Isu
ketidakmerataan ekonomi tampaknya makin menjadi momok bersama. Isu ini juga
diangkat oleh lembaga nirlaba Oxfam dalam World Economic Forum baru-baru
ini. Bahwa terdapat kesenjangan yang sangat timpang antara orang terkaya
dan miskin. Saat ini, meski jumlah orang terkaya hanya satu persen dari
keseluruhan penduduk dunia, tetapi dalam dua dekade terakhir ini,
pendapatan mereka telah meningkat sekitar 60 persen.
Tahun
2012, 100 orang terkaya dunia menikmati pendapatan bersih hingga mencapai
240 triliun dolar AS. Sementara, orang-orang miskin dan kekurangan hanya
berpendapatan kurang dari 1,25 dolar AS (sekitar Rp 12 ribu) per hari.
Kondisi
ketidakmerataan di kelompok negara maju sendiri juga tidaklah lebih baik.
Termasuk di dalamnya, kelompok negara yang tingkat kesenjangannya sudah
tinggi, seperti Amerika dan Israel, maupun kelompok yang selama ini dikenal
relatif rendah, seperti Jerman, Swedia, dan Denmark. Ketidakmerataan di
negara-negara itu pun cenderung makin memburuk (Blog Bappenas, 22/2/2012).
Dua
puluh lima tahun lalu, perbandingan antara pendapatan dari 10 persen
penduduk terkaya terhadap 10 persen penduduk termiskin "baru"
mencapai tujuh kali. Sekarang, perbandingan itu meningkat menjadi sembilan
kali. Bahkan, di negara-negara dengan tingkat kesenjangan tinggi,
kondisinya makin merisaukan. Demikian pula di negara-negara dengan tingkat
kesenjangan relatif rendah, ternyata juga mengalami peningkatan. Jika pada
era 1980-an, perbandingannya masih berkisar lima kali, sekarang telah
meningkat menjadi enam kali. Bagaimana di Indonesia?
Pertumbuhan
ekonomi Indonesia di atas enam persen per tahun cukup menggembirakan.
Padahal, banyak negara lain tumbuh di bawah itu dan bahkan ada pula yang
tingkat pertumbuhannya minus.
Sebuah
lembaga yang khusus meneliti orang-orang superkaya, Wealth-X, dalam
laporannya, World Ultra Wealth Report 2012-2013, menginformasikan adanya
pertambahan jumlah orang kaya dan harta kekayaannya yang sangat signifikan.
Selama
2011-2012, jumlah orang kaya di Indonesia dengan nilai harta lebih dari 30
juta dolar AS menjadi 785 orang. Ini meningkat 4,7 persen dari tahun
sebelumnya.
Maka
jumlah miliarder dengan rata-rata kekayaan minimal 2 miliar dolar AS
tercatat 25 orang. Sedangkan kalangan superkaya Indonesia dengan kekayaan
minimal 30-49 juta dolar AS berjumlah 380 orang. Di antaranya ada yang
mencapai 120 miliar dolar AS (sekitar Rp 1.152 triliun). Angka itu
mendekati angka belanja negara dalam RAPBN 2013 sebesar Rp 1.683 triliun.
Peningkatan
jumlah orang superkaya itu juga diikuti dengan peningkatan harta kekayaan
mereka, yakni dari 85 miliar dolar AS (31/8/2011) menjadi 120 miliar dolar
AS (31/7/2012), atau meningkat 41,2 persen dibanding posisi setahun
sebelumnya.
Tak
mengherankan kalau 50 jutawan Indonesia dengan mudah memborong 50 unit Mercy
SLS AMG, mobil mewah senilai hampir Rp 5 miliar per unit. Padahal,
penjualan mobil yang sama di Malaysia dan negara-negara Asia Tenggara lain
masing-masing tidak sampai 10 unit.
Sementara
itu, Ketua Komite Ekonomi Nasional (KEN) Chairul Tanjung menjelaskan,
kelompok masyarakat miskin di Indonesia masih cukup banyak. Jumlahnya
sekitar 29 juta orang dan yang tergolong miskin mencapai 70 juta orang.
Itulah yang tecermin dalam Indeks Gini kita, yang dari
tahun ke tahun menunjukkan peningkatan. Peningkatan Indeks Gini itu
mengindikasikan adanya ketimpangan distribusi pendapatan yang makin
memprihatinkan. Lihatlah perkembangan indeks tersebut. Tahun 2009 masih
0,37, lalu meningkat menjadi 0,38 (2010), naik menjadi 0,41 (2011), dan
tetap bertengger di angka 0,41 (2012). ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar