The
Poynter Institute
Kristanto Hartadi, REDAKTUR
SENIOR SINAR HARAPAN
Sumber
: SINAR HARAPAN, 14
Februari 2012
PEKAN ini saya mengikuti sebuah lokakarya (workshop) selama lima hari bertajuk
"Coaching and Leadership Management
for Media" bertempat di The Poynter Institute di St Petersburg,
Florida, Amerika Serikat.
Kegiatan tersebut dianggap penting untuk
dibagi dalam kolom ini karena saya ingin membagi dengan para pembaca mengenai
salah satu sekolah jurnalistik terbaik di dunia yang didirikan oleh Nelson Poynter pada tahun 1975 tersebut
dan signifikansinya terhadap dunia media dan demokrasi di Amerika
Serikat.
Ketika pertama kali menginjak kaki ke halaman
The Poynter Institute, siapa pun
pasti akan terkesan pada pandangan pertama sebab tempatnya sama sekali jauh
dari kumuh. Ia berada tepat di depan kolam milik US Coast Guard di Teluk Tampa.
Bangunannya pun indah, perpustakaannya bagus,
dan ruang-ruang kelasnya juga sangat nyaman. Jadi, institut tersebut ibarat
bumi dengan langit kalau mau dibandingkan dengan Lembaga Pers Dr Sutomo,
misalnya, yang saat ini dianggap sebagai salah satu sekolah jurnalistik terbaik
untuk mendidik para wartawan Indonesia.
Kalau saya menulis demikian, bukanlah ingin
membanding-bandingkan, melainkan mau mengajak kita semua berpikir bahwa bangsa
Amerika merasa perlu “merawat” kualitas para wartawannya dengan membangun
sekolah jurnalistik khusus bagi para wartawan demi menjaga demokrasi agar tetap
berlangsung baik.
Pertanyaan pertama pada booklet lembaga itu adalah Why
journalism matter to us? Because journalism is essential to the success of
democracy. Maka tak heran di depan pintu masuk utama, siapa pun akan
menemukan tulisan mosaik di lantai berisikan Amendemen 1 Konstitusi Amerika
yang menjamin kepada rakyat Amerika bahwa mereka akan memiliki pers yang
independen dan bertugas memberikan informasi.
Visi mendirikan lembaga tersebut ada di benak
Nelson Poynter, pemilik surat kabar
St Petersburg Times, yang mewariskan seluruh sahamnya di surat kabar miliknya
itu kepada lembaga pendidikan wartawan tersebut.
Dia melihat bahwa institut media yang modern
adalah penting karena tugasnya melatih orang-orang (para wartawan) yang akan
membantu menjaga integritas, stabilitas, dan kemajuan pemerintahan.
Maka selama 36 tahun sejak institut itu
didirikan, lembaga itu telah berkembang menjadi sekolah jurnalistik yang
berpengaruh di dunia.
Pers Perjuangan
Pekan lalu, di Jambi dirayakan Hari Pers
Nasional yang dihadiri Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono, juga para tokoh
dan insan pers di Tanah Air.
Buat saya, kegiatan itu sah dan baik-baik
saja, untuk mengingatkan bahwa sejarah pers kita adalah pers perjuangan, pers
bagian dari perjuangan bangsa Indonesia untuk mendapatkan kemerdekaan. Kita
bersyukur dengan adanya Undang-Undang Nomor 40/1999 mengenai Pers, sedikit
banyak telah memberi ruang bagi kemerdekaan pers kita.
Namun perenungan buat kita semua adalah:
apakah kita merawat dengan baik kemerdekaan pers itu? Bangsa Amerika merawat
kemerdekaan pers (baca: demokrasi) dengan mendirikan lembaga-lembaga pendidikan
wartawan yang berpengaruh seperti The
Poynter Institute dan lainnya.
Ada beberapa lembaga sejenis di Amerika yang
melekat dengan universitas-universitas ternama. Atau, kalau kita ke Washington
DC, di kawasan pusat pemerintahan Amerika itu ada museum pers (dikelola swasta)
bernama Newseum yang canggih dan menjadi tempat belajar yang menyenangkan
mengenai pers dalam demokrasi.
Maka sungguh tidak patut kalau kita
bandingkan Newseum itu dengan Museum
Pers di Solo, misalnya, karena itu bak bumi dan langit.
Jadi, ungkapan pers adalah cermin
masyarakatnya, benar adanya. Kalau persnya kumuh (termasuk lembaga-lembaga
pendidikannya) maka itu sedikit banyak juga mencerminkan kekumuhan masyarakat
kita dalam berdemokrasi.
Maka, kalau demokrasinya mau cerah,
masyarakat pers sendiri juga harus mencerahkan dirinya, termasuk membenahi
sekolah-sekolah jurnalistik yang ada agar menjadi lembaga sumber yang kredibel,
sebagai lembaga sumber untuk menyediakan sumber daya manusia yang berintegritas
dan kompeten. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar