak pidana korupsi. Ada beberapa hal urgen yang tidak boleh
dilupakan untuk membentengi moral kaum muda demi terjaganya kemurnian niat
dalam menjalankan tugas yang telah diamanahkan rakyat agar tidak terkontaminassi
dengan niat-niat jelek setelah mereka memasuki sistem pemerintahan.
Pertama, pendidikan dan dorongan.
Pemuda yang berpendidikanlah pemuda yang berkarakter, tapi pendidikan yang
telah didapat tersebut harus diimbangi dengan dorongan dari orang-orang
terdekat agar hidup menjadi orang yang berguna bagi orang lain, tidak perlu
bergelimangan harta, karena kebahagiaan bukanlah dinilai dari banyaknya harta.
Kedua, lebih banyak mentor. Tukar
pikiran dengan orang lain terutama yang lebih tua dan berpengalaman merupakan
satu tindakan bijak yang harus dijaga keberlangsungannya agar politisi muda
tidak gamang dalam menghadapi lika-liku sistem politik.
Ketiga, dukungan rohani. Semua itu
tidak akan berarti jikalau tidak didukung dengan iman yang kuat, sebab apa pun
ceritanya yang menjadi benteng terakhir seseorang untuk bertindak jahat adalah
kekuatan iman, maka dari itu apabila iman para politisi muda sudah kuat,
layaknya mereka menyandang status kaum pembaharuan.
Sebab semakin besar harapan itu,
semakin mudah publik kecewa. Publik telanjur diromantisasi oleh kiprah politisi
muda yang mengubah zamannya, seperti lahirnya Budi Utomo, sumpah pemuda,
perubahan rezim dari Orde Lama ke Orde Baru dan Orde Baru ke Orde Reformasi
papar Adjie Alfariby, peneliti LSI.
Kegalauan Bangsa
Hak berpolitik memang merupakan
hak bagi setiap insan manusia yang ada di dunia ini termasuk para artis, namun
yang jadi persoalan adalah apakah mereka yang dicalokan dengan berbekal
popularitas semata tanpa didukung kemampuan yang mumpuni layak untuk menjabat
sebagai wakil rakyat yang sarat amanah. Sekali lagi disinilah dituntut
kedewasaaan kita semua bahwa wakil rakyat bukanlah ajang cari makan, namun
lebih sebagai wadah pengabdian untuk menyejahterakan hidup rakyat Indonesia.
Di lain pihak rakyat kita juga
dituntut untuk lebih cerdas dan kritis dalam memilih wakil rakyat tanpa harus
kehilangan rasa optimis demi perbaikan sistem demokrasi yang sehat dan tetap
berorintasi pada kepentingan rakyat.
Jika pada kampanye nanti masih ada
calon-calon legislatif yang doyan mengumbar janji palsu dan menabur uang
disetiap kesempatan yang dia miliki, sesungguhnya itulah orang-orang yang tidak
layak untuk dipilih dan diberikan amanah sebagai wakil rakyat. Jangan pernah
terbuai dengan kebahagiaan sesaat karena uang yang mereka berikan, karena
sesungguhnya mereka menganggap kampanye sebagai wahana investasi untuk
mendapatkan hasil yang lebih besar lagi. Kita harus tetap menjunjung tinggi
demokrasi yang sehat tanpa money politic
demi kesejahteraan yang benar-benar terimplemenasi secara berkelanjutan.
Kepada para calon wakil rakyat
yang akan bertarung pada pemilu 2014 mendatang, jangan terus menerus
membodoh-bodohi rakyat dengan pola kampanye yang anda bangun dengan
menghamburkan uang. Jangan pula suka untuk membohongi rakyat dengan janji-janji
palsu yang selama ini manjadi andalan dalam merebut hati mereka.
Pada dasarnya apa yang dilakukan
oleh calon wakil rakyat untuk menjadi wakil rakyat adalah sesuatu yang baik dan
harus diikuti dengan niat yang baik pula tanpa harus menciderai sistem
demokrasi yang telah terbangun selama ini. Anggota dewan bukanlah profesi baru
yang menjanjikan materi yang didapat dengan mengorbankan rakyat, namun anggota
dewan adalah amanah yang harus dijalankan dan dipertanggungjawabkan atas nama
rakyat Indonesia. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar