Selasa, 07 Agustus 2012

Ketika Alam Merekam Perbuatan Manusia

Ketika Alam Merekam Perbuatan Manusia
Agus Mustofa ; Penulis Buku Serial Tasawuf Modern 
JAWA POS, 07 Agustus 2012


SAAT kecil, guru mengaji saya menceritakan cara malaikat Raqib dan Atid mencatat perbuatan manusia. Dua malaikat itu konon duduk di pundak kanan dan pundak kiri. Raqib mencatat segala amal kebajikan kita, sedangkan Atid mencatat perbuatan buruk kita. Kelak, dua buku catatan tersebut diserahkan kepada Allah saat hari pengadilan.

Tak terhindarkan, sejak itu, saya selalu membayangkan adanya makhluk seperti manusia yang sedang menduduki dua pundak saya sambil membawa buku catatan dan bolpoin. Setiap orang punya dua malaikat, sehingga jumlah malaikat Raqib dan Atid sedemikian banyaknya. Sebanyak manusia yang pernah hidup di bumi.

Ketika sudah aqil baligh, saya mulai mengkritisi cerita-cerita semacam itu. Dan mencoba menelusuri dasar informasinya. Di dalam Alquran, saya menemukan ayat yang mungkin menjadi sumber cerita tersebut, tetapi dipahami dengan sudut pandang khas abad pertengahan yang konvensional seperti di atas. Saya menyimpulkan, sebenarnya kalau ditafsiri dengan sains modern, ayat tersebut akan memberikan hasil yang sangat jauh berbeda dan mencerahkan.

''Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya. (Yakni) ketika sepasang malaikat mencatat amal perbuatannya. Yang satu berada di sebelah kanan dan yang lain di sebelah kiri. Tidak ada satu perkataan pun yang diucapkan melainkan ada pengawas yang selalu hadir'' (QS Qaaf: 16-18).

Malaikat adalah makhluk berbadan cahaya, yang bisa bergerak dengan kecepatan 300.000 km/detik. Dengan kecepatan setinggi itu, malaikat bisa menempuh jarak berkeliling bumi dengan sangat singkat, yakni 0,13333 detik saja. Atau, dalam satu detik bisa mengelilingi bumi sampai 7,5 kali. Karena itu, dari sisi kecepatan itu saja, sebenarnya kita tidak perlu membayangkan malaikat Raqib dan Atid terus-menerus duduk di pundak manusia untuk mengawasinya. Hanya dalam orde detik mereka bisa meng-cover seluruh penduduk bumi.

Apalagi jika kita mengaitkan dengan relativitas waktu, sebagaimana saya jelaskan dalam tulisan yang lalu. Bahwa karena laju geraknya mendekati kecepatan cahaya, waktu malaikat menjadi molor: sehari setara dengan lima puluh ribu tahun. Artinya, jika malaikat mengawasi kita dalam sehari ''versi malaikat'', sebenarnya peradaban manusia sudah bergerak selama lima puluh ribu tahun. Jadi, ngapain kita membayangkan malaikat secara tradisional selalu nempel di kanan-kiri kita?

Dari sisi saintifik, kita juga bisa menjelaskan adanya rekaman perbuatan oleh alam semesta. Bahwa alam ini sebenarnya merekam seluruh aktivitas penghuninya. Ada tiga lokasi rekaman itu. Yang pertama ada di otak kita, sebagai memori alias ingatan. Karena rekaman itulah, Anda bisa mengingat berbagai peristiwa yang Anda alami. Dan bukan hanya Anda yang mengingat peristiwa itu, melainkan juga orang-orang dekat Anda yang hadir dalam peristiwa tersebut.

Yang kedua adalah genetika kita. Sistem informasi genetika yang berada di dalam inti sel tersebut selalu merekam segala informasi yang melibatkannya. Perbuatan yang terjadi berulang-ulang akan terekam di dalam genetika sebagai kecerdasan genetik. Karena itu, tubuh kita menjadi memiliki kebiasaan merespons kejadian secara khas. Mulai tingkat molekuler, seluler, sampai pada tataran organik secara utuh. 

Karakter dan bahasa tubuh yang khas pada setiap orang merupakan perwujudan rekaman genetik itu. Kelak, rekaman genetik tersebut bisa menurun kepada anak-anak kita sebagai kecenderungan khas terhadap sesuatu. Termasuk, diwariskannya penyakit tertentu.

Yang ketiga, rekaman alam semesta. Dalam sudut pandang fisika gelombang, tubuh maupun alam sekitar tak lebih hanya lautan energi alias samudra frekuensi. Tubuh kita, mulai pikiran, perasaan, denyut jantung, dan triliunan sel tubuh, semua bekerja secara kelistrikan yang menghasilkan frekuensi elektromagnetik. Karena itu, tubuh kita selalu memancarkan medan elektromagnetik ke mana-mana. Setiap berbuat apa pun, pada dasarnya kita melakukan perubahan medan elektromagnetik yang menyelimuti tubuh kita.

Nah, perubahan medan itulah yang direkam alam sekitar. Sebagai ilustrasi, di mana pun Anda berada, di situ sebenarnya terdapat gelombang radio atau televisi dari berbagai belahan dunia. Ada CNN, Al Jazirah, ABC, BBC dan, sebagainya. Gelombang tersebut telah menempuh jarak ribuan kilometer dan tidak pernah lenyap. Mereka tetap ''mengambang'' di alam semesta dan bisa ditangkap di mana pun kita berada dengan menggunakan peralatan yang sesuai.

Kalau seseorang tidak bisa menangkap atau melihat gelombang itu, masalahnya bukan karena gelombang tersebut tidak ada. Melainkan, dia tidak menggunakan alat yang tepat. Misalnya, menggunakan antena biasa. Cobalah menggunakan antena parabola dengan kualitas terbaik, berbagai macam gelombang yang berseliweran di sekitar kita bisa terdeteksi semua. 

Suatu saat nanti ditemukan teknologi yang bisa menangkap gelombang dari berbagai kejadian yang sudah berlangsung ribuan tahun yang lalu. Itu bukanlah angan-angan yang tidak mungkin terjadi. Persoalannya hanyalah seberapa bagus kualitas peralatan yang kita gunakan untuk memutar kembali rekaman alam semesta tersebut. Karena itu, betapa mudahnya kelak Allah mengadili manusia karena segala perbuatannya memang sudah terekam lingkungan sekitar di mana pun dia berada...! 

Wallahu a'lam bishshawab.
  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar