Ortu
Samuel Mulia ;
Penulis Kolom PARODI Kompas
Minggu
|
KOMPAS, 10 April
2016
Sudah dua minggu
belakangan ini saya bertanya, tentu kepada hati dan nurani sendiri, mengapa
seorang manusia itu bisa tumbuh menjadi koruptor, penipu, pembunuh, yang
mulutnya berkicau untuk membuat keonaran sampai memilih menjalankan usaha dan
menimbun kekayaan dari menyengsarakan orang lain?
Dididik
Tentu akan ada banyak
alasan mengapa seseorang bisa menjadi demikian. Hanya saja hari ini, saya mau
berkonsentrasi hanya pada pendidikan yang diberikan di dalam rumah, dari saat
seorang anak dilahirkan sampai berusia di mana ia wajib punya KTP karena
dianggap usia yang sudah dewasa.
Saya penasaran,
benar-benar penasaran. Masakan pendidikan yang diberikan di dalam rumah
sekian belas tahun sama sekali tak ada bekasnya ketika manusia tumbuh menjadi
lebih tua dan belum tentu menjadi dewasa?
Saya penasaran,
masakan ketika seorang anak manusia bisa berpikir dengan kepalanya sendiri,
pendidikan yang diberikan orangtua selama itu tak ada efeknya? Terus di mana
letak kekuatan pendidikan orangtua terhadap perilaku anak di masa depan?
Saya sudah melihat
bahwa orangtua kaya dan miskin itu sami mawon. Keduanya mampu menghasilkan
anak yang baik dan yang buruk. Bukan seperti cerita atau film cliché, kalau
orangtuanya kaya, anaknya amburadul, dan kalau miskin, anaknya menjadi
berbakti.
Satu minggu yang lalu
saya makan siang di sebuah rumah makan Jawa Timur. Tak lama setelah memesan
makanan, datanglah pasangan muda dengan dua anak kecilnya yang sedari
memasuki rumah makan itu sudah menjerit dan berlari-lari.
Kedua orangtua itu
terlihat sama sekali tidak peduli. Mereka langsung duduk memesan makanan dan
setelah itu keduanya asyik berkonsentrasi dengan gadget-nya, sementara kedua
anaknya menganggap rumah makan itu seperti taman bermain.
Apakah pendidikan
orangtua yang seperti ini yang menyebabkan anak menjelma menjadi manusia yang
senangnya mencari perhatian, menjadi tidak tahu diri, baik melalui perilaku
yang memalukan maupun mulutnya yang menyakitkan dan membuat onar?
Apakah dengan
membiasakan berteriak dan berlari di tempat yang tak sepantasnya demikian,
maka mereka menjadi manusia yang bisa jadi tumbuh tak peduli sehingga tak
peduli juga untuk membunuh dan korupsi, tak peduli memiliki bisnis yang
menyengsarakan orang lain, atau tidak sejauh itu menyenangkan egonya?
Saya juga penasaran
mengapa tak ada pemberitaan soal tertangkapnya seorang koruptor dan gembong
narkoba, disertai wawancara dengan orangtua mereka, dan menanyai apa saja
yang telah diajari kepada anak-anaknya hingga bisa melakukan hal yang
demikian itu?
Diturunkan
Maka saya mulai
berpikir, apakah seorang anak itu bisa menjadi manusia seperti yang saya
tuliskan di atas. Itu karena orangtuanya memang mengajarkan demikian baik
secara langsung atau tidak? Apakah orangtuanya sendiri memang koruptor,
memang rasis, memang berbisnis yang menyengsarakan sesamanya?
Atau ternyata, bukan
hanya pendidikan orangtua yang memengaruhi, melainkan juga memang dalam darah
anak mengalir bakat yang diturunkan secara genetis dari orangtuanya? Orangtua
saya memiliki tiga anak. Kami dididik dengan cara dan sistem yang sama. Ke
sekolah yang sama karena dari sejak lahir sampai sekolah menengah atas semua
diatur oleh orangtua. Tetapi, mengapa yang satu doyan duit, yang satu jadi
pengecut, dan yang satu tidak pernah dewasa?
Jadi, selain
pendidikan, maka tabiat anak diturunkan secara genetis dari ibu dan bapak
mirip sama seperti penyakit yang diturunkan. Ayah saya kencing gula dan
menurun ke saya dan bukan ke kakak dan adik.
Ada berita yang pernah
saya baca dan saya yakin ada di antara Anda yang juga membaca. Seorang suami
tampan menuntut istrinya karena ketiga anaknya buruk rupa. Ternyata istrinya
pernah menjalani operasi plastik menjadi cantik dari keadaan aslinya yang
gitu deh itu.
Selain itu, di antara
kehidupan sosial Anda dan saya, tak jarang kita mendengar cerita seperti ini.
"Anak saya yang kedua itu persis seperti bapaknya. Kalau sakit diem asal
udah dikasih makan dan minum obat. Nggak nyusahin. Gak kayak anak yang
pertama. Kalau sakit bawel, kayak saya dan kakeknya."
Maka, yang membuat
saya penasaran perkataan anak sudah di atas 17 tahun dan harus bertanggung
jawab sendiri itu maksudnya orangtua sudah tidak mau bertanggung jawab
lagikah? Apakah itu diartikan juga orangtua sudah cukup mendidik, sekarang
waktunya anak mempraktikkan didikan itu? Tetapi, bagaimana kalau ada faktor
genetisnya?
Ataukah sebaiknya,
jika ada yang ditangkap karena alasan apa pun itu, maka orangtua harus berani
menjelaskan kepada pihak penyidik bahwa mereka dididik dan mendapat bakat
yang demikian itu.
Karena mereka lahir
dari persetubuhan orangtuanya dan mereka dididik dengan sistem yang
diciptakan oleh orangtua. Mau sistemnya benar atau salah, mau yang diturunkan
itu sifat baik atau buruk, itu yang diterima anak.
Paling tidak dengan
orangtua mengaku, yang tertangkap mungkin bisa mendapat keringanan hukuman.
Mungkin. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar