Minggu, 04 November 2012

Ada Apa Robert Kyosaki?



Fauzul Azmi Zen ;  Ketua Divisi Informasi dan Publikasi Isefid,
International Islamic University Malaysia
REPUBLIKA, 03 November 2012


Mari kita berandai-andai. Andaikan Anda di minta menuliskan buku panduan strategi marketing dengan mengambil biografi Muhammad SAW, apa yang Anda lakukan agar ia semembius Rich Dad, Poor Dad yang menjadi `kitab suci' bagi pelaku bisnis multilevel marketing (MLM)? Goresan tulisan ini bermula setelah terbelalak membaca kabar yang menghebohkan di dunia bisnis. 

Robert Toru Kiyosaki, sang guru finansial sekaligus penulis buku keuangan terlaris di dunia itu baru saja mengajukan kebangkrutan perusahaannya, setelah kalah dalam putusan pengadilan melawan The Learning Annex, sebagaimana dilaporkan the New York Post. Tidak tanggung-tanggung, perusahaan Kiyosaki Rich Global LLC diperintahkan untuk membayar denda hampir 24 juta dolar AS (sekitar Rp 227 miliar) kepada pendiri dan ketua Learning Annex, Bill Zanker. 

Sebelum membaca kasus ini, penulis berpikir ini adalah karya motivasi bisnis yang epidemi dan membumi. Bagaimana tidak, Kiyosaki tidak hanya berhasil menggugah semangat jutaan pebisnis yang masih hijau dengan pengalaman, namun juga berhasil menyentil para akademisi yang gagal menjadi kaya.

Robert bahkan menyihir dunia bisnis dengan membuat trend baru: menjual seminar dan pelatihan dalam kemasan lebih bergengsi. 

Kiyosaki, sebelum menulis buku, adalah akademisi yang sudah berulang kali membangun bisnis, tetapi beberapa kali pula jatuh. Apabila para pembaca tahu judul buku Robert Kiyosaki yang pertama terbit pada tahun 1993, yaitu If You Want to be Rich and Happy ... Don\'t Go to School. Walaupun sempat menjadi best seller di Amerika Serikat, buku ini sangat kontroversial, sehingga hak terjemahan tidak dijual ke luar Amerika Serikat, dan baru pada 1997 dia menulis buku lagi, yaitu Rich Dad, Poor Dad

Pada buku itulah ia memperkenalkan konsep kebebasan finansial yang dilakukan dengan buku, game, seminar, dan bentuk inovasi konsep bisnis lain- nya. Dia sangat cerdas, melalui usaha ini pada akhirnya ia mendapatkan kebebasannya. Konsep financial literacy yang ditawarkannya merupakan pelajaran yang belum didapatkan di sekolah manapun.

Sejujur apakah motivasi bisnis Robert Kiyosaki? Tak dinyana konsep sedemikian dahsyat itu miskin penerapan. Miskin kejujuran. Kasus ini seolah menjadi teguran hebat bagi para pengikut Robert Kiyosaki bahwa selincah apa pun trik bisnis yang ditanamnya, ternyata masih memerlukan ruang untuk bertanya, "validkah ini?" 

Robert Kiyosaki sebenarnya tidak melulu berbicara konsep kecerdasan finansial, di satu sisi ia pernah menyentuh konsep piramida belajar. Kisahnya mengingatkan kita pada Adam Smith dalam The Moral of Sentiment Theory yang menggagas nilai santun berekonomi.

Namun, akibat jarang diwariskan secara gamblang kepada muridnya, teori ini menjadi dilupakan Nah, sekarang giliran followers Kiyosaki juga wajib tahu tentang seorang yang lebih besar pengaruhnya dari kehidupan Sang Guru Finansial. Ia yang dinobatkan as the Greatest man of history oleh Michael Hearth dalam The 100 Most Influential Persons In History. Dalam puncak emas torehan sejarah bisnisnya, ia bahkan menyunting istrinya dengan mahar 100 unta merah. Bayangkan, bila bukan karena kejayaan usahanya, bagaimana seorang yatim piatu mampu melakukannya? Ya, dialah Rasulullah Muhammad SAW.

Keteladanan ini yang sepertinya mengharuskan Robert Kiyosaki sekali-kali harus berkunjung untuk duduk sejenak di majelis Rasulullah, mencatat apa yang dibantahnya. Pertama, jika Anda meyakini bahwa alat ukur kesuksesan dalam bisnis adalah uang, mungkin Anda benar, tapi tidak dengan bisnis Rasulullah. Indikasi kesuksesan ala Rasulullah adalah meraih trust dan competence

Kedua, Jika Anda meyakini bahwa transparasi adalah sesuatu yang naif dalam bisnis, justru Rasulullah menjadikannya sebagai karakter solid dalam menjaga reputasi perniagaan. Keterbukaan Rasulullah, dalam melakukan transaksi perdagangan merupakan teladan bagi setiap pengusaha. Beliau selalu menepati janji dan mengantarkan barang dagangan dengan standar kualitas sesuai dengan permintaan pelanggan sehingga tidak pernah membuat pelanggannya mengeluh.

Ketiga, jika Anda meyakini semua motif bisnis adalah memaksimalkan kekayaan, Anda tidak salah, namun Nabi Muhammad SAW looking beyond profit. Ia menjadikan bekerja sebagai la dang menjemput surga; sarana pembelajaran untuk berpikir visioner, kreatif, dan siap menghadapi perubahan; pintar mempromosikan diri; menggaji karyawan sebelum kering keringatnya; mengutamakan sinergisme; berbisnis dengan cinta; serta pandai bersyukur dan berucap terima kasih. 
Mari berkaca dari Rasulullah, lalu mencari makna. Pesan moral yang bisa kita serap dari kasus ini ialah: melek finansial perlu dibarengi melek niat. 

Kiyosaki agaknya tidak istiqamah membangun instrumen kekayaannya.
Melalui kasus kebangkrutan Kiyosaki Rich Global LLC, penulis memberi penekanan khusus pada urgensi amanah. 

Kesuksesan yang didapatkan Rasulullah tak bisa lepas dari keberhasilannya men- jaga amanah, menarik sekali karakter ini, sehingga tidak ada satu pun orang yang berinteraksi dengan Rasulullah kecuali mendapatkan kepuasan yang luar biasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar