|
Beberapa hari yang lalu saya
beruntung kembali bisa bertemu dengan seseorang yang inspiratif, Mbak Ainun.
Siapa dia? Dia adalah pendiri dari Akademi Berbagi yang sudah ada di puluhan
kota di seluruh Indonesia.
Judul dari tulisan ini pun saya kutip dari pemikirannya yang sederhana, ” Kasih kaki untuk mimpi-mimpimu.” Pemikiran sederhananyalah yang membuat dia memulai gerakan yang kemudian menjelma menjadi sebuah komunitas, Akademi Berbagi. Pemikiran seperti apa yang dia miliki di awal hingga Akber (sebutan akrab untuk Akademi Berbagi) terbentuk? Dia sempat berpikir bahwa dia ” stuck” ketika sudah lulus kuliah dan bekerja. Dia punya keinginan untuk belajar.
Bukan dari dosen, tapi dari praktisi. Tapi gimana caranya? Karena media sosial sudah mulai booming beberapa tahun lalu, dia pun memberanikan untuk ” mencolek” (bahasa gaulnya mention sebuah akun di Twitter) Pak Subiakto. Dia ingin belajar copywriting. Ngga disangka, keinginannya disambut baik oleh Pak Subiakto, dan kelas pertama yang berisi 10 orang pun berjalan. Ini terus bergulir, hingga detik ini. Sudah banyak sekali praktisi yang berbagi, tanpa dibayar sepeser pun.
Mereka berbagi tentang apa yang mereka kuasai, kepada mereka yang membutuhkan. Ini sudah berjalan beberapa tahun, dan di banyak kota di seluruh Indonesia. Salut! Memang benar apa kata Mbak Ainun bahwa kita harus kasih kaki untuk mimpi-mimpi yang kita miliki. Sejujurnya, saya sering sekali melihat banyak anak muda yang hanya ingin ” ina-itu-ina-itu” , alias yang dia inginkan banyak sekali, tapi tidak melakukan apa-apa untuk mencapainya. Teman dekat saya pun ada yang seperti demikian. Setiap kali ketemu, dia cerita mau melakukan ini, mau melakukan itu.
Matanya berbinar-binar, bicaranya pun dengan penuh semangat. Semua yang diceritakan sering kali seolah akan sempurna sesuai rencana. Seolah ketika suatu saat dia lakukan hal itu, dia tidak akan menemukan masalah apa pun. Dan seperti selalu yang saya lakukan, adalah untuk memberikan masukan-masukan yang kali saja bermanfaat untuk dia, dan tentunya, men-support niatnya itu.
Tapi,… setelah beberapa saat kemudian ketemu lagi, dan ketika saya tanya apakah dia sudah mulai melakukan hal yang dia ingin lakukan itu, selalu dia katakan, ” Belum” dan dengan sejuta alasan. Yang pasti, di antaranya: sibuk, belum ada waktu, susah, dan seterusnya. *** Mimpi akan selalu selamanya hanya menjadi mimpi, keinginan juga begitu, ide juga begitu. Kalau kita tidak melakukan apapun untuk mencapainya. Banyak orang yang bilang ide itu mahal.
Menurut saya ide itu ” murah” kalau tidak diapa- apain. Saya juga sering bilang bahwa selama mimpi itu gratis, berm i m p i l a h yang tinggi. Kalau pun tidak sampai, setidaknya apa yang kita dapatkan kemungkinan besar masih lebih tinggi daripada mereka yang bermimpi ” rendah” . Nah, tapi kata kuncinya adalah untuk segera memulai proses penc a p a i a n mimpi yang kita punya itu! Kalau kita tidak memulai, ya kapan sampainya? Di dunia nyata ini tidak ada Sup e rma n .
Kalau kita Superman, enak, bisa terbang dan langsung mencapai mimpi kita yang tinggi dalam hitungan detik. Kita tidak punya sayap. Yang kita punya adalah kaki. Dalam pencapaian sebuah mimpi, kita harus mulai melangkah. Langkah demi langkahlah yang akan membuat kita sampai ke tempat tujuan. Inilah proses pencapaian arti sukses yang sering kali saya bilang tidak ada yang instan.
Kalau kita sudah berikan kaki untuk mimpi yang kita ingin capai, lalu apa? Ya mulai melangkah. Namun, seperti yang saya tulis di buku ” Young On Top” , tidak ada jalan yang semulus sutera. Artinya apa? Di tengah jalan, kita pasti akan harus melewati jalanan rusak, lubang, polisi tidur, atau bahkan pagar dan tembok. Yang harus kita lakukan setelah memberanikan diri kita untuk melangkah menuju pencapaian sebuah mimpi adalah untuk terus memiliki yang kuat untuk terus melangkah.
Kita harus berpikir keras dan kreatif, karena sering kali rintangan yang ada di depan kita itu memang harus kita lewati. Rintangan yang ada itu bukan dibuat hanya untuk kita. Tapi untuk semua orang yang ingin mencapai suatu titik tujuan. Inilah yang sering kali membedakan antara orang sukses dengan yang gagal atau belum sukses. Mereka yang sukses, mampu melewati rintangan yang ada.
Mereka tidak berhenti atau putar balik. Mereka berpikir keras dan kreatif untuk bisa melewati rintangan tersebut. Sementara mereka yang gagal biasanya setelah mencoba beberapa kali, menyerah. Dan apa yang terlintas di otaknya dan dilontarkan dari mulutnya: Ngga mungkin, mustahil, susah, berat, dan seterusnya. *** Young On Top (YOT) bisa seperti sekarang ini juga harus melewati proses yang tidak mudah.
Dari hanya sebuah buku yang terbit April 2009, sekarang YOT sudah menjadi sebuah buku yang sudah dicetak sebanyak 12 kali, memiliki buku seri lainnya: TOP Words & TOP Words2, menjadi program radio mingguan, juga program TV mingguan, leadershape academy, konsultan, rangkaian seminar di kampus-kampus, rangkaian seminar tahunan, platform digital di website dan media sosial, serta komunitas di 39 kota di seluruh Indonesia.
Bagaimana saya mengembangkan ini semua? Yang pasti dari sebuah mimpi (visi) dan action plan (misi) yang jelas, saya memberikan kaki untuk pencapaian ini semua. Pencapaiannya pun bertahap, sedikit demi sedikit. Di tahun pertama hanya beberapa yang terwujud. Di tahun kedua tambah beberapa hal terwujud. Di tahun ketiga dan keempat pun demikian. Tidak ada yang mudah, di setiap langkah yang saya beserta tim ambil, kami selalu menemukan rintangan. Tapi anehnya, kami tidak berpikir untuk menyerah.
Kok bisa? Mungkin karena kami punya mimpi (visi) yang bukan kami tujukan demi kepuasan diri sendiri, tapi lebih untuk generasi muda Indonesia yang lebih kuat dan berintegritas. Saya praktisi. Saya tidak pandai untuk berteori. Semoga apa yang saya share di sini bisa memberikan gambaran kepada Anda, bahwa apa yang dikatakan oleh Mbak Ainun, pendiri Akber, itu benar: Kita harus memberikan kaki untuk mimpi yang kita ingin capai. See you ON TOP! ●
Judul dari tulisan ini pun saya kutip dari pemikirannya yang sederhana, ” Kasih kaki untuk mimpi-mimpimu.” Pemikiran sederhananyalah yang membuat dia memulai gerakan yang kemudian menjelma menjadi sebuah komunitas, Akademi Berbagi. Pemikiran seperti apa yang dia miliki di awal hingga Akber (sebutan akrab untuk Akademi Berbagi) terbentuk? Dia sempat berpikir bahwa dia ” stuck” ketika sudah lulus kuliah dan bekerja. Dia punya keinginan untuk belajar.
Bukan dari dosen, tapi dari praktisi. Tapi gimana caranya? Karena media sosial sudah mulai booming beberapa tahun lalu, dia pun memberanikan untuk ” mencolek” (bahasa gaulnya mention sebuah akun di Twitter) Pak Subiakto. Dia ingin belajar copywriting. Ngga disangka, keinginannya disambut baik oleh Pak Subiakto, dan kelas pertama yang berisi 10 orang pun berjalan. Ini terus bergulir, hingga detik ini. Sudah banyak sekali praktisi yang berbagi, tanpa dibayar sepeser pun.
Mereka berbagi tentang apa yang mereka kuasai, kepada mereka yang membutuhkan. Ini sudah berjalan beberapa tahun, dan di banyak kota di seluruh Indonesia. Salut! Memang benar apa kata Mbak Ainun bahwa kita harus kasih kaki untuk mimpi-mimpi yang kita miliki. Sejujurnya, saya sering sekali melihat banyak anak muda yang hanya ingin ” ina-itu-ina-itu” , alias yang dia inginkan banyak sekali, tapi tidak melakukan apa-apa untuk mencapainya. Teman dekat saya pun ada yang seperti demikian. Setiap kali ketemu, dia cerita mau melakukan ini, mau melakukan itu.
Matanya berbinar-binar, bicaranya pun dengan penuh semangat. Semua yang diceritakan sering kali seolah akan sempurna sesuai rencana. Seolah ketika suatu saat dia lakukan hal itu, dia tidak akan menemukan masalah apa pun. Dan seperti selalu yang saya lakukan, adalah untuk memberikan masukan-masukan yang kali saja bermanfaat untuk dia, dan tentunya, men-support niatnya itu.
Tapi,… setelah beberapa saat kemudian ketemu lagi, dan ketika saya tanya apakah dia sudah mulai melakukan hal yang dia ingin lakukan itu, selalu dia katakan, ” Belum” dan dengan sejuta alasan. Yang pasti, di antaranya: sibuk, belum ada waktu, susah, dan seterusnya. *** Mimpi akan selalu selamanya hanya menjadi mimpi, keinginan juga begitu, ide juga begitu. Kalau kita tidak melakukan apapun untuk mencapainya. Banyak orang yang bilang ide itu mahal.
Menurut saya ide itu ” murah” kalau tidak diapa- apain. Saya juga sering bilang bahwa selama mimpi itu gratis, berm i m p i l a h yang tinggi. Kalau pun tidak sampai, setidaknya apa yang kita dapatkan kemungkinan besar masih lebih tinggi daripada mereka yang bermimpi ” rendah” . Nah, tapi kata kuncinya adalah untuk segera memulai proses penc a p a i a n mimpi yang kita punya itu! Kalau kita tidak memulai, ya kapan sampainya? Di dunia nyata ini tidak ada Sup e rma n .
Kalau kita Superman, enak, bisa terbang dan langsung mencapai mimpi kita yang tinggi dalam hitungan detik. Kita tidak punya sayap. Yang kita punya adalah kaki. Dalam pencapaian sebuah mimpi, kita harus mulai melangkah. Langkah demi langkahlah yang akan membuat kita sampai ke tempat tujuan. Inilah proses pencapaian arti sukses yang sering kali saya bilang tidak ada yang instan.
Kalau kita sudah berikan kaki untuk mimpi yang kita ingin capai, lalu apa? Ya mulai melangkah. Namun, seperti yang saya tulis di buku ” Young On Top” , tidak ada jalan yang semulus sutera. Artinya apa? Di tengah jalan, kita pasti akan harus melewati jalanan rusak, lubang, polisi tidur, atau bahkan pagar dan tembok. Yang harus kita lakukan setelah memberanikan diri kita untuk melangkah menuju pencapaian sebuah mimpi adalah untuk terus memiliki yang kuat untuk terus melangkah.
Kita harus berpikir keras dan kreatif, karena sering kali rintangan yang ada di depan kita itu memang harus kita lewati. Rintangan yang ada itu bukan dibuat hanya untuk kita. Tapi untuk semua orang yang ingin mencapai suatu titik tujuan. Inilah yang sering kali membedakan antara orang sukses dengan yang gagal atau belum sukses. Mereka yang sukses, mampu melewati rintangan yang ada.
Mereka tidak berhenti atau putar balik. Mereka berpikir keras dan kreatif untuk bisa melewati rintangan tersebut. Sementara mereka yang gagal biasanya setelah mencoba beberapa kali, menyerah. Dan apa yang terlintas di otaknya dan dilontarkan dari mulutnya: Ngga mungkin, mustahil, susah, berat, dan seterusnya. *** Young On Top (YOT) bisa seperti sekarang ini juga harus melewati proses yang tidak mudah.
Dari hanya sebuah buku yang terbit April 2009, sekarang YOT sudah menjadi sebuah buku yang sudah dicetak sebanyak 12 kali, memiliki buku seri lainnya: TOP Words & TOP Words2, menjadi program radio mingguan, juga program TV mingguan, leadershape academy, konsultan, rangkaian seminar di kampus-kampus, rangkaian seminar tahunan, platform digital di website dan media sosial, serta komunitas di 39 kota di seluruh Indonesia.
Bagaimana saya mengembangkan ini semua? Yang pasti dari sebuah mimpi (visi) dan action plan (misi) yang jelas, saya memberikan kaki untuk pencapaian ini semua. Pencapaiannya pun bertahap, sedikit demi sedikit. Di tahun pertama hanya beberapa yang terwujud. Di tahun kedua tambah beberapa hal terwujud. Di tahun ketiga dan keempat pun demikian. Tidak ada yang mudah, di setiap langkah yang saya beserta tim ambil, kami selalu menemukan rintangan. Tapi anehnya, kami tidak berpikir untuk menyerah.
Kok bisa? Mungkin karena kami punya mimpi (visi) yang bukan kami tujukan demi kepuasan diri sendiri, tapi lebih untuk generasi muda Indonesia yang lebih kuat dan berintegritas. Saya praktisi. Saya tidak pandai untuk berteori. Semoga apa yang saya share di sini bisa memberikan gambaran kepada Anda, bahwa apa yang dikatakan oleh Mbak Ainun, pendiri Akber, itu benar: Kita harus memberikan kaki untuk mimpi yang kita ingin capai. See you ON TOP! ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar