|
Hampir
mustahil jika RR tidak menyadari bahwa pengelolaan migas di negeri ini sarat unsur
tarik-menarik kepentingan yang sangat besar. Jika pada "era sekarang"
ia memilih menjadi penjaga penting pengelolaan migas, itu karena RR adalah
sosok yang dinilai atau seharusnya mampu menghadapi arus pusaran kepentingan
tersebut.
Membaca
laporan Tim Independen pimpinan Prof Rudi Rubiandini (RR) tentang semburan
lumpur di sumur yang dioperasikan Lapindo Brantas, kita akan paham mengenai
kasus ini. Penuh dengan data dan fakta yang dipaparkan secara logis berdasarkan
ilmu pengetahuan tentang pengeboran sumur migas, laporan tersebut menyimpulkan
bahwa semburan disebabkan oleh kesalahan manusia (human error). Laporan itu menjadi saksi sekaligus acuan penting
penanganan semburan lumpur di Kabupaten Sidoarjo tersebut.
Sebagai
ahli perminyakan yang juga lulusan terbaik dari Institut Teknologi Bandung dan
perguruan tinggi di Jerman, keahlian dan kepiawaian RR diakui. Obyektivitas dan
kredibilitas RR menjadi penyangga serta modal utama yang membuat Kementerian
Energi dan Sumber Daya Mineral memilihnya menjadi Ketua Tim Independen.
Rekomendasi teknis yang diajukan RR beserta tim sebagian memang dilaksanakan,
tapi sebagian (setidaknya) diabaikan atau tidak dilaksanakan.
Domain
atau wilayah kerja RR dan tim yang dipimpinnya memang sebatas mengumpulkan
fakta dan data serta memberi rekomendasi. Sedangkan, seperti kita ketahui
semua, penanganan semburan lumpur yang hingga kini belum berhenti merupakan
area kebijakan politik kenegaraan. Bahkan, saat pembentukan Badan Pengelola
Lumpur Sidoarjo, RR tidak masuk tim inti.
Dalam
dunia permigasan nasional, RR memang "baru" muncul saat terjadi
semburan lumpur tersebut. Sebagai akademisi, dia memang lebih banyak di kampus
ITB, mengajar dan melakukan penelitian atau kajian dunia ilmu yang ditekuni.
Namun penunjukan sebagai ketua tim membawanya ke "dunia" pengelolaan
migas nasional. Diawali dengan tugas-tugas fungsional sesuai dengan
keahliannya, belakangan RR mendapat kursi struktural yang strategis atau masuk
kategori jabatan publik (politis).
RR
mengawali karier dalam posisi struktural sebagai Deputi Operasi BP Migas (kini
SKK Migas). Dalam kurun yang tergolong singkat, perjalanan hidup membawa RR
menduduki kursi Wakil Menteri ESDM serta berakhir menjadi Kepala SKK Migas
mengisi posisi yang dirangkap Menteri ESDM Jero Wacik. RR adalah sosok
akademisi yang masuk sebagai pejabat di Kementerian ESDM-selain Prof Widjajono
P. (almarhum) yang digantikannya sebagai Wakil Menteri ESDM-setelah hampir satu
dekade terakhir tradisi ini hilang di Kementerian ESDM.
Laporan
tim independen semburan lumpur Sidoarjo menjadi tonggak kehadiran RR dalam
pengelolaan sumber daya migas nasional. Masa yang singkat sebagai wakil menteri
membuat RR belum banyak melakukan sesuatu untuk mewarnai kebijakan pengelolaan
sektor ESDM. Meski demikian, RR tergolong beruntung (atau terjerumus) bisa
meraih atau mengenyam posisi struktural yang strategis hanya dalam waktu
singkat saat berkarier di lingkungan Kementerian ESDM.
Sebagai
akademisi yang memiliki keahlian dalam bidang perminyakan, RR berpeluang besar
dan terbuka untuk berkontribusi dalam pengelolaan kebijakan migas. Kepakaran,
kredibilitas, serta idealismenya bisa didarmabaktikan untuk membangun
pengelolaan migas yang tengah berada dalam pusaran tarik-menarik kepentingan.
Kedudukannya sebagai Deputi Operasi BP Migas ataupun Ketua SKK Migas menjadi
medan pengabdian untuk menerapkan ilmu dan keahlian yang dikuasai serta menata
pengelolaan migas bagi sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat.
Setidaknya,
seperti yang pernah RR perbuat saat menjadi Ketua Tim Independen semburan
lumpur Sidoarjo. Sebenarnya, saat mulai menjabat Ketua SKK Migas, RR merupakan
pejabat yang secara terbuka mengakui sulitnya mencapai target produksi migas.
Meski demikian, pusaran arus kepentingan terbukti meruntuhkan benteng kredibilitas
RR sebagai ilmuwan sekaligus akademisi. Tanda-tanda itu mulai tampak saat RR
menduduki jabatan struktural. Atau RR kurang piawai memainkan peran menjadi
pejabat publik?
Hampir
mustahil jika RR tidak menyadari bahwa pengelolaan migas di negeri ini sarat
unsur tarik-menarik kepentingan yang sangat besar. Jika pada "era
sekarang" ia memilih menjadi penjaga penting pengelolaan migas, itu karena
RR adalah sosok yang dinilai atau seharusnya mampu menghadapi arus pusaran
kepentingan tersebut. Sebab, dia bukan mewakili kelompok kepentingan atau
partai politik, melainkan mewakili nilai-nilai idealistis ilmuwan dan akademisi
yang semata-mata berkarya dan bekerja untuk kepentingan bangsa dan
masyarakat.
RR
terbukti gagal menjalankan peran tersebut. Masyarakat terhenyak oleh kejadian
Operasi Tangkap Tangan (OTT) KPK terhadap dia dua hari lalu. Setidaknya hal itu
menambah deretan kaum ilmuwan yang terjerumus ke lembah nista. Namun semua
belum berakhir. Masih ada ruang bagi RR untuk menjelaskan duduk perkara yang menjeratnya-secara
jujur, sebagaimana dia pernah lakukan saat mengungkap persoalan semburan lumpur
Sidoarjo. Tantangannya, masalah yang dihadapi saat ini bukan berhubungan ilmu
perminyakan yang dikuasainya. Mampukah dia? ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar