Tentang Cara Belajar
Ahmad Baedowi ;
Direktur
Pendidikan Yayasan Sukma, Jakarta
|
MEDIA
INDONESIA, 30 Maret 2015
ADA ribuan buku telah ditulis ten
tang bagaimana se sungguhnya sebuah proses belajar-mengajar harus dikelola.
Ada jutaan pengalaman di pikiran dan tindakan jutaan guru yang selalu dibagi
kepada setiap siswa dalam proses belajar sehari-hari. Ada begitu banyak
kesadaran yang mulai tumbuh untuk belajar dari hal-hal yang dianggap salah
ketika kita mengajarkan sesuatu terhadap para siswa.Pendek kata, cara belajar
dan mengajar memang selalu menarik untuk dikaji dan dilihat karena belajar
merupakan kesadaran alami yang dimiliki setiap insan yang diberi akal dan
pikiran oleh Yang Maha Berpikir, yaitu Tuhan Yang Maha Esa.
Dalam tradisi pendidikan Islam,
ada satu kitab yang secara fenomenal menjadi rujukan sepanjang zaman tentang
tata cara belajar dan menuntut ilmu, yaitu kitab Ta'lim al-Muta'allim yang jika diterjemahkan secara literal dapat
berarti penuntut ilmu tentang cara belajar. Hampir semua pesantren salafi di
Indonesia mengajarkan kitab itu kepada para santrinya, tetapi elaborasi
terhadap kitab ini dalam ranah pendidikan modern masih jarang dilakukan.
Karena itu, ketika semua orang gemar dan senang mengutip teknik pengelolaan
kelas, teknik belajar-mengajar secara efektif dan menyenangkan, serta
mempelajari beragam strategi pembelajaran, ada satu landasan teologis dalam
belajar yang kurang diperhatikan dalam proses belajar-mengajar, yaitu soal
niat.
Syeik al-Zarnuji, pengarang kitab
Ta'lim al-Muta'allim, kerap menyebut fenomena kegagalan siswa dan guru dalam
proses belajar-mengajar disebabkan ketiadaan motivasi yang konsisten.
Konsistensi niat dalam belajar merupakan landasan utama terjadinya proses
belajar-mengajar yang efektif dan menyenangkan.
Kesadaran ini perlu diulang
dan diperbarui setiap saat agar niat belajar menjadi sandaran untuk beribadah
kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Sama seperti ibadah salat, puasa, membayar
zakat, dan menunaikan ibadah haji, niat harus selalu dikelola dalam bentang
kesadaran manusia yang cenderung berubah setiap saat.
Dalam pendidikan modern,
sebenarnya elaborasi soal niat banyak disamakan dengan teori motivasi, tetapi
lebih kepada aspek psikologis tinimbang teologis. Perlu ada cara menanamkan
kesadaran tentang pentingnya niat belajar dalam proses belajar-mengajar
secara berulang-ulang, sama seperti niat salat yang selalu dilakukan lima
kali sehari. Dalam praktik sederhana, guru harus memiliki teknik dan cara
untuk memotivasi siswa setiap saat dan berusaha mengingatkan para siswa
mereka tentang konsekuensi salah niat dalam belajar yang dapat menyebabkan
kegagalan.
Selain niat, kritik Al-Zarnuji
juga tampaknya berlaku dalam pendidikan modern tentang perlunya mempelajari
sebuah konsep dan teori ilmu secara tuntas. Dalam tradisi pendidikan modern
sebenarnya ada strategi belajar tuntas yang disebut mastery learning, tetapi elaborasinya ke dalam sistem malah
membelenggu para siswa karena baik sistem persekolahan maupun sistem madrasah
di Indonesia notabene lebih senang membelenggu para siswa dengan mata ajar
yang banyak, tetapi tak tuntas dipelajari. Sistem kurikulum kita menyebabkan
hampir semua guru dan siswa belajar seperti mengejar setoran, ingin cepat
lulus, tetapi ilmunya tak dapat. Jika ilmu tak didapati, menurut Al-Zarnuji,
dengan sendirinya akan terjadi erosi dalam niat guru dalam mengajar dan siswa
ketika belajar.
Berikan
kepercayaan
Selain dua syarat utama itu, yaitu
soal niat dan belajar tuntas, kitab Ta'lim al-Muta'allim juga memberi kiat
tentang tata cara belajar yang efektif. Pertama, guru harus memahami
kemampuan siswa dan memulai setiap pelajaran dengan sesuatu yang mudah
dipahami dan dimengerti siswa. Siklus predan post-test dapat dengan mudah dijalankan untuk mendeteksi para
siswa tentang suatu konsep dan teori tertentu secara mudah. Gunakan juga
teknik bercerita, mencari hubungan gambar dengan sebuah kata agar akal
pikiran anak akan dengan mudah menerima konsep dan atau teori tertentu dalam
belajar.
Kedua, hindari membahas sebuah
konsep dan teori terlalu panjang dengan cara memberikan siswa kepercayaan
untuk menggali informasi tersebut secara mandiri.Dengan tersedianya bahan
ajar yang tak terhingga di dunia maya, sesungguhnya tugas guru akan semakin
ringan karena hanya memerlukan proses pendampingan yang benar dan bertanggung
jawab. Lagi-lagi tanggung jawab guru dan siswa harus selalu dalam posisi yang
sama (equal) agar niat dan motivasi
belajar tetap terjaga. Guru harus memiliki tujuan atau niat pengajaran yang
baik setiap saat dan siswa harus selalu diingatkan tentang pentingnya sikap
menuntut ilmu yang didasari tujuan yang jelas.
Ketiga, biasakanlah meminta siswa
untuk membuat catatan mereka sendiri berdasarkan pemahaman mereka terhadap
sebuah konsep atau teori. Guru harus cermat membaca catatan tersebut dan
membuat catatan-catatan tambahan pada buku siswa secara positif dan tidak
terlalu sering menyalahkan. Anak biasanya akan menyenangi teknik belajar itu
karena mereka dianggap sebagai manusia yang berpikir menurut ukuran kemampuan
sendiri-sendiri. Sikap positif guru dalam melakukan penilaian terhadap siswa
juga akan membantu mereka untuk tumbuh dan berkembang menjadi manusia dewasa
yang memiliki karakter dan sikap yang kuat dan bertanggung jawab.
Keempat, mintalah kepada para
siswa untuk membaca catatan mereka dan bukubuku penunjangnya pada saat bangun
tidur di pagi hari. Akan lebih baik jika para siswa di ingatkan untuk rajin
bertahajud kemudian kembali membaca ulang pelajaran yang mereka dapatkan pada
hari kemarin. Mengatur sikap belajar dengan cara menghargai waktu akan
menumbuhkan semangat dan kepedulian siswa terhadap lingkungan sekitar. Jauh
sebelum muncul teori tentang belajar secara kontekstual (contextual learning), konsep pengaturan waktu belajar menurut
Al-Zarnuji justru menjadi sumber inspirasi bagi teori-teori belajar dalam
pendidikan modern.
Semoga kita masih memiliki banyak
guru dan siswa yang memiliki ciri-ciri seperti yang diingatkan Al-Zarnuji
sekian abad silam dalam kitab Ta'lim
al-Muta'allim. Wallhu a'lam bi
al-sawab. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar