Rabu, 24 Juli 2013

Snowden dan Pembocoran Data

Snowden dan Pembocoran Data
Peter Singer  ;  Guru Besar Bioetika pada Princeton University, Guru Besar Laureate pada University of Melbourne; serta pengarang buku Practical Ethics, One World, dan The Life You Can Save
TEMPO.CO, 22 Juli 2013


BERKAT apa yang diungkapkan Edward Snowden, saya sekarang tahu bahwa Badan Keamanan Nasional Amerika Serikat (NSA) telah memata-matai saya. NSA memanfaatkan Google, Facebook, Venison, dan penyedia-penyedia komunikasi Internet lainnya untuk mengumpulkan informasi digital yang tidak terkira banyaknya, termasuk, pasti, data mengenai e-mail, pembicaraan lewat telepon seluler, dan kartu kredit yang saya gunakan.

Saya bukan warga negara Amerika Serikat, maka itu semua ini dianggap sah-sah saja. Dan bahkan, jika saya seorang warga negara AS, mungkin saja banyak informasi mengenai diri saya ikut terjaring walaupun ia bukan target langsung operasi intelijen itu. Apakah saya harus marah atas intrusi terhadap kehidupan pribadi saya ini? Apakah dunia 1984-nya George Orwell akhirnya tiba sudah, walaupun tiga dekade terlambat? Apakah Big Brother itu sekarang sedang memata-matai saya?

Saya tidak marah. Sesuai dengan apa yang saya ketahui sampai saat ini, saya sebenarnya tidak peduli. Mungkin saja tidak ada yang membaca e-mail saya atau menguping percakapan saya lewat Skype itu. Besarnya volume informasi digital yang dikumpulkan NSA itu membuat tidak mungkin semua ini dilakukan.

Sebaliknya, ada program komputer yang menambang data yang terkumpul itu untuk melihat pola-pola kegiatan mencurigakan yang diharapkan analis-analis intelijen bakal menuntun mereka ke tempat-tempat di mana teroris berada. Prosesnya tidak berbeda dengan pengumpulan dan analisis data yang banyak digunakan perusahaan-perusahan untuk mengarahkan iklan-iklan mereka kepada kita dengan lebih efektif atau yang menunjukkan hasil riset daring yang mungkin paling kita inginkan.

Persoalannya bukan informasi apa yang dikumpulkan pemerintah atau bisnis, melainkan apa yang akan mereka lakukan terhadap informasi itu. Saya akan marah jika ada bukti, misalnya, pemerintah AS menggunakan informasi pribadi yang ia kumpulkan itu untuk memeras politikus-politikus di negara lain agar melayani kepentingan AS. Atau informasi itu dibocorkan kepada surat kabar—untuk mencoreng nama mereka yang mengecam kebijakan-kebijakan AS. Jika demikian, hal ini benar-benar perbuatan yang memalukan.

Namun, jika tidak terjadi hal-hal seperti itu, dan jika ada pelindung yang efektif yang menjamin tidak akan terjadinya hal itu, tinggal muncul pertanyaan apakah pengumpulan data ini benar-benar melindungi kita dari terorisme dan apakah kita memperoleh manfaat dari apa yang kita korbankan. NSA mengklaim bahwa berkat pengumpulan data ini, lebih dari 50 upaya serangan teroris bisa dicegah sejak 2001. Saya tidak tahu bagaimana akan menilai klaim tersebut atau apakah upaya serangan teroris itu bisa dicegah dengan cara lain.

Pertanyaan mengenai manfaat yang kita peroleh dari pengorbanan yang kita berikan ini lebih sulit dinilai. Pada 2010, Washington Post menerbitkan laporan berjudul “Top Secret America”. Setelah dua tahun melakukan investigasi yang melibatkan puluhan wartawan, Washington Post menyimpulkan bahwa tidak seorang pun tahu berapa biaya yang telah dikeluarkan untuk operasi intelijen ini—atau bahkan berapa banyak orang dipekerjakan badan-badan intelijen Amerika tersebut. Pada waktu itu, Washington Post melaporkan ada 854 ribu orang. Sekarang angka itu dilaporkan mencapai 1,4 juta orang. Begitu besarnya jumlah tersebut sehingga membuat kita bertanya-tanya apakah pengumpulan data pribadi untuk memeras atau maksud-maksud lainnya itu memang tidak bisa dihindarkan.

Apa pun yang ada dalam pikiran Anda mengenai pengumpulan data oleh NSA itu, pemerintah AS jelas telah bertingkah berlebihan dengan terungkapnya informasi mengenai program ini. Ia mencabut paspor Snowden, dan meminta pemerintah di banyak negara menolak suaka yang mungkin diminta Snowden. Yang paling luar biasa tampaknya adalah AS berada di balik penolakan yang dilakukan Prancis, Spanyol, Italia, dan Portugal untuk mengizinkan pesawat yang membawa Presiden Bolivia Evo Morales memasuki wilayah udara mereka dalam perjalanan pulangnya dari Moskow dengan alasan Snowden mungkin berada di dalam pesawat itu. Morales terpaksa mendarat di Wina. Para pemimpin Amerika Latin marah atas apa yang mereka anggap sebagai penghinaan terhadap harga diri mereka.

Para pendukung demokrasi harus berpikir panjang sebelum menghukum orang-orang seperti Julian Assange, Bradley Manning, dan Snowden. Jika berpikir bahwa demokrasi itu sesuatu yang baik, kita harus yakin bahwa publik harus sebanyak mungkin tahu apa yang dilakukan pemerintah yang mereka pilih. Snowden telah mengatakan bahwa ia melakukan pengungkapan-pengungkapan itu karena ”publik perlu menentukan apakah program-program dan kebijakan-kebijakan ini benar atau salah”.

Snowden benar mengenai hal ini. Bagaimana bisa demokrasi menentukan apakah memang harus ada program memata-matai seperti yang dilakukan NSA jika ia tidak tahu ada program semacam itu? Sesungguhnya pembocoran informasi yang dilakukan Snowden itu juga mengungkapkan bukti bahwa Direktur Intelijen Nasional AS James Clapper telah berbohong kepada Kongres AS mengenai praktek memata-matai yang dilakukan NSA dalam dengar pendapat yang diadakan Komite Intelijen Senat pada Maret yang lalu.


Ketika Washington Post, bersama The Guardian, menerbitkan informasi yang diberikan Snowden, ia bertanya apakah rakyat Amerika mendukung atau menentang program pengumpulan intelijen yang dilakukan NSA itu. Sebanyak 58 persen di antara mereka yang ditanya mendukung. Namun polling yang sama ini menunjukkan cuma 43 persen yang mendukung dihukumnya Snowden karena mengungkapkan program intelijen tersebut, sementara 48 persen menentangnya. Polling itu juga menunjukkan 65 persen mendukung diadakannya dengar pendapat publik oleh Kongres AS mengenai program NSA tersebut. Jika dengar pendapat ini terselenggara, kita semua bakal lebih informed berkat pengungkapan yang dilakukan Snowden itu. ● 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar