|
Dua bulan
terakhir ini, dunia menyaksikan pe mandangan sangat mengerikan: horor demokrasi
dan kemanusiaan di Mesir. Tragedi memilukan itu berawal dari penggulingan
presiden sah dan terpilih secara demokratis di Mesir, Muhammad Mursi, yang
dilakukan oleh militer Mesir.
Kini, setiap
hari Mesir, terutama kota-kota besar seperti Kairo, bak penjara raksasa.
Kumpulan ribuan massa sipil berjuang melawan tentara dan polisi Mesir lengkap
dengan persenjataan sedang dan berat. Hingga kini, tak kurang 3.000 orang
meregang nyawa, puluhan ribu lainnya terluka ringan dan berat.
Aksi
terorisme
Kejadian di Mesir tentu sangat mengiris hati siapa pun. Bahkan,
seorang jenderal polisi bintang dua, yang karena masih punya nurani menolak
perintah membunuh demonstran, pun tewas di tangan sesama aparat. Ia dibunuh secara
beramai-ramai dengan terlebih dahulu dipreteli baju kebesaran kepolisian
sebagai bentuk penghinaan dan aparat yang simpati kepada apa yang dise- but
rezim militer dengan "geng teroris" (menunjuk musuh mereka,
yakni IM).
Tentu
siapa pun sepakat bahwa pelenyapan nyawa tanpa alasan jelas, baik terhadap
sesama aparat, terhadap warga sipil, maupun sebaliknya, dilakukan warga sipil
terhadap aparat, adalah tindakan biadab yang tidak ada pembenarannya dalam hukum
apa pun di dunia ini. Dalam konteks inilah, apa yang terjadi di Mesir, dan juga
di Suriah, dapat dikategorikan sebagai tindak terorisme.
Bahkan,
Perdana Menteri (PM) Turki yang lantang mengecam tindakan brutal aparat di
Mesir, dalam pidatonya beberapa waktu lalu, menyebut bahwa apa yang terjadi di
Mesir adalah terorisme yang dilakukan oleh negara. Sebuah studi yang dilakukan
oleh Rudolph J Rummel memperkirakan selama abad ke-20 sebanyak 169 juta orang
menjadi korban tindakan terorisme yang dilakukan oleh pemerintah.
Rummel
menyatakan sikapnya dengan menegaskan bahwa hal inilah yang disebut sebagai
arti `terorisme' yang sebenarnya. Rummel kemudian menambahkan bahwa pada
periode tersebut hanya 518 ribu korban yang terbunuh oleh beberapa kelompok
garis keras yang disebut sebagai `teroris', sebuah angka yang bahkan tidak melebihi
setengah dari keseluruhan korban yang terbunuh disebabkan oleh kepentingan
negara atau peme rintahan pada abad tersebut.
Semua
kebutuhan negara untuk menyelenggarakan pemerintahan dibiayai oleh rakyat
melalui pajak. Setiap tahun, rakyat sipil harus mengeluarkan sebagian
pendapatannya untuk memenuhi ketaatan negara dalam bentuk membayar pajak, agar
pula kelangsungan berbangsa dan bernegara berjalan dengan baik. Namun, negara
yang abai dan bertindak semena-mena terhadap rakyatnya sendiri, secara langsung
menyebabkan negara telah melakukan aksi terorisme terhadap warganya
sendiri.
Terorisme
oleh negara di Mesir inilah yang jauh lebih berbahaya karena ia menjadi induk
dari aksi-aksi teror di tempat lain. Kalau di Mesir saja negara-negara yang
selama ini mengklaim sebagai kampiun dan pejuang demokrasi dan HAM seperti
Amerika dan negara-negara Eropa "bungkam" dan membenarkan kebiadaban
militer di Mesir, maka sangat mungkin hal ini akan terjadi di negara lain, tak
terkecuali di Indonesia.
Dukungan Indonesia Mesir dan Indonesia punya hubungan sangat khusus, terutama di masa perjuangan fisik kemerdekaan. Fakta itu misalnya terlihat bagaimana Sekjen Liga Arab (saat itu) Abdurrahman Pasya serta para tokoh IM seperti Hassan Albanna, Sayyid Qutb, dan para petinggi pemerintahan Mesir melobi para kepala negara Arab dan dunia agar mengakui kemerdekaan Indonesia.
Dukungan Indonesia Mesir dan Indonesia punya hubungan sangat khusus, terutama di masa perjuangan fisik kemerdekaan. Fakta itu misalnya terlihat bagaimana Sekjen Liga Arab (saat itu) Abdurrahman Pasya serta para tokoh IM seperti Hassan Albanna, Sayyid Qutb, dan para petinggi pemerintahan Mesir melobi para kepala negara Arab dan dunia agar mengakui kemerdekaan Indonesia.
Dukungan
lain tampak ketika terjadi serangan Inggris atas Surabaya, 10 Nopember 1945,
yang menewaskan ribuan penduduk Surabaya, demonstrasi anti-Belanda-Inggris
merebak di Timur Tengah, khususnya Mesir. Shalat ghaib dilakukan oleh
masyarakat di lapangan-lapangan dan masjid-masjid di Timur Tengah untuk
mendoakan para syuhada yang gugur dalam pertempuran yang sangat dahsyat itu.
Yang
mencolok dari gerakan massa internasional adalah ketika momentum pasca-Agresi
Militer Belanda ke-1, 21 juli 1947, pada 9 Agustus. Saat kapal Volendam milik
Belanda pengangkut serdadu dan senjata telah sampai di Port Said, ribuan
penduduk dan buruh pelabuhan Mesir yang dimotori gerakan IM berkumpul di
pelabuhan itu. Mereka menggunakan puluhan motor-boat dengan bendera Merah
Putih--tanda solidaritas--berkeliaran di permukaan air guna mengejar dan
menghalau blokade terhadap motorboat perusahaan asing yang ingin menyuplai air
dan makanan untuk kapal Volendam milik Belanda yang berupaya melewati Terusan
Suez, hingga kembali ke pelabuhan. Kemudian motor boat besar pengangkut
logistik untuk Volendam bergerak dengan dijaga oleh 20 orang polisi bersenjata beserta
Mr Blackfield, Konsul Honorer Belanda asal Inggris, dan Direktur perusahaan
pengurus kapal Belanda di pelabuhan.
Namun, hal itu tidak menyurutkan perlawanan para buruh Mesir (Diplomasi
Revolusi Indonesia di Luar Negeri; karya M. Zein Hassan Lc).
Alhasil,
Mesir menjadi negara pertama yang mengakui kedaulatan dan kemerdekaan Indonesia
pada Juni 1946, setelah itu menyusul negara-negara Arab lainnya. Sementara
negara-negara Barat memberikan pengakuan belakangan, tepatnya pada akhir tahun
50-an dan awal tahun 60-an. Sayangnya, momentum baik ini tak dimanfaatkan
pemerintah Indonesia dengan mengambil sikap tegas dan mengecam tindakan
terorisme negara itu. Indonesia jelas berutang budi kepada rakyat Mesir.
Kini,
ketika rakyat Mesir sedang dilanda kesulitan dan penindasan, pemerintah SBY
jangan hanya diam atau takut kepada Amerika (yang bersama Israel) yang
disinyalir kuat di balik aksi brutal militer Mesir. Presiden SBY harus membantu
rakyat Mesir dengan membawa tragedi itu ke PBB, OKI, dan pembentukan tim investigasi
internasional. Peran aktif Indonesia jelas sangat dinantikan untuk
membantu mencegah jatuhnya korban lebih besar dan menciptakan perdamaian dunia.
●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar