Humor Tinggi dan
Marahnya Seorang Presiden Santun
Dahlan Iskan ; Mantan CEO JAWA POS
|
JAWA POS, 06 Juni
2016
Presiden Obama kembali
jadi pelawak. Di depan forum tahunan wartawan Washington bulan lalu, gelak
tawa tidak habis-habisnya. Seperti setahun sebelumnya: setengah jam pidato
tepuk tangannya lebih dari 70 kali.
Salah satu sasaran
humornya tentu para calon presiden. Setelah lama ngelawak dan ngerjain dua
capres dari partainya sendiri, Bernie Sanders dan Hillary Clinton, wajahnya berubah
seperti mau menutup pidato. Lalu memasukkan kertas ke saku jasnya. Sambil
mengucapkan kata-kata seperti akhir sebuah sambutan.
Yang hadir tahu belum
seharusnya pidato penuh humor itu berakhir. Melihat seluruh wartawan dan
pimpinan media itu terperangah, tiba-tiba Obama ngelawak lagi. Tentang
gayanya yang seolah mau mengakhiri pidato itu. ’’Saya hanya bercanda,’’
katanya. Belum mungkin pidato itu berakhir. ’’Kalian kan tahu saya belum
menyebut Donald,’’ katanya.
Donald Trump. Capres
Partai Republik itu memang sering jadi sasaran humor Obama.
Tentu kali ini pun
Obama tidak boleh melewatkan konglomerat yang juga terkenal sering
dikerubungi wanita cantik itu. Kali ini Obama seperti membela capres yang
juga penyelenggara ratu kecantikan, Miss Universe, itu.
Dia angkat nama Trump
tinggi-tinggi. Untuk dijatuhkan, tentunya. ’’Kalau ada yang bilang Donald itu
tidak punya pengalaman luar negeri, itu tidak benar,’’ katanya seolah
membela. ’’Dia sudah berpengalaman bertemu Miss Swedia, Misss Argentina,
Misss Azerbaijan...’’
Belum selesai kalimat
itu, hadirin sudah menenggelamkan pidatonya dengan tepukan gemuruhnya. Tahun
lalu, di forum yang sama, Obama lebih seru lagi ngerjain Donald Trump. Sampai
ada yang menganalisis keseriusan Trump dalam pencapresan kali ini
dilatarbelakangi ’’brutal’’-nya humor Obama saat itu. Apalagi Trump hadir
langsung di forum yang amat besar tersebut.
Jenis humor Obama
seperti itu membuat dia digelari ’’killer comedian’’.
Obama memang seru
kalau lagi ngerjain Trump karena Trump selalu mengecam Obama. Apa pun yang
dikerjakan Obama dianggap salah oleh Trump.
Dari penampilan
tahunannya di forum Washington
Correspondent itu, tak ayal lagi, Obamalah presiden yang paling humoris.
Humor yang sangat cerdas. Bukan humor yang membuat posisi presiden turun ke
level pelawak. Humor yang kadang menguliti dirinya sendiri.
Misalnya, dia
ceritakan betapa mudanya dirinya saat jadi presiden dulu. Kini, katanya,
rambutnya sudah abu-abu. Beda, katanya, dengan istrinya yang tetap kelihatan
muda dan cantik. Lantas, di layar dia tampilkan slide tiga fotonya berdua
dengan istri. Saat pertama jadi presiden, saat terpilih lagi empat tahun
kemudian, dan foto tahun terakhir jadi presiden.
Di foto pertama sama-sama
kelihatan muda. Di foto kedua sang istri terlihat kian modis, sedangkan Obama
kian terlihat tua. Yang lucu foto ketiga. Sang istri tetap cantik, sedangkan
wajah Obama sudah menjadi wajah tengkorak. Rupanya, Obama sengaja mengganti
foto bagian kepalanya dengan tengkorak kepala.
Presiden Clinton dalam
humornya juga sering mengerjai dirinya sendiri. Misalnya, saat tampil
terakhir di forum yang sama 16 tahun yang lalu. Itu adalah tahun terakhir
masa jabatannya yang kedua. Saat itu Clinton baru saja jadi bulan-bulanan.
Terkait dengan hubungannya dengan gadis Lewinsky.
Clinton pun bilang
begini. Dan hadirin menggemuruh: Hanya delapan tahun saya di Gedung Putih
sudah mampu menyediakan untuk Anda sekalian bahan berita yang tidak akan
habis selama 20 tahun.
Dia benar. Sekarang
peristiwa itu sudah 16 tahun berlalu. Soal gadis tersebut masih jadi bahan
pemberitaan. Apalagi istrinya kini jadi capres. Rasanya tidak hanya cukup
untuk 20 tahun. Tapi sampai setelah dia meninggal pun.
Forum tahunan wartawan
bertemu presiden di acara makan malam besar seperti itu sudah berlangsung
sejak 1921. Sudah hampir 100 tahun. Semua berpakaian resmi. Jas dan dasi
kupu-kupu. Tentu akan banyak yang kangen dengan acara tahunan yang
mengesankan itu. Apalagi kalau yang terpilih nanti Trump.
Trump tidak kalah
menghibur. Penampilannya di acara TV sangat disukai. Humornya juga brutal.
Hanya gaya membawakannya lebih norak. Tidak pernah mau mengejek diri sendiri.
Dari ingatan media,
Ronald Reagan, George W. Bush, dan Clinton termasuk yang suka melawak. Tapi,
di antara semua itu, mereka sepakat Obamalah yang nomor 1.
Persiapan Obama tampak
begitu baik. Meskipun tidak membaca, pidato lawakan itu ada teksnya.
Slide-slide-nya juga brilian. Pakai film pendek segala. Obama tahu kapan
berhenti sebentar dan kapan agak lama. Seorang pelawak profesional pernah
diterima Obama. Dia mengatakan kadang Obama berhenti terlalu lama. ’’Saya
tahu,’’ jawab Obama. ’’Saya sengaja.’’
Jadi, Obama memang
mengatur penampilannya dengan sadar, dengan ilmu dan dengan latihan.
Tahun ini Obama
mengakhiri pidatonya agak mengejutkan. Begitu mengucapkan kata penutup ’’God
blessed America’’, tangan kirinya mengangkat mik tinggi-tinggi. Tangan
kanannya membuat gerakan merokok di dekat bibirnya. Mik tersebut dia
jatuhkan. Glodak.
Hadirin pun
bergemuruh.
Sinyal apakah yang
ingin dia gambarkan?
’’Sudah tidak ada mik
lagi,’’ tulis seorang analis keesokan harinya. Itu berarti tidak akan ada
lagi yang mengalahkan dirinya.
Tapi, menurut pendapat
saya, itu untuk mengingatkan peristiwa dramatis lima bulan lalu. Sangat mengejutkan
saat itu. Pada bulan Februari itu, Obama lagi pidato di depan kongres.
MPR-nya Amerika. Forum gabungan antara House (DPR) dan Senat (DPD).
Menurut UUD, seorang
presiden Amerika wajib menyampaikan laporan perkembangan negara kepada
kongres setahun sekali. Biasanya Januari atau paling lambat awal Februari.
Dulunya laporan itu cukup tertulis. Tapi, hampir 100 tahun terakhir selalu
disampaikan langsung. Bahkan sejak ada radio dan TV disiarkan langsung.
Boleh dikata pidato
Obama terakhir di depan kongres ini berupa curhat. Tapi serius. Mengenai
mengapa kongres terus menghambat program utamanya. Mulai kesehatan,
pendidikan, sampai energi baru. Dia uraikan lagi betapa pentingnya program
tersebut untuk masa depan Amerika baru. Tapi, Partai Republik yang menguasai
kongres terus menolak. ’’Waktu kita kalah karena Uni Soviet berhasil
meluncurkan Sputnik, kita langsung membuat program penjelajahan ruang
angkasa,’’ ujar Obama. ’’Kongres langsung menyetujui nyaris hanya dalam satu
malam.’’
Sepuluh tahun kemudian,
katanya, orang Amerika langsung berjalan di bulan.
Tidak ada yang
menyangka, saat mengakhiri pidatonya, Obama bikin kejutan. Begitu selesai
mengucapkan kata penutup, Obama mengangkat mik yang dia pakai pidato di
podium. Dia jatuhkan mik itu. Di depan forum kenegaraan resmi kongres.
Tidak hanya itu.
Sesaat kemudian, dia raup kertas naskah pidatonya. Dia hamburkan
kertas-kertas itu ke atas dengan dua tangannya. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar