Pesan
Multikultural Hijrah
Faozan Amar ; Direktur Al Wasath
Institute dan
Dosen Studi Islam UHAMKA |
SINDO,
15 November 2012
Setiap tanggal 1 Muharam umat
Islam di seluruh penjuru dunia memperingati Tahun Baru Hijriah. Sebagai
negara yang mayoritas beragama Islam, pemerintah menetapkan Tahun Baru
Hijriah sebagai hari besar keagamaan sehingga menjadi hari libur nasional.
Tahun Hijriah dicanangkan oleh Khalifah Umar bin Khattab pada 638 M (17 H). Pergantian tahun Islam itu dimulai sejak peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah. Secara umum ada tiga tahapan dalam proses hijrah Nabi Muhammad SAW.Ketiga tahapan tersebut mengandung pesan multikultural yang penting dan strategis untuk menjadi bahan renungan dalam memperingati Tahun Baru Hijriah ini. Alasan Hijrah Pertama, latar belakang multikultural hijrah Nabi Muhammad SAW disebabkan oleh beberapa faktor; 1) Mitra tercinta Nabi Muhammad SAW yakni istrinya, Siti Khadijah, danpelindungnya yang disegani kaum Quraisy yaitu pamannya, Abu Thalib, telah wafat. Kehilangan kedua orang itu menjadi problem baru Nabi Muhammad SAW dalam melaksanakan dakwah; 2) Ada perintah dari Allah SWT. Nabi Muhammad SAW bersabda: “Aku melihat dalam tidur bahwa aku berhijrah dari Mekkah menuju suatu tempat yang banyak terdapat pohon kurma. Aku mencoba menebak apakah itu Yamamah atau Hajar? Namun, ternyata itulah Kota Yatsrib.” (Shahih Muslim: 2272); 3) Semakin kejamnya perlakuan kafir Quraisy terhadap kaum muslim yang ada di Mekkah; 4) Undangan kaum Khazraj dan Aus supaya Nabi Muhammad SAW hijrah dari Mekkah; 5) Islam tidak berkembang di Mekkah. Proses Hijrah Kedua,kebersamaan dalam proses hijrah. Dengan melihat kondisi tersebut,Nabi Muhammad SAW memerintahkan para sahabatnya untuk segera berhijrah. Sedangkan beliau akan menyusul setelah semua umat Islam berhijrah ke Madinah. Beliau menyadari bahwa yang dimusuhi oleh kaum kafir Quraisy adalah dirinya, bukan kaum muslim. Kaum Quraisy pun menyiapkan strategi untuk melakukan penangkapan terhadap Nabi Muhammad SAW. Namun, rencanakaumQuraisyinidiketahui. Saat itu beliau memang masih tinggal di Mekkah dan kaum muslim hanya sebagian kecil yang masih tinggal.Sambil menunggu perintah Allah SWT untuk berhijrah,Nabi Muhammad SAW menemui Abu Bakar dan memberitahukannya untuk bersiap hijrah. Alquran melukiskan: “Dan,katakanlah, Ya Tuhanku, masukkanlah aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah (pula) aku secara keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong.” (QS.Al-Isra: 80). Di sinilah,sebagaimana uraian Muhammad Husain Haekal dalam Hayatu Muhammad, dimulainya kisah yang paling cemerlang dan indah yang pernah dikenal manusia dalam sejarah pengejaran penuh bahaya demi kebenaran,keyakinan, dan keimanan. Untuk mengelabui kaum Quraisy, Nabi Muhammad SAW memutuskan akan menempuh rute lain dari jalur yang biasa digunakan penduduk Mekkah menuju Madinah, serta berangkatnya bukan pada waktu yang biasa. Ketika itu padahal Abu Bakar sudah menyiapkan dua ekor unta untuk kendaraan saat berhijrah. Nabi Muhammad SAW hijrah dengan ditemani dan di-back up penuh oleh keluarga Abu Bakar As-Shiddiq RA. Abdullah bin Abu Bakar sebagai mata-mata menjaga keamanan perjalanan hijrah, Asma binti Abu Bakar penanggung jawab logistik,Abdullah bin Uraiqith disewa untuk pemandu jalan, dan Amir bin Fuhairoh sebagai pembantu umum. Sedangkan Ali bin Abi Thalib ditugaskan mengelabui kafir Quraisy dan mengembalikan harta titipan kafir Quraisy yang dititipkan pada Nabi Muhammad SAW. Rute yang ditempuh Nabi Muhammad SAW itu setelah keluar dari rumah adalah Gua Tsur, berjarak sekitar 6-7 kilometer di selatan Mekkah. Sedangkan Madinah berada di sebelah utara Mekkah. Di Gua Tsur ini Rasulullah dan Abu Bakar tinggal selama kurang lebih tiga hari. Selanjutnya beliau mengambil jalur ke arah barat menuju Hudaibiyah,arah sebelah timur desa Sarat. Kemudian ke arah Madinah dan berhenti di sebuah kawasan di Al-Jumum,dekat wilayah Usfan. Lalu bergerak ke arah barat dan memutar ke perkampungan Ummul Ma’bad dan berhenti di wilayah Al-Juhfah menuju Thanniyat al-Murrah, Mulijah Laqaf,Muwijaj Hujaj, Bath Dzi Katsir,hingga tiba di Dzu Salam. Di sini beliau memutar ke arah barat sebelum meneruskan ke arah Madinah dan berhenti di daerah Quba serta mendirikan Masjid Quba––masjid pertama yang didirikan Nabi Muhammad SAW. Berdasarkan uraian proses hijrahnya tersebut, jelaslah bahwa kesuksesan sampai lokasi tujuan itu karena ada kerja sama dengan orang yang berlatar belakang usia,profesi, dan jenis kelamin berbeda dan saling berbagi peran satu dengan lainnya,serta ada ide lain dalam memulai dan menempuh rute perjalanan yang berbeda. Hal ini dilakukan Nabi Muhammad SAW dengan melihat bagaimana kultur masyarakat Mekkah serta peta jalan lain sebelum proses hijrah itu dilakukan. Hijrah akhirnya sampai di tujuan dengan selamat. Sampai di Lokasi Ketiga, setelah menempuh perjalanan yang sangat panjang dan melelahkan sampailah Nabi MuhammadSAWdiKota Yatsrib. Ketika kaum muslim Yatsrib sedang menunggu kedatangan Nabi Muhammad SAW, datanglah seorang Yahudi yang sudah mengetahui apa yang sedang mereka lakukan itu dan berteriak: “Hai, Banu Qaila ini dia kawan Kamu datang!” Nabi Muhammad SAW sampai di Yatsrib pada Jumat dan beliau pun melakukan salat Jumat. Orang-orang terkemuka di Madinah menawarkan Nabi Muhammad SAW tinggal di rumahnya. Tetapi, beliau minta maaf dan kembali ke atas unta betinanya sembari memasangkan tali kelana.Kemudian berangkat melalui jalan-jalan di Yatsrib,di tengah-tengah kaum muslim yang ramai menyambutnya dan memberikan jalan sepanjang jalan yang dilewatinya itu. Seluruh penduduk Yatsrib, baik Yahudi maupun orang-orang Pagan, menyaksikan ada hidup baru yang bersemarak di kotanya. Mereka menyaksikan kehadiran seorang pendatang baru yang telah mempersatukan kaum Khazraj dan Aus yang telah bermusuhan selama 15 tahun. Di sela-sela berbagai permintaan untuk tinggal, Nabi Muhammad SAW berpikir untuk adil sehingga dia membiarkan untanya itu berjalan ke mana yang dia inginkan. Sesampainya di sebuah tempat penjemuran kurma,kepunyaan dua orang anak yatim dari Banu’n-Najjar, unta itu berhenti. Pada saat itulah Nabi Muhammad turun dari untanya danbertanya: “Kepunyaan siapa tempat ini?” tanyanya. “Kepunyaan Sahl dan Suhail bin ‘Amr,” jawab Ma’adh bin ‘Afra’. Dia adalah wali kedua anak yatim itu. Fakta ini membuat kaummuslim Yatsribterkagumkagum dengan sikap adilnya. Setelah berbincang-bincang, Nabi Muhammad SAW meminta supaya di tempat untanya berhenti itu didirikan masjid dan tempat tinggalnya. Setelah masjid berdiri,Nabi Muhammad SAW mempersaudarakan kaum Muhajirin (pendatang dari Mekkah) dengan kaum Anshor (penduduk pribumi Madinah). Hal itu dilakukan dengan melalui perkawinan, pembagian,harta kekayaan, dan sebagainya. Dengan demikian,Kota Madinah menjadi kota multikultural yang di dalamnya terdapat berbagai macam suku, golongan, dan keyakinan, tetapi penuh dengan kedamaian. Itulah beberapa pesan multikultural hijrah yang layak menjadi refleksi kita bersama dalam memperingati Tahun Baru Hijriah sehingga dapat diambil hikmahnya oleh bangsa Indonesia yang hidup dalam kebhinekaan. Wallahua’alam. ● |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar